Halo jumpa lagi dengan pilihan buku terbaik menurut versi saya. Selama tahun 2018 buku-buku yang telah saya lahap merupakan novel fiksi yang memang saya sukai dan dengan senang hati akan saya rekomendasikan bagi siapa pun yang senang membaca buku terutama fiksi.
Kalau dilihat dari kuantitas memang kalah jauh dibandingkan dengan tahun 2017, namun soal kualitas pastilah tetap dikedepankan.
Baca: Lima Buku Terbaik 2017
Soal tema, beberapa bulan belakangan ini saya cenderung lebih menyukai fiksi thriller dibandingkan drama. Bila drama telah terasa menjadi sesuatu yang monoton dan ajeg, maka tema lainnya bisa menjadi selingan. Meskipun setelahnya saya tetap akan kembali ke fiksi drama.
Sepanjang tahun saya hanya sempat membaca buku sebanyak 13 buah saja. Benar, satu bulan untuk satu buku dan buku yang ke-13 terbaca karena isinya menarik dan tak terlalu tebal. Atas nama kesibukan dan jiwa yang sering merasa lelah akibat tugas-tugas di kantor, saya hanya mampu membaca sebanyak itu.
Namun jangan salah, dari ke-13 buku atau novel ini, saya telah menentukan 5 pilihan buku yang menurut saya sangat oke untuk menjadi yang terbaik diantara 8 buku lainnya.
Ini pilihan saya.

1.Aroma Karsa, karya Dee Lestari
Sebelum novelnya diluncurkan saja sudah membuat heboh apalagi setelah membacanya. Kesan yang tampil adalah betapa pengarang sangat serius menggarap novel ini. Tema yang diangkat sungguh mampu membuat kita sebagian besar pembacanya merasa bahwa hanya dari gundukan sampah saja, sebuah ide yang sangat dahsyat keluar dan menjadi kisah yang spektakuler!
Kombinasi antara dunia nyata dengan dunia supranatural telah memaksa kita yang sangat awam dan setia di jalur linier ini, memahami secara intens dan lekat untuk terus menelusuri kisahnya sampai habis. Sangat mencengangkan dan sungguh memperkaya pengetahuan. Fiksi ternyata mampu diolah dalam dimensi yang lebih luas dan di luar batas pemikiran awam pada umumnya.

2.Laut Bercerita, karya Lelia S Chudori
Satu lagi novel yang sangat serius diperbincangkan sepanjang tahun 2018. Meskipun tokoh-tokohnya fiksi namun tak bisa dipungkiri ini merupakan representasi dari tokoh dan kejadian sebenarnya. Sejarah yang ditoreh takkan mampu terhapus begitu saja dalam benak.
Membaca novel ini kita menjadi paham bahwa sebuah peristiwa yang besar dan bakal menjadi sejarah lalu dituang kembali ke dalam sebuah cerita -meskipun setengah fiksi setengah fakta- akan memberikan efek yang sangat luar biasa bagi pembacanya. Saya pun ikut mencari catatan pengakuan dan membaca peristiwa penangkapan para mahasiswa usai tuntas membacanya. Itulah efeknya.
Hal yang paling penting dari novel ini adalah keberhasilan penulis dalam melukiskan sebungkah perasaan yang dimiliki para tokoh-tokohnya. Rasa sedih, marah, kecewa, dan hampa menjadi begitu dominan dalam novel ini sehingga untuk mengutuk perbuatan para tokoh antagonis pun rasanya sudah tak mampu lagi akibat tertutup oleh kepedihan.

3. Sirkus Pohon , karya Andrea Hirata
Inilah satu-satunya novel yang mampu membuat saya terbahak-bahak tanpa henti saat membacanya. Entah formula apa yang dipakai; isi ceritanya telah menyemarakkan dunia membaca saya yang hanya terfokus pada fiksi yang serius. Tokoh-tokoh yang lebay, alur cerita yang tak mudah ditebak, suasana yang dibangun seolah dekat dengan kehidupan sehari-hari kita dalam hidup bermasyarakat dan bertetangga.

4. Rainbirds , karya Clarissa Gunawan
Hal yang terbaik dalam novel ini menurut saya adalah gaya penceritaannya. Pengarang mampu mengantarkan ide tentang kehilangan seorang kakak dengan sangat sendu dan muram. Terlepas dari langgam kisahnya yang sedih, justru di balik itu tersimpan rasa optimis yang kuat. Pengarang juga berhasil memberikan suasana Jepang yang sangat fasih beserta seluk beluk budayanya.

5. Megamendung Kembar , karya Retni SB
Bila ingin mengetahui lebih dekat tentang seluk beluk batik tanpa merasa digurui, bacalah novel ini karena isinya sangat kaya tentang dunia perbatikan dan dikemas dalam kisah fiksi yang sangat indah. Alurnya yang kilas balik, maju mundur takkan membuat bingung. Sebaliknya justru menambah rasa penasaran atas tokoh-tokoh yang terkait di dalamnya.
Demikianlah lima buku terbaik versi saya sendiri. Memang awalnya saya ingin mengganti salah satu judul dengan judul lain namun ternyata judul pertama lebih kuat dirasakan efeknya ketimbang yang lainnya. Terbaik menurut saya adalah bila buku-buku itu sanggup membuka cakrawala pikiran, tetap melekat dalam ingatan dan mampu menggerakkan sel-sel otak saya yang nyaris beku ini untuk berpikir lebih kritis dan menembus batas.
Tidak ada komentar: