Troubled Blood : Sulitnya Mengungkap Kasus Hilangnya Dr Margot Bamborough

 

Troubled Blood
Roberth Galbraith (JK Rowling)
Mulholland Books/Little, Brown and Company, 1051 halaman
Apple Books 


Sinopsis
 

Seorang wanita muda bernama Anna Phipps meminta Cormoran Strike untuk mencari ibunya Dr. Margot Bamborough yang telah menghilang selama 40 tahun. Lenyapnya Margot Bamborough ini sangat misterius karena kalau pun sudah meninggal mengapa tak pernah ditemukan jasadnya atau jika masih hidup mengapa tidak ada kabar apa pun darinya.
 
Menurut Gloria Conti yang pernah bekerja sebagai resepsionis di tempat Margot bekerja yakni di klinik St. John, dokter ini terakhir terlihat tergesa-gesa keluar dari klinik untuk menemui sahabatnya, Oonagh Kennedy di sebuah pub bernama Three Kings. Namun entah mengapa sampai Oonagh lelah menunggu Margot tak pernah muncul di sana.

Meskipun belum pernah membedah kasus lama, namun Strike akhirnya bersedia menyelidikinya karena peristiwanya terjadi 40 tahun yang lalu, tahun yang sama saat ia lahir yakni 1974 dan ini adalah kasus yang cukup menantang baginya karena harus mengorek-orek laporan selama 40 tahun ke belakang dengan situasi dan latar kondisi yang tentu saja telah jauh berbeda.
 
Berbagai rintangan dan hambatan ditemui saat menyelidiki kasus ini. Dibantu Robin, mereka mulai mendatangi dan menanyakan satu per satu rekan kerja, sahabat, kekasih masa lalu, suami Margot serta mendatangi lokasi yang dianggap menjadi titik kecurigaan. Bahkan kedua detektif ini bahu membahu untuk memecahkan sendiri tumpukan catatan yang dibuat oleh dua penyelidik terdahulu, Talbot dan Lawson termasuk perkara zodiak dan dampaknya.

Anna Phipps memberikan waktu satu tahun untuk menyelidiki misteri hilangnya Margot namun hingga menjelang tenggat itu berakhir, kedua agen detektif ini masih sulit mendapatkan petunjuk yang pasti. Dan ketika klien ingin menghentikan kasusnya, Strike justru menemukan petunjuk baru yang sangat otentik. Bahkan Robin dan Barclay tak pernah menyangka Dr Margot ditemukan di tempat itu.


Ulasan
 

Jumpa lagi dengan detektif partikelir Cormoran Strike bersama mitra kerjanya, Robin Ellacott. Kali ini ia diberi kepercayaan untuk memecahkan kasus lama yang rupanya tak mampu dituntaskan oleh penyelidik kepolisian terdahulu, Talbot dan Lawson.
 
Kasus yang telah mengendap selama 40 tahun lamanya ini sukses membuat detektif Strike harus memeras otak dan berupaya melakukan wawancara ulang pada mereka-mereka yang dicurigai. Margot sendiri adalah seorang dokter yang bekerja di klinik St John Medical Practice di jalan Clerkenwell dan cukup disegani.
 
Kasus ini unik dan misterius karena korban menghilang begitu saja setelah berjalan kaki di tengah hujan deras menuju kafe Three Kings untuk menemui sahabatnya yang pernah sama-sama berprofesi sebagai penghibur tamu atau Bunny Girl semasa mereka berdua masih muda. Lebih aneh lagi jejak korban seakan tidak terendus sama sekali baik oleh penyelidik maupun detektif sebelumnya.

Pembaca kebingungan


Sama seperti kisah-kisah yang pernah diceritakan dalam petualangan Strike sebelumnya, pengarang selalu menyodorkan banyak sekali tokoh, lengkap dengan pelbagai karakter baik yang bersifat abu-abu atau pun hitam putih sebelum akhirnya hanya akan menyisakan salah satunya sebagai tersangka potensial.
 
Alur ceritanya runtut, paralel dan tidak rumit. Kesulitan satu-satunya menurut saya adalah mengingat-ingat nama-nama tokoh yang ditemui oleh Strike dan Robin. Sekilas pengenalan awal kepada para tokoh yang sangat banyak, baik yang berasal dari tim klinik St John, pihak keluarga atau masyarakat yang pernah bertemu dengan Margot sukses membuat pembaca akan kebingungan. 
 
Namun di sisi lain keuntungan dari mengenal banyaknya tokoh di seputar Margot adalah kita bisa menebak, mendeteksi sekaligus menyeleksi siapa saja kemungkinan yang menjadi pelaku dibalik hilangnya Margot sebenarnya.

Ada beberapa tokoh penting yang awalnya terlihat biasa saja namun ternyata menyimpan banyak cerita mengejutkan. Misalnya Irene Bull (Hickson) dan Janice Beattie, keduanya masing-masing adalah resepsionis dan perawat klinik St. John yang tentu saja lebih banyak mengenal korban. Selain itu ada Gloria Conti dan dr. Dinesh Gupta yang juga berkawan dekat. 
 
Oh ya pengarang memberi latar waktu kejadian penyelidikan pada rentang antara 2013-2014 dengan berbagai kejadian menarik yang tentu saja tidak membosankan.

Terkena tinju


Perlahan kita akan mengenali bagaimana kondisi korban semasa hidupnya lewat penuturan para teman sejawatnya atau karyawan lain di klinik tersebut. Bahkan kita pun turut larut dalam pencarian jejak korban saat Strike menelusuri bagian sudut kota London yang tak pernah tidur itu.

A short distance down St. John Street, Strike's target turned right past a small ironmonger's on the corner, and headed into Albemarle Way, the short street with an old red telephone box.  Hal. 507


Selain mengejar pelaku, tentunya buku setebal ini tak melulu soal kasus kejahatan saja isinya. Setelah beberapa tahun berdiri sejak menangani kasus Lula Landry hingga Lethal White, biro detektif ini nampaknya semakin moncer dengan beberapa kasus pengintaian yang sedang ditangani seperti Two-Times, Twinkletoes, Postcard dan Shifty.
 
 
Kisah hubungan antara Strike dan Robin pun tak kalah serunya. Di novel ini kita akan jumpai pertama kalinya mereka berdua bertengkar hebat, pertama kalinya Robin terkena tinju Strike meskipun tanpa disengaja, dan pertama kalinya Strike menemani Robin bermalam di kantor detektif.
 
Sisi kehidupan pribadi kedua detektif yang berdedikasi ini pun makin terbuka saat mereka tengah bersama keluarga masing-masing.  Strike lebih merasa dekat dengan paman dan bibinya, pasangan Ted dan Joan ketimbang ayahnya sendiri yang seorang penyanyi rock masa lalu, Jonny Rokeby. 

Dan tak ketinggalan kasus perceraian Robin yang makin terkatung-katung karena mantan suaminya Matthew selalu menunda-nunda pertemuan sidang. Ditambah lagi keluarga Robin yang selalu ikut campur. Kekisruhan dengan berbagai tokoh tentu saja makin memperkaya bobot cerita menjadi lebih meriah dan ramai.

Menggiring pembaca

 
Membaca novel yang fisiknya super tebal -cocok untuk mengganjal meja tulis - merupakan suatu tantangan tersendiri dalam menyelesaikannya. Tapi tebal atau tidak tebal tak menjadi suatu beban bila ceritanya sangat menarik dan selalu bikin penasaran. 

Seperti biasa dalam mengolah suatu cerita semacam ini pengarang telah melakukan riset yang sangat mendalam baik mengenai  nama, lokasi  atau pun sejarah. Banyaknya tokoh yang sebagian besar mengecoh kita untuk menebak secara tepat pelakunya ternyata menjadi suatu kesenangan tersendiri bagi saya pribadi yang telah membaca seri detektif Strike ini sejak awal muncul pada 2013 silam.

Tokoh Margot yang menjadi pusat pencarian kali ini sungguh misterius karena tak pernah sekalipun diceritakan baik melalui penuturan Roy, sang suami atau anaknya, Anna. Alih-alih mengulik tentang kisah hidup Margot, pengarang justru lebih menggiring pembaca untuk ikut mendalami setiap temuan yang didapat oleh Robin baik tentang perhitungan zodiak atau artikel yang berhubungan dengan si pembunuh berantai bernama Dennis Creed yang dilakukan bersamaan dengan kasus hilangnya Margot itu.
 
 
 

 
 
Kita akan selalu disibukkan oleh berbagai macam karakter manusia yang aneh-aneh dan menjawab apa adanya saat ditemui oleh kedua detektif ini. Bahkan kita tanpa sadar bisa ikut menganalisis mereka seraya bertanya dalam hati, "Manakah calon yang sangat potensial dan mampu menghilangkan Bu dokter ini?"
 

 Tidak diperhitungkan


Mengasyikkan sekali membaca novel ini karena JK Rowling selalu menampilkan hal-hal yang berbau lanskap, informasi, pengetahuan atau sekadar dialog ringan yang lucu.
 

"Cormoran," Anna corrected Kim. "Do people get that wrong a lot?" She asked Strike. "More often than not," he said, but with a smile. "But it's a bloody stupid name." Hal. 59

 

Kalau pernah membaca Harry Potter tentu sudah tak asing lagi dengan caranya berkisah di mana ia selalu menampilkan narasi puisi di setiap awal bab berikut lokasi suatu kejadian yang diceritakan secara deskriptif. Demikian juga dengan Troubled Blood yang diindonesiakan dengan judul Kecamuk Darah. Potongan puisi itu seakan memberi gambaran yang diuraikan di setiap babnya.

Belum lagi dalam menggambarkan seluk beluk suatu kota seperti Skegness saat Strike hendak menemui seorang pria yang ditengarai pernah menjadi salah satu pasien Margot yang dicurigai yakni Steven Douthwaite. Sungguh pengejaran yang efisien.
 
Dan ketika kasus ini terpecahkan, pembaca seperti saya hanya bisa melongo karena apa yang saya perkirakan sebagai pelakunya ternyata meleset. Salah sama sekali. Dari berbagai saksi yang dihubungi hanya ada satu orang yang tidak diperhitungkan sama sekali bahkan oleh Strike sendiri. Mengejutkan memang.
 

 Langsung memberi instruksi


Lagi-lagi prinsip pengarang yang menyimpan rapat-rapat siapa pelakunya dan hanya Strike saja yang bakal mengetahuinya, terjadi kembali di novel ini. Tidak akan ada pembahasan secara detail tentang pelakunya kecuali Strike yang tiba-tiba saja sudah memberi instruksi tertentu pada Robin dan Barclay untuk menuju ke jalan Albemarle Way dan membongkar sebuah ottoman (sandaran kaki) di kediaman Deborah Athorn.
 
Selagi Robin meluncur ke jalanan tersebut, Strike sendiri telah tiba di jalan Nightingale Grove untuk menguak tabir dibalik hilangnya Dr Margot yang amat dikasihi oleh para pasiennya itu.
 
Dan di sinilah, di sebuah kediaman yang tenang dengan pintu bercat merah gelapnya,  akhir persembunyian sosok pelaku berdarah dingin itu berada di dalamnya...


Troubled Blood : Sulitnya Mengungkap Kasus Hilangnya Dr Margot Bamborough Troubled Blood : Sulitnya Mengungkap Kasus Hilangnya Dr Margot Bamborough Reviewed by Erna Maryo on Februari 17, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.