Dalam Pelukan Maut
V Lestari
Gramedia Pustaka Utama, 411 hal
Gramedia, Gandaria City
Sinopsis:
Wanda lama bersahabat dengan Wiwin. Keduanya adalah suster yang sama-sama bekerja di sebuah rumah sakit. Persahabatan mereka terputus akibat terbunuhnya Wiwin pada suatu malam. Ia ditemukan di dapur saat mereka mendapat giliran jaga. Misteri terbunuhnya Wiwin membuat Wanda terusik untuk mengetahui siapa pembunuhnya. Bekerja sama dengan Kang Adit, kakak Wiwin yang juga seorang reserse, Wanda mulai menelusuri dan memperhatikan siapa-siapa saja yang patut dicurigai di malam naas itu. Saat kejadian tercatat ada dr. Frans Adiguna, dr. Rivai Halid, suster kepala yang tepat berada di Tempat Kejadian Perkara bahkan satpam. Namun siapa pembunuhnya patut dipertanyakan lagi alibinya karena orang-orang ini belum tentu pelakunya.
Terlebih lagi mengapa Wiwin yang terbunuh dan apa motivasinya. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah Wanda dalam menyelidiki kasus kematian sahabatnya. Dan pada saat itu barulah disadari bahwa sasaran sebenarnya adalah Wanda sendiri.
Ulasan:
Nyaris setiap ke toko buku, novel misteri karya V Lestari selalu hadir. Entah keluaran baru atau novel lama tapi dengan sampul yang baru dan lebih segar. Begitu juga dengan yang ini. Novel ini pernah diterbitkan penerbit lain pada 1996. Dalam rentang waktu yang sudah terlalu lama, kasus yang pada saat itu mungkin terasa seru kini menjadi tak terlalu heboh di masa kini. Mengapa? Karena belum sampai di tengah cerita, saya sudah bisa menebak kemungkinan pembunuhnya.
Jika sudah terlatih dalam menerka siapa pelakunya, maka membaca novel ini akan seperti belajar berenang di air dangkal. Namun tak berarti ceritanya dangkal. Pengarang tetap menyodorkan berbagai kemungkinan dan tokoh-tokoh lain yang bisa jadi untuk menambah ramai persangkaan atau sekadar mengaburkan prasangka.
Di novel ini, tokoh-tokohnya minimalis. Memang terdapat perbedaan besar dimana penceritaannya sangatlah mudah ditebak akhirnya (atau saya yang sudah terbiasa baca misteri barangkali) dengan novel-novel sebelumnya yang bertema misteri. Kita bisa saja menyangka satpam, rekan sesama suster, dokter, kakak tiri Wanda atau bahkan ibunya sendiri pelakunya. Semuanya berpotensi dan memiliki motivasi untuk melenyapkan Wanda.
Biasanya pengarang akan memberi kejutan di akhir-akhir cerita. Tapi kali ini sepertinya tidak dipraktikkan. Atau belum? Dalam mengolah plot pun pengarang masih sederhana pengembangannya dibandingkan kisah yang lahir di era abad 21. Terlepas dari rentang waktu dan gaya penceritaannya, menyenangkan rasanya membaca kisah misteri. Kita seakan dibuat penasaran oleh tokoh-tokoh lainnya yang sepertinya tak ada sangkut pautnya dengan cerita ditambah dengan adanya catatan harian korban yang mengarahkan ke para pelaku. Dan pada saat tahu pelakunya adalah orang ini, maka selesai sudah penasaran itu.
Tidak ada komentar: