China Rich Girlfriend
Kekasih Kaya Raya
Kevin Kwan
Cindy Kristanto (Alih Bahasa)
Gramedia Pustaka Utama , 456 hal
Gramedia, Gandaria City
Sinopsis
Akhirnya Rachel Chu berhasil melangsungkan pernikahan secara sederhana bersama Nick di sebuah tempat yang awalnya dirahasiakan dari Ibu Nick, Eleanor Young. Meski tak diundang rupanya sang Ibu telah sadar dan ingin memberitahu Nick bahwa Rachel ternyata berasal dari orangtua yang kaya dan berpengaruh di Cina yakni Bao Gaoliang, tokoh politisi top di Beijing. Saatnya Rachel bertemu dengan keluarga ayahnya.
Hidup Rachel selanjutnya adalah melakukan perjalanan bulan madu bersama sang suami ke Shanghai dan menemui berbagai kejutan sekaligus tingkah polah dari para penyambutnya mulai dari Carlton sang adik tiri, Colette Bing kekasih Carlton hingga sang asisten pribadi Collete yang diam-diam ingin membunuh Rachel, Roxanne.
Sementara itu di lain tempat Astrid tengah berjuang mempertahankan rumah tangga yang nampaknya kian rapuh akibat watak Michael yang berubah drastis. Dari tentara yang rendah hati hingga menjadi suami yang seenaknya bicara dan meremehkan jati diri Astrid.
Lain lagi dengan perjuangan Kitty Pong yang ingin sekali dianggap keberadaannya di tengah para kaum jetset ini diakui sehingga membuat ia perlu repot-repot membayar seorang konsultan perilaku, Corrina Ko-Tung untuk mengubah keseluruhan citra dirinya.
Ulasan
Masih sangat menarik membaca novel ini. Ada berbagai perkembangan yang sudah pasti lebih seru dan lebih terbuka terutama dari pihak Rachel Chu. Kita akan saksikan betapa pernikahan Rachel telah menjadi pintu gerbang terbukanya keluarga yang awalnya sangat misterius dan nyaris tak terungkap. Demikian pula dengan intrik dan polah teman-teman baru Rachel.
Masih dengan bumbu-bumbu gelimang kekayaan yang serba wah dan absurd, namun alur cerita tetap berpijak pada kisah Rachel. Benang merahnya melekat pada keluarga Rachel yang rupanya tak kalah kayanya dibandingkan dengan keluarga Nick. Di sini kita akan melihat ada 3 plot kisah yang entah mengapa tidak bertemu hingga di bagian akhirnya. Seakan berjalan sendiri-sendiri dan tak berkaitan. Tapi tetap menarik mengikuti segala gaya dan gerak para sosialita kaya yang dengan gampangnya bepergian ke Paris dan memborong tas-tas bermerk internasional.
Mungkin dengan terpisah-pisahnya plot, kita akan dapat menelaah masing-masing kepribadian dan karakter dari ketiga tokoh yang kebetulan semuanya wanita. Rachel Chu, Astrid Leong dan Kitty Pong.
Saya pribadi ternyata lebih suka dengan kisah Astrid Leong sejak dari novel pertamanya. Ada kegetiran dan rasa gamang saat menjalani rumah tangga bersama Michael, sang suami yang dibelanya mati-matian namun ternyata tak lebih dari seorang pecundang.
(Baca: Crazy Rich Asians (Kaya Tujuh Turunan)
Di novel ini menurut saya pengarang tak perlu lagi mengekspos secara detail karakter yang telah lebih dulu ada di novel pertama. Fokus karakter yang menarik justru ada pada diri Kitty Pong. Dan sebagai istri Bernard Tai yang telah muncul sekilas dua kilas di novel sebelumnya, rupanya di novel selanjutnya ia akan dipersiapkan menjadi dinamit yang sanggup meledakkan kehidupan Colette Bing (mungkin). Akankah Kitty Pong menjadi bintangnya? Akankah pernikahannya dengan Jack Bing yang notabene ayah dari Collete akan berjalan baik-baik saja? Semua ini akan terjawab di dalam novel ketiga yang sebentar lagi akan dirilis.
Latar yang berada di Shanghai, Hongkong dan Singapura menjadi gilirannya untuk diungkapkan secara detail. Tercatat sebuah gereja Stratosphere Glory Tower yang digambarkan dengan spesifik mulai dari bangunan hingga jemaahnya yang berasal dari kalangan atas. Pertanyaan yang muncul, apakah kondisi itu memang demikian? Penuh dengan jemaat yang kaya raya atau sekadar ilustrasi? Tak penting, namun penggambarannya sangat mengagumkan menurut saya.
Di dalam novel ini Kevin Kwan tidak terjebak dalam genre novel seperti yang selama ini menye-menye tentang kekayaan dan borjuisme tapi ia juga mulai menonjolkan aroma kejahatan yang dituangkan melalui sosok Rachel yang kita tahu sejak di novel pertama selalu menjadi incaran orang lain untuk disingkirkan. Rachel yang hadir apa adanya ke kancah lingkungan orang kaya justru mengundang kebencian dari beberapa pihak yang tak menginginkan kehadirannya.
Dan seperti biasa dengan sikap rendah hati ditopang latar belakangnya yang akademis (menjadikannya terlihat pintar dan bijak), Rachel mampu memukul telak seluruh opini yang mengarah kepadanya.
Bisa dibilang bagian Rachel yang terkena racun menjadikan tensi alur cerita naik dan semua orang termasuk pembaca ingin tahu siapa pelakunya. Atau bagian lain yang tak kalah menariknya tentang misteriusnya lukisan The Palace of Eighteen Perfections, siapa akhirnya yang berhasil membawa pulang dan menggantungkannya di dinding ruang tamu rumah Frank Brewer alias pemenang lelang dengan harga lelang fantastis itu?
Secara keseluruhan novel ini masih menggoda namun untuk beberapa permasalahan seakan tidak ada titik penyelesaian alias menggantung lagi. Memang Rachel mampu berdamai dengan waktu yang hilang di masa lalunya. Masa-masa kehilangan figur ayah merupakan hal yang seharusnya lebih banyak diungkap atau diperbaiki. Namun ternyata sisi yang lebih ditonjolkan adalah Rachel dan Nick ikut ke sana-kemari berpindah dari pesta ke pesta yang diselenggarakan Colette. Gak apa-apa juga sih. Memang daya tarik dari novel Kevin Kwan ini adalah kehidupan kaya raya.
Pada akhirnya sisi menarik justru tertuju pada Kitty Pong yang entah datang dari mana namun punya peluang untuk menyodok dan menjadi berita di kalangan orang kaya khususnya Asia. Jadi, setelah membacanya, siapakah yang menjadi kekasih kaya raya itu?
Kita tunggu saja sepak terjangnya di installment #3 berikutnya yang nampaknya kian seru dan sedang dikerjakan terjemahan Bahasa Indonesianya.
Tidak ada komentar: