The Color of Heaven
Julianne Maclean
Julianne Maclean Publishing
Kobo Edition
Hanya dibaca di Commuter Line
Sinopsis
Sophie Duncan adalah sosok kolumnis wanita yang sangat sukses. Dunianya hancur saat mendapati suaminya berselingkuh dengan rekan kerja dan putrinya Megan menderita sakit myeloid Leukemia yang belum ditemukan obatnya. Untuk lebih membuat hatinya berkeping-keping lagi, saat sedang dalam perjalanan mobilnya oleng dan terjatuh ke dalam danau beku.
Saat berada di kedalaman danau itu Sophie mendapatkan berbagai pelajaran hidup.
Ulasan
Seperti dalam novel wanita pada umumnya, kisah yang diceritakan sangat 'wanita' sekali. Dari perasaan dan emosi yang teraduk-aduk serta hati yang tercabik-cabik, kita bisa menelaah bahwa beban hidup wanita baik di sana (baca: luar negeri) dan di sini tak jauh berbeda. Mungkin yang membedakan adalah bahwa solusi yang ditawarkan cukup rasional dan tak melulu pakai hati.
Saya suka membaca kalimat-kalimatnya. Runtut, rapi dan apik. Terbagi dalam delapan kisah dengan enam puluh tiga bab yang isinya singkat namun menohok, dengan emosinya yang sangat melekat erat pada tokoh utamanya. Kalau terbawa perasaan mungkin saja karena memang isi ceritanya lebih ke rasa sedih yang mengharu biru. Namun dalam berbagai hal ada kalanya Sophie menjadi sosok yang kuat saat menerima kenyataan suaminya pergi meninggalkannya demi istri baru.
Ceritanya memang fiksi, tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa ada kehidupan seperti ini di sekitar lingkungan kita. Saat membaca novel ini saya merasa sulit membedakan apakah ini memang kisah hidup penulisnya atau sekadar rekaan semata yang bermain-main dalam imajinasi tak terbatas dalam benak penulisnya?
Karena, jujur saja, gaya penulisannya sangat hidup seakan penulisnya memang bernama Sophie dan bukan Julianne yang menuliskan kisah hidupnya. Seperti kisah sejati yang benar-benar mengalami trauma hidup layaknya. Kelebihan lainnya adalah tata bahasanya nyaris sempurna. Ada semacam perenungan dan dialog diri yang sangat menyentuh sehingga tak heran emosi menjadi naik turun mengikuti alur cerita yang disuguhkan.
Fase-fase seperti kehidupan yang tak kembali seperti dahulu lagi merupakan pukulan telak yang harus dihadapi Sophie saat putrinya terdeteksi menderita penyakit mematikan.
The following morning, Megan didn't wake until 8:30, which surprised me when eight o'clock rolled around and she was still sleeping. I was wrong about that. It was something else entirely...something I never imagined would ever happen to us. That was our last day of normal. Chapter Five of 5
Secara keseluruhan premis yang kuat menjadi dasar mengapa novel ini begitu bagus dalam mengantar pembacanya sekaligus ke nuansa sedih atau gembira dalam waktu bersamaan.
Novel ini tak membawa kita untuk larut dalam kesedihan melulu, saya akan bilang bahwa justru novel yang menceritakan kehidupan dan kemalangan seperti inilah yang bisa kita ambil hikmahnya. Dibaliknya pasti ada pelajaran hidup dan penting untuk diresapi. Mungkin dalam hidup ada satu dua kemalangan yang bobotnya sangat tak terkirakan beratnya. Namun dari sana kita bisa mengambil satu pelajaran penting bahwa manusia memang harus lulus untuk naik ke kelas berikutnya.
Tidak ada komentar: