Rantau 1 Muara (Negeri 5 Menara #3)
Ahmad Fuadi,
Gramedia Pustaka Utama, 407 hal
Indonesia Book Fair
Sinopsis:
Alif merasa berdiri di pucuk dunia. Bagaimana tidak? Dia telah mengelilingi separuh dunia, tulisannya tersebar di banyak media, dan diwisuda dengan nilai terbaik. Dia yakin perusahaan-perusahaan akan berlomba-lomba merekrutnya. Namun Alif lulus di saat yang salah. Akhir 90-an, krisis ekonomi mencekik Indonesia dan negara bergolak di masa reformasi. Satu per satu, surat penolakan kerja sampai di pintunya. Kepercayaan dirinya goyah, bagaimana dia bisa menggapai impiannya? Secercah harapan muncul ketika Alif diterima menjadi wartawan di sebuah majalah terkenal. Di sana, hatinya tertambat pada seorang gadis yang dulu pernah dia curigai. Ke mana arah hubungan mereka? Dari Jakarta, terbuka cakrawala baru. Alif meraih beasiswa ke Washington DC, mendapatkan pekerjaan yang baik dan memiliki teman-teman baru di Amerika. Hidupnya berkecukupan dan tujuan ingin membantu adik-adik dan Amak pun tercapai.
Life is perfect, sampai terjadi peristiwa 11 September 2001 di World Trade Center, New York, yang menggoyahkan jiwanya. Kenapa orang dekatnya harus hilang? Alif dipaksa memikirkan ulang misi hidupnya. Dari mana dia bermula dan ke mana dia akhirnya akan bermuara?
Mantra ketiga “man saara ala darbi washala” (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan) menuntun perjalanan pencarian misi hidup Alif. Hidup hakikatnya adalah perantauan.
Rantau 1 Muara bercerita tentang konsistensi untuk terus berkayuh menuju tujuan, tentang pencarian belahan jiwa, dan menemukan tempat bermuara. Muara segala muara (sumber : Goodreads)
Life is perfect, sampai terjadi peristiwa 11 September 2001 di World Trade Center, New York, yang menggoyahkan jiwanya. Kenapa orang dekatnya harus hilang? Alif dipaksa memikirkan ulang misi hidupnya. Dari mana dia bermula dan ke mana dia akhirnya akan bermuara?
Mantra ketiga “man saara ala darbi washala” (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan) menuntun perjalanan pencarian misi hidup Alif. Hidup hakikatnya adalah perantauan.
Rantau 1 Muara bercerita tentang konsistensi untuk terus berkayuh menuju tujuan, tentang pencarian belahan jiwa, dan menemukan tempat bermuara. Muara segala muara (sumber : Goodreads)
Ulasan:
Ada kalanya saya merasa tak terlalu cocok membaca novel yang ditulis oleh pengarang pria. Entah karena atmosfer ceritanya, alur dan latar, atau tokoh utamanya yang sudah pasti selalu mengedepankan si empunya cerita sendiri. Dari berbagai novel karya penulis pria yang pernah saya baca, selalu saja ke-aku-annya menonjol sekali. Entah dari perjuangan, penderitaan yang ditanggung, khayalan dan cita-cita hingga prestasinya. Dalam novel Rantau 1 Muara ini lekat sekali patokan-patokan yang dibuat dan seirama dengan novel yang ditulis pengarang pria. Semisal harus berjuang mencari kerja, jatuh bangun merintis sukses, hingga berprestasi di puncaknya. Terasa agak menyombongkan diri kesannya terutama dalam meraih beasiswa dan berhasil di negeri orang. Yah, itu suka-sukanya si pengarang sih dalam merancang alur ceritanya agar sesuai dengan tema. Dan bagi pembaca yang ingin menjelajah dunia tentu saja novel ini berguna sekali. Khusus dalam novel ini pengarang lebih membuka diri dengan menceritakan kisah asmara pertemuannya dengan sang istri. Padahal biasanya cerita tentang pertemuan dengan pasangannya itu jarang diungkap. Mungkin pengarang punya pertimbangan sendiri.
Dari segi alur kisahnya cukup mudah ditebak, tak perlu berbelok-belok. Tak ada elemen kejutannya seperti bila saya membaca novelnya Remy Silado misalnya. Ini tak lebih sebuah semi autobiografi saja. Dan berpusat hanya si pengarang dan sedikit melibatkan istrinya. Tak ada lelucon, hidupnya lurus saja. Tak ada riak-riak yang bagi saya mampu membuat saya manggut-manggut misalnya. Penggambaran yang tertuang dalam buku setebal 400-an halaman hanya berupa nikmat berada di negeri adi kuasa dan memiliki kesempatan untuk menjadi pekerja yang keren yakni wartawan.
Benang merah yang bisa ditarik adalah bahwa petuah yang didapat dari Pondok Pesantren telah membawa dampak positif bagi jalan hidup seorang Alif. That's it.
Benang merah yang bisa ditarik adalah bahwa petuah yang didapat dari Pondok Pesantren telah membawa dampak positif bagi jalan hidup seorang Alif. That's it.
Untuk sebuah novel, ini lumayan ceritanya.
Tidak ada komentar: