A Slow Fire Burning: Menumpuknya Kemarahan yang Terpendam

 
 

 
A Slow Fire Burning-Bara Api Perlahan 
Dharmawati (Alih bahasa)
Paula Hawkins
Gramedia Pustaka Utama, 360 hal
iPusnas

Sinopsis


Ditemukannya jenazah Daniel Sutherland di sebuah perahu membuat Carla sang bibi harus berurusan dengan investigasi polisi. Bersama suaminya Theo, mereka berdua sangat syok dan terkejut karena Daniel adalah anak yang baik dan tak pernah menyangka hidup sang kemenakan akan berakhir seperti ini jadinya. Sementara itu Miriam yang menemukan pertama kali mayat itu justru mencurigai cewek muda yang terhuyung-huyung keluar dari dek kapal Daniel sebagai pelakunya.

Laura merasa sial karena berada di waktu dan tempat yang salah, dirinya ikut diinterogasi polisi karena posisinya yang terakhir bertemu dan sempat berkencan dengan Daniel. Tetangga yang tepat berada di sebelah rumah Angela-ibu Daniel, yang bernama Irene justru mencurigai keberadaan Carla dan Theo yang kerap mengunjungi rumah Angela. Meskipun rumah itu tidak terurus lagi, Carla suka mendatangi dan tidur di rumah mendiang adiknya. Bahkan Irene yang gaek ini berusaha mengkonfrontasikan temuannya berupa coretan gambar sketsa milik Daniel pada Theo kendati hal itu membahayakan dirinya.
 

Ulasan



Sesuai dengan judulnya yang memakai kata 'slow', jalan cerita ini perlahan-lahan merambat menyuguhkan dan menyingkap satu persatu kondisi psikis para tokoh yang terlibat dalam sebuah kegemparan akibat peristiwa pembunuhan seorang pemuda berusia 23 tahun.
 
Awal pembuka cerita yang cukup menegangkan karena langsung disuguhi pembunuhan dan bagaimana setiap karakter menampilkan topeng yang paling aman dalam menciptakan alibi. Jenis novel seperti ini selalu menjanjikan plot atau alur cerita yang tidak disangka. Demikian pula pada A Slow Fire Burning yang ingin memberikan skema penyelidikan melalui pendekatan psikologi para tokoh yang terlibat secara pelan-pelan.
 
 Keempat perempuan yang saling bersinggungan satu sama lain terutama dengan korban, cukup memberi kontribusi kebingungan bagi pembaca. Dan kalaupun mereka membunuhnya, apa motif paling kuat yang terjadi pada saat itu? Begitulah pertanyaan yang muncul.

Laura, gadis yang tak bisa diatur, seorang pecundang, pencuri dan berkali-kali harus berurusan dengan polisi menjadi tersangka utama namun karena tak ada bukti ia dibebaskan. Lalu ada Carla yang juga bibi korban yang selalu memilih berdiam dan merenung justru di rumah Angela, adiknya yang telah tiada ketimbang bersama Theo. 
 
Ada lagi Miriam, perempuan mandiri yang menempati perahu tepat di sebelah perahu TKP. Tak ketinggalan perempuan tua berusia delapan puluh satu tahun namun selalu pasang mata dan telinga manakala Carla mendatangi rumah Angela, tetangganya.
 

 Keinginan terpendam


Pengarang memberi porsi yang sama besar untuk membedah rasa, pikiran dan keinginan terpendam dari masing-masing perempuan ini. Laura yang besar tanpa asuhan dan kasih sayang orangtuanya akibat bercerai, mengalami kecelakaan yang mengakibatkan otaknya tidak sinkron menerjemahkan antara tindakan dan kemauan. Ada pula Miriam yang pernah diculik orang serta Irene yang hidupnya selalu bergantung pada Laura untuk membelikan berbagai kebutuhan harian di swalayan.

Hanya Carla yang memiliki keistimewaan. Selain kaya, ia juga sempat menikah dengan Theo Myerson dan kendati telah bercerai hubungan keduanya tetap baik dan akrab. Masa lalu Carla justru yang paling berat karena ia pernah kehilangan putra semata wayangnya, Ben, akibat kelalaian Angela dan Daniel.

Perasaan Carla tak sama lagi setelah kematian Ben. Selain selalu merenung, melamun, kedekatannya dengan sang kemenakan justru menjadi pemicu awal kekesalan, kejengkelan, kebencian dan kemarahan. Bertumpuk-tumpuk dan meledak ingin dikeluarkan.

Gambaran emosi yang tertuang cukup memberi pemakluman bahwa latar kesedihan yang dialami Carla cukup memberi bensin bagi api yang perlahan membakar dan menyala. Kondisi psikis yang ditampilkan tentu saja sangat kuat sehingga mendorongnya menyimpulkan dan mengambil tindakan yang jelas sangat gegabah.
 

"Ia sudah tahu, sejak pertama kali melihat gambar itu, gambar Daniel di balkon, tersenyum ke anaknya di bawah, ia tahu persis apa yang akan dilakukannya pada Daniel. Semua hal lain hanyalah kebohongan". Hal 314


Pada akhirnya tidak penting lagi siapa pelaku pembunuhannya karena secara psikis novel ini telah memberi alasan dan latar di balik suatu tindakan. Ada yang bersalah namun melihat motifnya, kita seakan ikut berempati. Ceritanya ternyata lebih kompleks dari sekadar tuduhan-tuduhan dan prasangka yang nyalang diarahkan kepada para tersangka. Satu lagi, ilustrasi sampul novelnya apik dan pas.




A Slow Fire Burning: Menumpuknya Kemarahan yang Terpendam A Slow Fire Burning: Menumpuknya Kemarahan yang Terpendam Reviewed by Erna Maryo on Juli 21, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.