Berjumpa lagi dengan agenda tahunan IKAPI yakni pameran buku paling keren. Mengapa keren? Karena diadakan di JCC Senayan yang sepertinya memang sudah betah diadakan di sana. Dan adanya tamu kehormatan sebagai peserta pameran buku tahun ini yang berhadiah undian umroh cukup memiliki daya tarik tersendiri. Hhm...sungguh prestisius.
Awalnya agak malas untuk mendatanginya namun dorongan untuk mengetahui perkembangan buku di Indonesia akhirnya membuat saya ingin melihat. juga Terlebih lagi pihak IIBF mendengung-dengungkan adanya penjualan buku dengan diskon yang lumayan. Nah, yang begini ini yang gak bisa ditolak.
Zona Kalap
Ya, inilah tempat yang menjadi daya tarik terbesar dari sebuah acara pesta buku yang berlangsung mulai tanggal 11-16 September tahun ini. Zona Kalap. Dengan iming-iming diskon 20 -80 persen, kehadirannya sangat menggiurkan para pecinta buku murah seperti saya ini.
Maka tak perlu menanti lama, saya pun ikut larut dalam suasana yang riuh rendah mencari harta karun yang menggunung di depan mata. Selain itu, seperti biasanya, ada pula acara-acara lain yang tentu saja ikut heboh dan menambah suasana semakin ramai. Saat saya ke sana acara yang sedang berlangsung adalah dialog pengarang dan kalau tak salah ingat yang sedang diwawncarai adalah penulis muda berbakat, Maudi Ayunda.
Sebenarnya datang di akhir pekan (Sabtu) itu menyenangkan namun hambatannya adalah terlalu banyak orang yang beredar serta antrean pembayaran di kasir yang lama membuat beberapa pengunjung jadi agak malas untuk mengubek-ubek lebih dalam lagi. Termasuk saya.
Akhirnya, ya setelah pindah ke sana kemari dari satu bak ke bak lain, didapatlah 3 buku saja.
Penerbit lain
Stan penerbit langganan lainnya seperti Gramedia dan Mizan memang tetap hadir tapi buku-bukunya ternyata sebagian besar ada yang sudah pernah saya beli. Akhirnya kami hanya berkeliling saja.
Ada juga stan yang memamerkan khasanah sastra atau perjalanan sastra Indonesia yang tampilannya cukup mengesankan karena dihiasi oleh sampiran kertas-kertas putih panjang dan jejeran novel sastra lama. Cukup artistik dan mirip suguhan teater.
Tamu Penerbit
Penerbit tamu utama tahun ini adalah Saudi Arabia. Beberapa tahun lalu sewaktu masih berpameran di Istora, Arab Saudi juga pernah hadir sebagai tamu penerbit. Dan di sini saya hanya melihat-lihat saja koleksinya karena selain tidak paham dengan tulisan Arab gundulnya juga menurut saya kurang ada acara atau kegiatan yang lebih menarik selain yang berhadiah umroh.
Begitulah, seharian mengunjungi pameran ini cukup membuat kita tahu bahwa industri buku itu rumit dan butuh timbal balik antara penerbit dengan pembacanya. Kehadiran e-book seharusnya menjadi momen agar buku kertas juga bisa semakin dicari orang. Dan bukannya menaikkan harga akibat bagi-bagi biaya produksi.
Di pameran ini saya merasakan semakin ke sini (2018) semakin sedikit penerbit yang ikut berpartisipasi. Beda sekali saat lima-enam tahun lalu yang selalu ramai karena rasio pengunjung dengan jumlah penerbit yang ikut serta setara.
(Baca : IIBF 2017: Daya Beli Menurun?)
Nah sekarang? Rasio di akhir pekan yang saya amati dan datangi itu lebih besar pengunjungnya dibandingkan penerbitnya bahkan KPK saja tak nampak di pameran tahun ini, mungkin sibuk. Padahal saya mengharapkan buku cerita anti korupsinya.
Tidak ada komentar: