Maya



Maya (Bilangan Fu  #4)
Ayu Utami
KPG 249 hal
Kompas-Gramedia Fair-JCC

 
Sinopsis: 


Setelah dua tahun Saman dinyatakan hilang, kini Yasmin menerima tiga pucuk surat dari kekasih gelapnya itu. Bersama surat itu Saman juga mengirimkan sebutir batu akik. Untuk menjawab peristiwa misterius itu Yasmin yang sesungguhnya sangat rasional terpaksa pergi ke seorang guru kebatinan, Suhubudi, ayah dari Parang Jati. Di Padepokan Suhubudi Yasmin justru terlibat dalam suatu kejadian lain yang baginya merupakan perjalanan batin untuk memahami diri sendiri, cintanya, dan negerinya sementara Parang Jati menjawab teka-teki tentang keberadaan Saman. Yasmin yang rapuh menjadi sasaran empuk bagi sosok aneh bernama Tuyul yang ingin menguasai batu akik. Hilangnya Samantha -putri Yasmin- menjadi puncak  pemahaman bahwa cinta terhadap Saman tak sebesar cinta kasih pada putrinya yang mendadak hilang diculik Maya, sosok unik yang selalu berperan sebagai Sita dalam pementasan di padepokan Suhubudi.

Ulasan:


Memanusiakan manusia, bukan sekadar ucapan saja namun benar-benar dipraktikkan dalam padepokan Suhubudi. Kaum terbelakang diberi tempat, dibina dan ditampilkan layaknya manusia biasa. Namun sifat bawaan bukanlah tanggung jawab kolektif melainkan individu. Dalam menelaah karya Ayu Utami ini, kita dibukakan bahwa ada kisah yang tak biasa yang tengah diangkat. Manusia-manusia terpinggirkan, tak memiliki tempat dan aneh yang coba diberi ruang seluas-luasnya. Pihak Yasmin sebagai manusia normal dibenturkan oleh keberadaan Maya, manusia kerdil dengan pemikiran dan pemahaman terbatas. Namun masih memiliki empati walau sedikit. 

Sesuai dengan judulnya, Maya menjadi sosok sentral yang memegang perasaan antara suka, benci, sedih, tertekan dan pasrah. Dirinya yang kekurangan mampu melawan keterbatasannya. Dipengaruhi Tuyul untuk menculik Samantha, namun Maya kembali pada kesadarannya untuk mengembalikan putri Yasmin. Adakah yang lebih mulia bagi seorang kerdil? Sementara sosok lain si jari dua belas, Parang Jati ditampilkan seperti yang sudah-sudah. Tenang,  kalem, dan meski sekali melawan perintah Suhubudi, namun ia kembali di 'jalur' yang benar. 

Kalau ada kejanggalan sedikit, mungkin bisa dilihat dari korelasi antara judul dengan isi kisah. Judul memakai Maya, namun delapan puluh persen isinya tentang Yasmin, Parang Jati, Vinod, penculikan, demo mahasiswa dan perang batin. Eksistensi Maya bangkit lagi menjelang akhir. Ayu Utami tak perlu menjejalkan kisah yang muluk, dengan rangkaian kata-kata indah dan tinggi, membuat pembaca larut dan betah. Tak peduli konklusi akhir. Tak peduli bahwa Saman telah tiada.
Maya Maya Reviewed by Erna Maryo on Oktober 28, 2014 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.