The Jacatra Secret -Misteri Simbol Satanic di Jakarta
Rizki Ridyasmara
Penerbit Bentang (Bentang Pustaka), 434 hal
Gramedia, Plaza Semanggi
Jalan Cerita:
Seorang simbolog yang sedang memberi seminar di Jakarta tak disangka terlibat dalam suatu petualangan seru dalam memecahkan sebuah kode. Kode ini ditengarai merupakan pembuka misteri terbunuhnya seorang profesor di sebuah museum sekaligus mengantar sang simbolog untuk menelusuri jejak-jejak kelompok Free Masonry yang sukses menancapkan berbagai simbol dan kode tertentu di seluruh bangunan masa lalu di Jakarta. Ditemani oleh rekannya Angelina, keduanya bahu membahu menyelamatkan saksi mata Sally Kostova yang syok akibat Prof. Sudrajat-kekasihnya- dibunuh. Kejar-kejaran tak terelakkan antara Dr. Grant dengan Drago yang sangat menginginkan kode tersebut. Peran seorang mantan tentara bernama Kasturi juga tak boleh diremehkan karena selain guru Dr. Grant, ia juga piawai dalam mengetahui seluk beluk kota Jakarta. Dan dari arahan Kasturilah musuh yang cerdik ini dapat diringkus. Namun sebelum seluruh informasi dapat dikorek dari mulut Drago, musuh yang misterius ini memilih mengakhiri hidup dengan menenggak racun.
Ulasan Cerita:
Ekspektasi awal dari novel ini adalah sebuah kisah yang akan mengungkap berbagai rahasia terdalam dari sebuah kota bernama Jakarta. Apa yang istimewa dari kota ini? Dalam buku ini tertuang jawabannya. Pada mulanya kita hanya terdorong untuk mengetahui mengapa dicantumkan embel-embel simbol satanic di Jakarta? Apakah Jakarta dipenuhi simbol Satanic? Bagi penikmat sejarah tentu ini kisah menarik dan merupakan campuran mengesankan antara fiksi dengan sejarah itu sendiri. Dan saat membaca bukunya, terlihat isinya mirip sekali dengan petualangan Robert Langdon dalam kisah rekaan Dan Brown. Apalagi kisah dibuka dengan prolog berupa aktivitas terakhir persaudaraan Freemasonry Valentijn de Vries yang menuangkan darah bayi ke kepala patung. Adegan pembuka ini seakan menjanjikan petualangan penuh kengerian. Yang membedakan hanya lokasi kejadian dan latar waktu saja. Sisanya adalah tentang seorang simbolog bersama rekannya yang cantik menjelajahi relung-relung gelap sebuah kota bernama Jakarta. Melalui petualangannya kita jadi bisa mengetahui wajah Jakarta di masa lalu khususnya masa Kolonial yang sarat dengan simbol dan patung-patung penuh makna.
Apa yang menarik dari buku ini? Selain oleh kepiawaian pengarangnya yang entah mengapa sangat fasih sekali dalam menceritakan detil dan sudut kota, kita juga jadi tahu bahwa kelompok Free Mason juga telah merambah ke wilayah Asia jauh melesat dari asalnya di Eropa sana serta meninggalkan jejak-jejak bangunan yang menurut simbolog Dr. Grant sangat rapi lengkap dengan kode-kode.
Menurut saya novel ini menjanjikan dan tak sekadar hanya sebagai pengantar sejarah saja tapi kita diajak untuk menelusuri hal apa pun di balik sebuah bangunan itu berdiri. Seluruh wilayah Jakarta seperti Taman Surapati, Bunderan HI, Museum Fatahilah merupakan situs sejarah tak ternilai dan sarat dengan simbol-simbol. Bagi orang awam, pemakaman Taman Prasasti tak ubahnya seperti pekuburan biasa yang angker karena dihiasi oleh patung-patung khas jaman kolonial dan terkesan spooky. Di tangan pengarangnya Taman Prasasti menjadi ranah yang penting untuk digali menyangkut kelanjutan rahasia sebuah kode. Di awal cerita, kisah cukup dihiasi dengan pengenalan para si tokoh saja dan ada kesan bertele-tele dalam arti bagi mereka yang menyukai sejarah pemaparan tentang sebuah masa lalu sangat menarik istimewanya adalah Jakarta. Sebaliknya bagi yang sebal pada sejarah penggambarannya akan terlalu berpanjang-panjang dan membosankan. Namun di pertengahannya, cerita kian intens dan mampu menimbulkan rasa penasaran. Alur pun dibuat lurus. Sesekali menukik saat terjadi kejar-kejaran antara Dr. Grant di sebuah jalan tol dengan Drago si musuh pengejar kode.
Bersiaplah kecewa karena ternyata pengarang memilih menyudahi kisah dengan alur yang menggantung. Dan Drago mati bunuh diri. Tidak ada lagi yang diungkap. Pengarang 'sukses' membuat kita mengikuti alur cerita yang seru saat menangkap Drago di sebuah gorong-gorong. Namun, ya begitulah tak ada penyelesaian yang menarik lagi selain menggantung cerita. Hal yang menakjubkan dari novel ini adalah kita jadi tahu bahwa di bawah masjid Istiqlal terdapat lorong-long tua peninggalan masa kolonial tempat persembunyian, penyaluran logistik dan mungkin juga melarikan diri. Serta lokasi kejadian cerita yang begitu akrab dengan kita seperti bunderan HI, tol Tebet, Gelanggang Remaja Kuningan, dll. Seakan kita begitu dekat dengan kejadiannya.
Wow, ini ulasannya spoiler hihihi :)
BalasHapusPenasaran sama buku ini. Udah pernah baca Rahasia Meede belum?
Belum, pengarangnya sama ya?
BalasHapus