Mencari Simetri
Annisa Ihsani
Gramedia Pustaka Utama, 240 hal
iPusnas
Sinopsis
April merasa senang sekali bila berdekatan dengan rekan kantornya yang bernama Armin. Melakukan apa pun bersama cowok itu dunia rasanya indah sepanjang hari. Namun Armin hanya menganggapnya sebagai teman untuk berbagi cerita, tidak lebih. Jujur, ketika April bersama Armin, perasaan cewek ini selalu membuncah oleh pengharapan bahwa suatu hari nanti Armin akan menjadikan dirinya seorang pacar dan bukan sebagai lap dapur.
Padahal ada cowok lain yang sedang naksir April dan sangat ingin menjadikan cewek ini calon istrinya, Lukman. Relasi keduanya bahkan diakhiri dengan perpisahan yang buruk.
Permasalahan April tak hanya tentang Armin namun juga keluarganya dalam hal ini Papa. Papa yang menderita penyakit, kegundahan akan Armin yang tak pernah membalas isi hatinya, ditambah sahabatnya Sita yang jauh dan seolah tak terjangkau lagi menjadikan April kerap kesepian, tertekan dan tak tahu harus melampiaskannya ke mana. Pikiran selalu berputar-putar, berkejar-kejaran seakan ia hanya mencari simetri yang tak berujung pangkal.
Ulasan
Minggu lalu tiba-tiba saja saya kangen sekali ingin membaca cerita yang berbau Metropop. Pilihan jatuh pada Mencari Simetri karya Annisa Ihsani. Sejak dirilis pertama kali, sebenarnya saya ingin sekali bisa langsung membacanya. Namun akibat banyak kendala, barulah saat ini di waktu yang tepat akhirnya saya bisa menyelesaikannya.
Sebenarnya daya tarik dari novel ini ada pada judul dan juga gambar sampul yang memikat. Apa sih mencari simetri itu? Bagaimana dan siapa yang mencari? Simetri apa yang dicari? Karena sebagaimana yang sering saya temui dalam setiap novel Metropop, isinya tak lain dan tak bukan adalah soal wanita muda yang sibuk dengan dunia kerja dan kehidupan percintaannya. Nyaris garis besarnya seperti itu.
Kalaupun ada tema yang lain, tetap saja percintaan dan pekerjaan menjadi nyawanya sebuah cerita Metropop. Novel Metropop, sejauh ini selalu membuat saya senang dan puas dengan konstruksi cerita dan akhir bahagianya yang melegakan.
Beban yang ditanggung
Novel ini berbeda. Dari awal, pembaca langsung disuguhi dengan tokoh yang sedang dibicarakan, dipuja dan dikagumi dalam hati. Suatu pembukaan yang menarik karena saya akhirnya langsung terjun mempelajari siapakah Armin ini dengan langsung membacanya hingga setengah halaman. Hasilnya? Saya cukup berempati dengan tokoh April yang ingin sekali dianggap bukan sekadar teman kantor saja.
Belum lagi beban yang ditanggung dengan permasalahan keluarga April yang cukup membumi dan diberi porsi agak banyak oleh pengarangnya. Wanita lajang, pekerja dan masih harus mengurusi segala masalah domestik sehingga angan-angan untuk menjadi wanita yang cukup dicintai oleh seorang pria nampaknya menjadi isu yang paling menyiksa batin ketimbang yang lainnya.
"Entah umurmu 14 atau 29, cinta yang tak terbalas tetap sama menyakitkannya" Hal. 194
Membaca ceritanya dijamin tidak akan bosan. Sebaliknya isinya sangat renyah, menyentuh hati dengan kadar yang tepat serta apa adanya. Bahkan novel ini cukup memberi inspirasi tentang bagaimana cara menolak cowok yang memaksa menjadikan kita kaum wanita sebagai pacarnya. Alih-alih menolak cinta, tokoh protagonis ini langsung memutuskan hubungan beberapa hari kemudian. Betapa asertifnya.
Bertepuk sebelah tangan
Alur yang kadang menukik kadang melandai membuat ceritanya tambah greget dan tidak bisa lepas. Saya rasa novel-novel Metropop ini menarik, salah satunya karena dalam menyelesaikan masalah kadang tidak perlu solusi yang muluk-muluk alias biasa saja dan sederhana pula.
Gagasan mengangkat simetri sebagai pola hubungan yang ingin dibangun bersama Armin rupanya bisa memberi gambaran bahwa mencari pasangan yang sesuai dan tidak bertepuk sebelah tangan amatlah sulit. Mencari dan menemukan hanyalah masalah waktu. Menjalani dengan klimaks yang ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi adalah kenyataan pahit.
"Ketika orang-orang menaruh ekspektasi mereka terhadapmu dan kau tidak mau memenuhinya, itu bukan masalahmu. Kau tidak bisa memenuhi ekspektasi semua orang" hal 52
Pengarang memberi akhir cerita yang kurang populer namun justru akhir yang menggantung itu merupakan solusi terbaik yang diserahkan ke pembaca. Kadang memang sebuah kisah tak seharusnya berakhir dengan perasaan bahagia. Dan ini realistis, senyata kehidupan yang harus dijalani oleh kita semua. Pada akhirnya pengakuan akan datang dengan sendirinya seiring dengan kesadaran yang tiba di saat yang tepat.
Bisa dibilang novel ini memberi pelajaran penting bahwa hidup itu bisa dikompromikan, pemaksaaan yang berlebihan hanya akan mengantarkan pada kelelahan dan kepalsuan belaka.
Tidak ada komentar: