Rahasia Imperia, Tidak Ada Kejahatan yang Sempurna



Rahasia Imperia
Seri Imperia #2
Akmal Nasery Basral
Gramedia Pustaka Utama, 432 hal
Gunung Agung, Blok M


Sinopsis:


Masih mengikuti petualangan Wikan sang reporter yang tengah berada di Jerman. Perkembangan semakin melebar karena kabar terbunuhnya sang Diva seakan menjadi bola salju yang terus menggelinding dan melibatkan tak hanya nama-nama penting di Indonesia, namun juga kelompok mafia yang disegani di Eropa, Mafia Albania.

Dengan bantuan banyak pihak yang secara kebetulan bertemu dan menjadi penghubung urusan selama di Jerman seperti mbak Puti atau pun Kaban, Wikan mampu mengolah berita dan menjadikannya satu-satunya wartawan yang mendapatkan sumber berita paling akurat tentang peristiwa pembunuhan diva pop, MC dan manajernya Adelia.

Begitu fokusnya Wikan menggali keterangan berbagai pihak yang terlibat atas pembunuhan dua warga Indonesia di negeri orang, hingga ia nyaris lengah dan tak sadar nyawanya menjadi incaran Sang Pemikir beserta anak buahnya.yang tak ingin aktivitasnya terungkap dengan gamblang.


Ulasan:


Usai menghabiskan novel yang pertama, tibalah melahap novel yang kedua. Biasanya buku kedua akan berisi pengungkapan atau latar belakang terjadinya masalah. Namun untuk seri yang kedua ini, decak kagum terlontar kembali saat mata ini menelusuri kata demi kata. Bagaimana tidak, di seri ini justru ada plot-plot baru yang membuat kita menjadi semakin terperangah mengetahui watak dan tokohnya serta twist yang muncul.

(Baca juga: Ilusi Imperia Sebuah Persekongkolan Tingkat Tinggi)

Ibarat minum sirup dalam botol, botol pertama ada rasa manis dan kecut, lalu saat minum di botol kedua seharusnya rasanya menetralkan namun sebaliknya  minum  botol kedua justru semakin membuat kita mabuk dan hanyut serta ingin menghabiskannya dalam waktu singkat meski itu ternyata racun.



Demikian pula dengan kisah kedua ini. Kisahnya lebih mencekam, menyesatkan dan sulit dibedakan mana kawan atau lawan. Thrillernya lebih kental karena tokohnya seorang diri dan beredar di belantara Eropa dengan segala keterbatasan pengetahuan dan keluguan khas jurnalis yang baru diterjunkan pertama kali meliput berita.

Ada saatnya tokoh jagoan kita nampak menjengkelkan dengan ketidaktahuannya namun di sisi lain itu menjadi kekuatan dan menjadi senjata bagi mereka yang ingin melenyapkannya.

 Hal yang terungkap saat membaca kisah ini adalah untuk menuliskan sebuah novel itu perlu riset dan observasi yang pada dasarnya semua calon penulis pasti mampu melakukannya. Namun untuk menciptakan sebuah novel thriller dengan penggambaran khas Indonesia ditambah dengan wawasan  negeri yang tak sekadar antah berantah (Jerman) membuat kisah yang dituturkan menjadi sangat spesial dan mempesona.

Lika-liku tempat, nama masjid, jalanan, wilayah, stasiun, kereta api adalah sesuatu yang bisa dipelajari namun mengolah dan menjahitnya menjadi sebuah cerita thriller itu butuh kemampuan lebih yang tak sekadar menyelami selama satu minggu saja. di sana.

Topeng-topeng yang Terbuka

Meskipun novel ini jauh dibuat sebelum masa-masa politik yang 'panas', namun isi ceritanya ternyata masih relevan dengan masa kini. Kita akan saksikan Jenderal Pur sebagai tokoh kuat militer yang sangat berkuasa dan memiliki segalanya. Atau sosok pimpinan redaksi majalah yang ternyata takluk oleh kekuasaan dan bermuka dua. Atau  awak redaksi yang menjilat. Banyak sekali jenis orang-orang seperti ini bukan?

Semua yang awalnya manis ternyata menympan rahasia masing-masing dan terungkap dalam suatu peristiwa. Bukankah saat ini pun kondisinya seperti itu? Semua orang perlu memasang topeng agar wajah aslinya tidak terlihat.

Alur kisahnya linier dan tidak terlalu njelimet. Kisahnya enak diikuti. Mungkin yang perlu diingat-ingat adalah nama-nama lokasinya. Maklum seluruh latar masih tetap berada di Jerman berikut istilah di tiap babnya yang mengundang rasa ingin tahu dan ingin segera menamatkan.

Kefasihan sang pengarang dalam menyusun alur, tokoh-tokoh kenalan khas Jerman mulai dari inspektur polisi hingga tim otopsi menjadi daya tarik sendiri dalam menikmati novel ini. Kita tidak akan merasa bingung karena lokasi atau istilah Jermannya namun justru pada tokoh-tokohnya yang secara tidak terduga akan menjadi bumerang bagi Wikan.

Wanita Penyelamat

Selain kisah yang menawan, kekurangannya pun ada meskipun minor saja semisal mengapa tokoh jurnalis yang notabene wanita dan belum ada satu minggu bekerja di kantor redaksi tiba-tiba menjadi pemberani dan mampu melawan kekuatan yang melebihi dirinya?

Dan, saya rasa sosok Wikan kurang digali lebih dalam personanya. Apalagi di novel pertama diceritakan ia memiliki kemampuan dalam mensugesti benda atau telepati, psikokinesis atau mengetahui peristiwa di tempat lain. Mengapa kedua sifat itu tidak dieksploitasi? Pastilah itu akan menambah daya dinamit kepingan kisah Imperia lain ini bila ditonjolkan.

Dengan segala 'kebodohan' yang dibuatnya maka sosok wanita ini menjadi seakan memiliki dua sisi. Dielu-elukan namun juga disalahkan. Manusiawi sekali sih, karena pada dasarnya tokoh protagonis yang ingin ditampilkan bukanlah sosok yang harus pintar apalagi di tengah budaya kerja di mana perempuan dianggap minoritas dan kalah ego dari kaum pria. Namun sifat cerdik, bernyali, intuitif serta berani merupakan sifat dasar yang sangat penting demi terkuaknya sebuah  rahasia.

Kesan saya setelah membaca isinya, novel ini 'menjebak' jadi berhati-hatilah ke mana Anda berpihak.

Rahasia Imperia, Tidak Ada Kejahatan yang Sempurna Rahasia Imperia, Tidak Ada Kejahatan yang Sempurna Reviewed by Erna Maryo on November 05, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.