Chasing Tomorrow ( Mengejar Hari Esok)
Tilly Bagshawe
Gramedia Pustaka Utama, 400 hal
Gramedia, Grand Indonesia
Sinopsis:
Tracy Whitney. Siapa yang tak mengenal wanita ini? Wanita penipu yang cantik dan lihai dalam mengelabui seluruh aparat mulai dari kepolisian hingga Interpol. Sepak terjangnya sangat luar biasa dalam mencuri atau menipu benda-benda koleksi mahal dan keramat. Kali ini ia ingin menjalani hidup normal dan membuka lembaran baru dengan menikahi Jeff Stevens, kekasih sekaligus lawannya di jagad tipu menipu.
Keinginannya untuk hidup baik-baik tak terwujud karena ternyata ada kejadian yang membuatnya harus pergi menghilang dari Jeff. Menghilang bukan berarti lenyap. Ia harus melindungi buah hati dari jamahan dunia yang keras dengan menyepi ke sebuah pondok peternakan.
Selain itu ternyata ada sosok lain yang sangat tergila-gila dan ingin menguasai dirinya seutuhnya. Munculnya rentetan sebelas pembunuhan di sepuluh kota di dunia tempat di mana Tracy pernah menjalankan aksi penipuan memaksanya untuk muncul kembali ke dunia.
Berkat pertolongan detektif Perancis Jean Rizzo, jalan hidup Tracy berubah. Sekali lagi hidup tak akan bisa direncanakan sesuai angan, hidup hanya dijalani sebagaimana mestinya dengan masa depan yang tak sesuai dengan keinginannya.
Ulasan:
Satu lagi sekuel novel karya Tilly Bagshawe berdasarkan inspirasi dari novel Sidney Sheldon yang berjudul If Tomorrow Comes. Kisah kali ini menjanjikan aura menantang di tengah lokasi negara yang berpindah-pindah dalam memecahkan misteri terbunuhnya belasan wanita yang berprofesi sebagai PSK.
Menelusuri kisah yang dihantarkan oleh Tilly seakan tak bisa dilepaskan begitu saja dengan sosok penulis sebelumnya yang piawai dalam meramu cerita.
Membaca Chasing Tomorrow makin menegaskan bahwa bayang-bayang Sidney serta pola yang dijalin bab demi bab adalah khas pengarang legendaris tersebut, Sidney Sheldon. Meskipun rancangannya tetap, namun gaya dan penyampaiannya nyaris sama dengan eksekusi akhirnya yaitu pengungkapan. Namun demikian, apa pun yang diolah tetaplah karya Tilly yang sangat indah dan memberi kesan bahwa perempuan adalah sosok yang harus diperhitungkan bahkan di jagad kepolisian sekelas Interpol.
Di tangan pengarang Tilly, cerita menjadi tidak membosankan dan penuh dengan kejutan. Saya mungkin akan merasa jenuh apabila alur kisahnya terlalu fokus pada Tracy seorang. Dalam kisah memang perlu ada tokoh villain, misterius dan sangat bengis agar ramuannya semakin pekat oleh keruwetan. Lalu ditambah dengan sosok lain sebagai penyambung antar cerita masa lalu dengan masa kini yang diwakili oleh Jean Rizzo, sang Inspektur Interpol yang gigih dan tabah dalam mengejar sesuatu.
Kalau diamati, dalam setiap kisah yang disuguhkan baik Sidney atau Tilly, selalu ada semangat perempuan yang kuat. Dalam kisah sebelumnya, If Tomorrow Comes, tokoh Tracy meskipun berdarah-darah dalam menjalani hidup, namun setelahnya ia bangkit dan membuka lembaran baru yang bersih.
Dalam hidup memang diperlukan suatu pergulatan baik batin maupun fisik hingga nantinya akan bermuara pada kesadaran bahwa hal buruk yang pernah dilakukan harus ditinggalkan. Ini bagus sih, tapi kesannya seakan tak ada lagi petualangan Tracy yang bisa diolah dan dikembangkan. Jujur saja, kisah petualangan Tracy Whitney si penipu lihai kelas dunia ini sangat seru dan memukau. Akan lebih sreg bila membaca If Tomorrow Comes terlebih dahulu sebelum membaca Chasing Tomorrow.
Nah, apabila Tracy sudah sadar dari petualangannya, maka akan lebih baik bila pengarang Tilly mulai menciptakan tokoh baru sekaliber Tracy, bukan?
Hal yang menggembirakan dari Tilly adalah ia mampu membawa aura Sidney ke dalam tokoh-tokohnya di sepanjang kisah ini dengan baik dan tanpa cela serta sukses membuat kisah ini menjadi menarik dan tak berhenti untuk ditelusuri hingga habis.
Ada kelebihan ada pula kekurangan. Karakter Tracy yang terlalu flat, datar tanpa pretensi sehingga agak kabur motivasinya cenderung membuat kita bertanya-tanya apa aksi berikutnya? Padahal dalam novel sebelumnya ia digambarkan penipu yang sangat pintar, kuat dan cantik. Di lain pihak tokoh psikopat menjadi unsur kuat untuk dikedepankan. Namun gagal diekspose.
Bagaimanapun, novel ini masih menawan hati bagi penggemar Sidney Sheldon.
Tidak ada komentar: