Di Balik Kabut Amnesia
Mira W
Gramedia Pustaka Utama, 201 hal
Paper Clip, Gandaria City
Mira W
Gramedia Pustaka Utama, 201 hal
Paper Clip, Gandaria City
Sinopsis:
Kisah cinta Rafi dan Verina tetaplah menjadi kenangan yang paling tak terlupakan bagi keduanya. Mereka bertemu saat SMA, kuliah di kampus yang sama dan berjanji untuk saling mengasihi sampai akhir. Takdir berkata lain. Verina jatuh ke pelukan kakak kelasnya bernama Rori. Sementara Rafi membawa luka hati dan meneruskan studi kedokterannya ke Heidelberg, Jerman.
Ketika keduanya saling bertemu kembali kondisi masing-masing telah berubah. Verina yang tengah berduka karena putra semata wayangnya bernama Leo hilang, mengalami amnesia dan merasa jatuh kasihan melihat mantan kekasihnya ini menderita Sirosis Hepatis yang parah. Alih-alih memperhatikan keluarganya, ia justru punya keinginan untuk menyembuhkan Rafi, melupakan Leo, melupakan suaminya Rori dan hal yang paling parah adalah Verina melupakan segala-galanya...
Hari demi hari berganti dan kebenaran pun terkuak, ingatan kembali meruyak. Janji untuk saling mengasihi menemukan juga jalannya. Setelah mengalami badai pasang surut mereka akhirnya kembali bersama dalam ruang yang lebih indah.
Ulasan:
Lama sekali saya tak pernah lagi membaca karya novelis kenamaan ini. Barangkali sekitar lima tahun sudah saya tak berjumpa dengan novelnya. Ketika Mira W menulis lagi dan diterbitkan rasanya seperti mengalami dejavu.
Mira W adalah nama yang menjadi jaminan mutu untuk menjelajahi kisah-kisah drama dua insan yang indah, apik, sekaligus merana dan berbalut dunia kedokteran. Cerita-ceritanya sangat membumi, sederhana dan selalu tak pernah jauh-jauh dari dokter, rumah sakit, operasi, penyakit dan pengalaman hidup. Dunia medis menjadi jangkarnya.
Membaca kisah Mira W ini saya seakan diingatkan bahwasanya tema cerita yang diangkat oleh Mira W takkan pernah berubah. Cerita-ceritanya selalu mengandung misi entah kemanusiaan atau kesenjangan sosial. Tak pernah gagal dalam membuat pembacanya merasa terenyuh, miris, sakit dan jatuh simpati dengan tokoh-tokoh utamanya.
Terkecoh
Dan tema seperti ini masih saya temui di novel terbarunya Di Balik Kabut Amnesia. Dunia kedokteran tetap menjadi nafas dan terus berdenyut hingga akhir cerita. Denyut yang berhasil membuat saya geregetan oleh sikap beberapa tokohnya.
Tidak seperti tema yang sudah-sudah, di novel ini saya sukses terkecoh oleh alur ceritanya. Plot yang dibangun pengarangnya kali ini membuat saya terbelalak dan tertawa sendiri. Begitu lihainya Mira W dalam mengolah adegan demi adegan hingga tanpa sadar bahwa sebagian itu adalah kisah halusinasi. Dan batas antara dunia halusinasi dan nyata begitu tak kentaranya sampai sebuah dialog mengejutkan saya.
"Kamu sakit." Wajah Rori membeku.
Kalimat yang pendek namun bermakna dalam itu sekaligus menyadarkan bahwa tokoh Verina rupanya sedang bermain-main dengan khayalannya. Dan kita tak menyadari sampai Rori berkata bahwa istrinya ternyata sakit. Berbagai halusinasi dengan derasnya menyelubungi pikiran-pikiran dirinya sehingga pembaca agak bingung sesaat.
Jangan langsung apatis bila halusinasi memenuhi setengah halaman novel ini. Jujur, di tangan Mira W masalah kelainan penyakit, gangguan atau penderitaan akibat suatu metode medis tidak membuat pembaca merasa bosan. Beliau cukup lincah untuk menempatkan dan tahu di momen apa sakit amnesia ini harus muncul.
Bahkan alur yang maju mundur, lalu maju lagi meskipun biasa dalam penulisan novel, namun saat diterapkan dalam novel ini cukup membuat saya agak bertanya-tanya apa yang akan terjadi di balik ini semua.
Konfliknya sebenarnya tidak terlalu tajam menukik. Masalah keluarga dan kesedihan adalah bumbu yang masih cukup handal untuk diterapkan. Hanya saja, penokohan antara Verina atau Rafi yang mengidap amnesia adalah konsep baru dan pertama kalinya saya temui di sepanjang membaca novel-novel beliau.
Ingatan Bahagia
Setelah dicekoki oleh berbagai obat-obatan kisah berikutnya adalah bagaimana agar bisa bangkit dan mencocokkan kepingan-kepingan teka-teki yang berceceran di depan mata. Ingatan yang terpendam jauh di dasar terangkat kembali berkat perjuangan sang tokoh. Dan ini nyata. Barangkali pengarang sedang memotivasi agar ingatan masa lalu jangan tertidur namun berusahalah terangkat kembali demi mencari permata yang hilang, alias ingatan bahagia.
Akhirnya plot twist diterapkan juga di novel ini meskipun menurut saya hal yang paling bikin terkejut itu bukan di akhir cerita namun di tengah-tengahnya. Ya, banyak kejutan yang muncul di sini. Selain Verina yang ternyata sakit, juga kenyataan bahwa Rori memiliki wanita lain selain dirinya. Seru.
Dan untuk menambah keterkejutan saya, ternyata Leo masih hidup. Nah terbayang bukan, betapa Mira W mulai menambah efek-efek drama dan untungnya berhasil membuat saya yang awalnya bingung akhirnya memahami.
Tidak ada komentar: