Lalita



Lalita
Ayu Utami
KPG, 256 hal
Gramedia, Plaza Semanggi

Jalan cerita:


Sandi Yuda bertemu dengan sesosok wanita yang sangat misterius, Lalita, seorang kurator lukisan yang kaya raya dan hidup sendirian dalam rumah besar yang juga berisi  perlengkapan cuci foto. Yuda terpikat dan semakin tak bisa menghindar dari pesona wanita yang bisa dikatakan sudah paruh baya itu.  Bersama Parang Jati dan Marja kekasihnya  ia terseret semakin jauh ke dalam permainan yang diciptakan oleh sosok-sosok lain di luar  mereka. Jataka, pria yang mengaku sebagai kakak Lalita juga sama misteriusnya dan secara tak sadar mereka terlibat dan bertualang menyusuri jejak masa lalu Lalita melalui buku Indigo yang memuat berbagai rahasia tentang sepak terjang kakek Lalita. 

Dan saat hubungan Yuda dan Lalita sudah terlalu jauh dan terungkap, Marja tak bisa tidak  untuk memaafkan keduanya karena kaitannya sangat erat bagai saling jalin menjalin dan seakan tak bisa tuntas. Yuda diculik oleh Jataka yang menginginkan buku Indigo sementara Parang Jati berjuang untuk menngenyahkan rasa sukanya pada kekasih sahabatnya. Hati Jati berperang antara membantu sahabatnya atau membiarkan saja Yuda di tangan penculik sebagai hukuman akibat berkhianat dari Marja.

Buku Indigo lah biang  keladinya, ternyata yang mencuri adalah  seorang mata-mata bernama Jisheng yang pandai bersandiwara.


Ulasan cerita:

Ini merupakan serial buku Bilangan Fu yang mengusung tiga tokoh utamanya, Sandi Yuda, Parang Jati dan Marja. Ketiganya dihadirkan untuk menguak tabir sebuah candi Borobudur melalui kisah bejudul Lalita. Menurut saya ini bukanlah novel, karena muatan sejarahnya sangat melimpah ruah. Di bagian bab tersendiri pengarang khusus mengupas tentang sejarah yang sangat panjang dari mulai Lalita yang masih keturunan klan drakula hingga petualangan kakeknya menginjakkan kakinya di candi Borobudur.

Saya sendiri sebenarnya mengharapkan klimaks dan akhir cerita yang mengejutkan dan bukannya pidato yang panjang-panjang dari Marja yang ingin menghukum kekasih dan sahabatnya karena telah merahasiakan sesuatu. Namun mungkin ini subyektif karena saya juga menyukai sejarah tapi bila dijejalkan terlalu panjang seakan ini seperti buku penuntun sejarah saja jadinya dan tak berkesudahan. Saya lebih mengagumi penulisnya yang mengangkat ide tentang vampir, psikoanalisa dengan 'kehadiran' Sigmun Freud nya serta candi. Jarang ada penulis yang mampu bersama-sama menelaah satu bagian tentang tema yang ini lalu masih berkorelasi dengan tema yang lain lagi. Seperti yang diakui oleh penulisnya, ia telah melakukan riset tentang kesemua ide itu dan tertuang dalam sosok Lalita Vistara. 

Isinya berbobot, bisa dikatakan ini bukan buku yang terbilang ringan untuk dipahami dengan segera karena terkait dengan pola pikir dan juga pemahaman dalam membaca karena di buku ini bertaburan istilah yang asing seperti axis mundi-sensasi tutup sampanye atau pusat jagad, diagram konsentris, citra dalam, pelat Chladni, dll. kesemuanya sudah pasti akan menambah pusing pembaca yang tak terbiasa membaca sejarah.






Lalita Lalita Reviewed by Erna Maryo on September 10, 2013 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.