Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Tentang Ajo Kawir yang Bijak dengan 'Burungnya'

seperti dendam rindu harus dibayar tuntas tentang ajo kawir dan 'burungnya'



Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Eka Kurniawan
Gramedia, 250 hal
e-book, iPusnas

Sinopsis

Tersebutlah seorang pemuda yang resah karena kemaluannya sulit sekali tegang meskipun telah dirangsang dengan berbagai cara. Ajo Kawir begitu benci dengan kondisi seperti ini sehingga pelarian dari keresahannya adalah berkelahi dengan siapa pun dan menjadi seorang petarung yang ditakuti. Sahabatnya yang bernama Tokek juga turut prihatin dan sangat merasa bersalah karena gara-gara ulahnya yang mengajak sahabatnya melihat perempuan gila telanjang dan diperkosa oleh dua orang polisi, telah menyebabkan Ajo Kawir menjadi trauma dan impoten.

Dalam kegelisahannya ia akhirnya bertemu dengan Iteung, seorang pengawal wanita sekaligus lawan yang sepadan dalam berkelahi dan bersilat lidah. Keduanya saling mencintai, menikah namun juga bersepakat untuk berpisah. 

Petualangan Ajo Kawir berwarna-warni sembari membawa luka dan ketidakmampuannya. Sebagai lelaki ia ditakuti karena ketenarannya menyandang label sebagai pembunuh bayaran. Sebagai pecinta, ia gagal memuaskan wanita yang sangat dikasihinya.


Ulasan

Membaca novel ini sedikit ada rasa jengah karena belum apa-apa sudah disuguhi oleh kata-kata yang cabul nan vulgar. Namun anggapan awal itu ternyata meluruh sedikit demi sedikit seiring dengan alur ceritanya yang menurut saya seru dan penuh dengan kejutan.

Jengah dan Bijak


Urusan alat kelamin adalah hal yang sesungguhnya tabu untuk diungkap secara terbuka. Dan tidak semua pembaca merasa nyaman saat membacanya. Diperlukan situasi yang bijak untuk memahami secara perlahan akan berbagai kata yang vulgar. Pengarang novel ini bukan sekali ini saja menulis cerita tentang hal tabu yang berkenaan dengan alat vital atau sebangsanya. Dalam novel Cantik Itu Luka, Eka Kurniawan membeberkan hal yang lebih saru dan lebih dahsyat. 

Jadi ketika membaca novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, situasi jengah seolah sudah tertangani. Paling tidak urusan vulgar atau tidak itu tergantung pada pemikiran kita. Dalam novel ini sang tokoh begitu jelas dipaparkan sehingga mampu meraih rasa simpati yang dalam. Sebenarnya kisah ini bukan hal yang benar-benar vulgar semata. Ini adalah metafora akan kesenjangan hidup yang melanda dan kita rasakan pada masa tersebut yang diwakili oleh Ajo Kawir. 

Apa yang tersirat maupun yang tersurat merupakan sesuatu yang peka alias sensitif dan justru tak bisa dengan blak-blakkan ditampilkan secara langsung. Di satu sisi pengarang menyuguhkan hal yang terbuka dan diumbar ke mana-mana. Tapi di sisi lain ada yang disampaikan secara tersamar agar pembaca dapat menangkap secara perlahan-lahan esensi dari cerita.

Jalan sunyi


Sosok Ajo Kawir adalah gambaran pria yang resah, gelisah, hilang arah dan memiliki rasa ketidakpercayaan yang tinggi.  Sepak terjangnya di dunia hitam mengantarnya ke balik jeruji lalu berubah alias hijrah menjadi manusia yang tenang. Begitu ringkasnya cerita ini dibuat.

Ajo Kawir memutuskan mengikuti jalan sunyi sama seperti yang ditempuh oleh 'burungnya'. Lebih sering berdialog dan menata diri untuk lebih sabar menghadapi tantangan terutama ketika menjadi supir lintas Sumatra. Kecuali Tokek, tak ada yang tahu penyebab pasti yang menyebabkan burungnya enggan bangun. 

Dalam kisah ini pengarang memang cenderung mengangkat kisah dengan mengambil latar yang realistis. Tidak mengada-ada apalagi hanya semacam utopia. Alurnya linier dan tak perlu kilas baik. Dialog antar tokoh juga cukup jenaka dan apa adanya.

Sampai di tahap ini rasanya Eka telah berhasil membuat alur cerita menjadi dua kali lebih menarik dari bab-bab awal. Lebih anteng meskipun tetap saja ada sedikit aksi semisal dalam kebut-kebutan antar truk di jalanan yang dilakukan keneknya. Ini adalah adegan yang paling saya suka sesudah Ajo Kawir bertarung melawan Iteung. 

Ikatan emosi


Kisah sepak terjang yang mengandung kebrutalan yang bercampur dengan kelembutan dan ketenangan agaknya mengingatkan saya pada cerita-cerita yang dibuat sutradara film Quentin Tarantino. Agak absurd namun bisa diikuti dengan nyaman. Akankah filmnya nanti digarap selevel itu?

Kondisi emosi pun tetap menjadi perhatian bagi para tokoh. Ajo Kawir yang sensitif, Iteung yang selalu dibalut penasaran mengapa kedua polisi penyebab suaminya impoten tidak segera dibunuh oleh Ajo Kawir, atau mengapa Paman Gembul memerintahkan dirinya membunuh Si Macan. Seluruhnya menjadi ikatan emosi yang terus menerus mewarnai dan menjadi arus pikiran sang tokoh utama.

"Tapi apa gunanya? Yang punya dendam suamimu. Hanya Ajo Kawir yang boleh membunuhnya, untuk membuat burungnya kembali bangun...bujuk suamimu melakukannya...untuk membunuh kedua polisi. Bayar dendam itu" hal-233. 

Akhirnya cerita ini tak hanya tentang burung namun lebih dari itu.  Ada dendam dan bijak serta monolog seseorang yang sadar akan kelemahannya, itulah esensinya.

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Tentang Ajo Kawir yang Bijak dengan 'Burungnya' Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Tentang Ajo Kawir yang Bijak dengan 'Burungnya' Reviewed by Erna Maryo on Januari 12, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.