Coda Imperia, Ketamakan Membawa Petaka



Coda Imperia
Seri Imperia #3
Akmal Nasery Basral
Gramedia Pustaka Utama, 480 hal
Tobuk Gramedia PIM

Sinopsis:

Masalah seakan tak pernah berhenti mengejar Wikan Larasati sang reporter majalah Dimensi. Usai lolos dari kawanan Mafia Albania, ia masih harus menjadi saksi penemuan kalung Tears of The Virgin Mary yang dibuang ke danau Bodense Jerman dan menjadi saksi paling penting Interpol.

Keterlibatan yang makin merasuk ke dalam jaringan komplotan antara Mafia Albania, Zef, Persaudaraan Kesatria Pemelihara Kesucian Bumi dan Jenderal Pur memaksa Wikan untuk terus  mencari tahu ke manakah nasib dirinya akan dibawa.

Perjumpaannya dengan Rendra, suami MC, membawanya ikut menyelami perairan Tulamben dan sempat merasakan tinggal di kapal pesiar The Mediterranean Sun lalu menyaksikan korban pembunuhan tanpa mengetahui peran apa sebenarnya yang sedang dijalani dirinya.

Perjalanan menuju Labuan Bajo dan Kepulauan Cayman merupakan kunci pembuka permasalahan yang rumit sekaligus mengungkap tabir 'terbunuhnya' MC. Wikan sekali lagi harus kembali berada di tengah kemelut tiga kelompok yang sejatinya hanya ingin mengincar kalung Tears of The Virgin Mary itu.

Di Kepulauan Cayman tepatnya di Stingray City, Wikan sekali lagi harus menyaksikan betapa rakus dan tamaknya mereka untuk menguasai seuntai kalung yang diangkat dari kapal Van der Wijck di Lamongan tahun 1936. Hanya dengan kecerdikan dan peluang yang tipislah maka ia bisa menyelamatkan diri dari  kebrutalan kelompok yang tak segan-segan menghalalkan segala cara untuk merampas perhiasan tak ternilai itu.


Ulasan:


Sepak terjang Wikan menemui puncaknya kali ini. Saat saya membaca novel bagian ketiga dari seri Imperia ini, dua hal yang menarik dari petualangan seorang reporter wanita ini, pertama adalah;  apa mungkin ia mampu melakukannya tanpa mengalami 'kepayahan' dan rasa jeri atau ngeri akan berbagai masalah yang bertubi-tubi menghampirinya?

Namun, cerita adalah cerita yang dengan kemampuan daya khayal tanpa batas semua bisa diwujudkan begitu saja menjadi rangkaian yang seakan itu fakta adanya. Fiksi dan fakta, bedanya begitu tipis bukan? Saya seakan ikut mengalami dan menonton peristiwa demi peristiwa yang ditemui Wikan dan rombongannya mulai dari Jerman, menyelam ke dasar laut di perairan Tulamben, merasakan berada di kapal pesiar mewah, sampai ke Labuan Bajo lalu berakhir di Cayman. Wow, cerita yang spektakuler.

Kok Wikan gak kelelahan ya?

Wikan jelas kelelahan dan itu tergambar di setiap tahap ketika ia mulai menulis laporan dan selama perjalanan. Tak bisa dipungkiri kisah ini menjadi hidup karena memang ada riset dan observasi yang cukup untuk memenuhi sebuah khayalan tingkat tinggi plus cara meramu alur yang lihai. Dan itu berhasil dituangkan dengan baik oleh pengarangnya. Sama seperti di buku seri sebelumnya, perjalanan Wikan masih akan terus dibayangi oleh kelompok lain demi menguasai sesuatu.

(Baca : Rahasia Imperia, Tidak Ada Kejahatan yang Sempurna)

Itu dari segi cerita. Lain lagi dari segi penokohannya. Wikan seakan menjadi One Woman Show di sepanjang kisah dari awal hingga akhir. Karakter-karakter lain hanya sekadar melintas dan memperkuat posisi  sementara untuk kemudian berkumpul dan membuat kegaduhan.

Hal yang menarik adalah tema yang diangkat serta cara mengeksekusinya. Melibatkan nama tempat dan aneka intrik penuh kerumitan seakan pembaca hanya mengikuti saja tanpa sempat mencoba menganalisis apa yang terjadi di balik semua ini.

Jika pengarang mampu membungkus rapat-rapat rahasia apa yang akan terjadi hingga di akhir kisah,  itu merupakan  keberhasilan baginya dalam menjahit cerita dan bonus bagi kita yang barangkali saja bebal dalam menerka siapa yang berpotensi jahat. Kejutan memang menanti di bagian akhir dan tentu saja dijamin pembaca akan terperangah kecuali yang telah mampu menebak dengan jelas siapa saja pelaku-pelaku yang licin  dan apa motifnya itu. Kapan dan di bab mana akan dimunculkan dan menjadi gong itulah yang membuat penasaran.

Pembaca seperti saya yang telah mengikuti petualangan Wikan sejak dari buku pertama akan merasakan intensitas keingintahuan yang tetap tinggi dan semakin larut baik secara persona maupun akal dalam berbagai peristiwa yang dihadapi Wikan. Terlebih bila kita membacanya tanpa jeda antara buku pertama, kedua hingga langsung dilanjutkan yang ketiga.

(Baca juga : Ilusi Imperia, Sebuah Persekongkolan Tingkat Tinggi)

Saat Wikan diculik di bandara lalu harus menjelajahi wilayah lain demi mengikuti ritual kelompok lain. Atau ketika menuju Labuan Bajo dan mendarat sampai di Kep. Cayman, itu merupakan sesuatu yang belum pernah disuguhkan dalam novel Indonesia pada umumnya. Ini adalah rekor cerita perjalanan paling ambisius dalam kisah yang pernah saya baca.

"Ini salah satu kejadian paling aneh, misterius, mengerikan, brutal, melelahkan sekaligus paling membius dan mencengangkan yang pernah kusaksikan, dimulai dari Patung Imperia di Jerman, diakhiri dengan album band Inggris, Coda, dan tokoh sentralnya seorang diva Indonesia". hal 476

Dari segi jalan cerita, alurnya membumi meskipun tokohnya pergi ke mana-mana hingga ke pojok bumi sekalipun, tetap kembali ke suasana Indonesia dan tetap tanpa kehilangan daya pikatnya dalam mengunjungi berbagai tempat hingga ke pulau Komodo sekalipun.

Serba Tahu

Hal kedua yang menarik lainnya adalah cara pengungkapan para tokoh, keterlibatan serta motif yang melatarbelakangi para pelaku ini dalam merencanakan suatu peristiwa kejahatan yang secara jitu mampu diungkap dengan baik oleh Wikan.

Mirip dengan novel karangan JK Rowling yang pernah saya baca di mana dari bab awal hingga pertengahan pembaca disodori oleh rentetan kejadian yang sambung menyambung. Lalu pada akhirnya mereka diungkap satu persatu hanya lewat penuturan sang reporter.

Jadi keterangan semacam narasi dari pengarang diwakilkan melalui ucapan Wikan tentang hal-hal yang patut diketahui pembaca.

"Kadang-kadang tak perlu semua hal diungkapkan dengan jelas di awal, agar surprise di akhir jadi mengesankan." hal. 422

Secara keseluruhan novel ini menarik dan seakan nyata. Bila membaca keseluruhan seri Imperia ini Pengarang sangat piawai menggambarkan adegan dramatis sekaligus pamungkas dari semuanya di penghujung cerita. Tema yang diusung pun masih jarang ditemui.Tak terlalu berlebihan bila kita berharap kisah semacam ini tak berhenti sampai di sini saja. Semoga ada sekuelnya dengan suasana yang seheboh mungkin. Atau dibuat sempalannya khusus hanya petualangan Wikan saja.



Nah, dengan segudang informasi yang bertebaran di sepanjang cerita ini, maka jika jeli sebenarnya kita akan segera tahu mana kawan, mana lawan. Pastikan untuk membacanya dengan saksama.


Coda Imperia, Ketamakan Membawa Petaka Coda Imperia, Ketamakan Membawa Petaka Reviewed by Erna Maryo on November 23, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.