7 Tahun Kegelapan yang Membawa Kepedihan





7 Tahun Kegelapan
You-Jeong Jeong
Ingliana (Penerjemah)
Gramedia Pustaka Utama, 560 hal
Scribd (aplikasi)

Sinopsis


Ahn Seung-hwan tak pernah menduga bahwa kegemarannya mengendap-ngendap di malam hari untuk menyelam di danau Seryeong bakal mengubah jalan hidupnya ketika tak berapa lama tersiar kabar ada  anak perempuan bernama Se-ryeong menemui ajal di dekat danau tempat ia menyelam.

Anak malang yang mencoba melarikan diri dari kejaran ayahnya, OhYeong-je si pemilik arboretum di desa Seryeong itu tewas tertabrak tak sengaja oleh mobil yang dikendarai Ketua Tim Keamanan Waduk Seryeong Choi Hyeon-su, atasan baru Ahn Seung-hwan yang akan tinggal sementara di desa dan serumah dengan pemuda itu.

Penyelidikan yang berlarut-larut tanpa menghasilkan tentang siapa yang membunuh putrinya, memaksa Oh Yeong-je menelusuri sendiri siapa pembunuh anaknya sekaligus menghukum pelakunya.

Sementara itu putra Choi Hyeon-su yang bernama Choi Seo-won terpaksa menjalani hari-hari penuh kepedihan selama tujuh tahun lamanya akibat perbuatan sang ayah yang dijatuhi hukuman mati karena menabrak dan membunuh putri Oh Yeong-je. Ia akhirnya menemukan tempat bernaung yang aman bersama paman Ahn Seung-hwan dan menjalani hari dengan menyenangkan.

Namun setelah tujuh tahun berlalu, dendam Yeong-je masih melekat, kali ini sasaran berpindah pada diri Choi Seo-won.


Ulasan


Hanya satu kata untuk mengomentari cerita ini, menyedihkan. Sebuah rangkaian kisah yang seolah tidak saling berhubungan namun sesungguhnya memiliki benang merah yang amat tipis untuk saling menautkan satu sama lain.

Tokoh-tokohnya yang terkesan tidak berdiri sendiri tetapi pada akhirnya dipertemukan oleh sebuah tempat bernama danau Seryeong yang misterius, gelap dan selalu berkabut. Latar tempatnya yang magis namun menyimpan rahasia sangat kelam menjadi kunci segala persoalan sekaligus jawaban.

Baru kali ini saya menemukan plot cerita yang agak berlapis ditunjang oleh sudut pandang penceritanya yang berganti-ganti. Awal cerita kita akan bingung dengan kisah yang disampaikan oleh Choi Seo-won dan saya mengira ini adalah alur cerita yang biasa dengan kondisi yang umum terjadi, pembunuhan di danau yang berkabut.

Sulit dilupakan


Selain tentang Seo-won, ada pula cerita paman Ahn Seung-hwan si penyelam amatir dan novelis serta dua tokoh utama Oh Yeong-je dan Choi Hyeung-su yang mengharubiru perasaan dan membuat novel ini sangat sulit dilupakan begitu saja.

Setelah itu makin kita membacanya nampaklah bahwa novel ini cukup membuat buku kuduk merinding. Sosok kejam yang berbulu domba dalam sosok tubuh Oh Yeong-je muncul memporakporandakan kehidupan Hyeon-su, si ketua tim keamanan dan mampu menyulitkan serta menjerumuskan segalanya.

Adakah perbuatan yang lebih kejam dari tindakan yang dilakukan oleh seorang dokter gigi merangkap ayah yang posesif dan over protektif terhadap anak istrinya? Tentu saja ada. 

Sepanjang hidup kita pasti akan bertemu berbagai sosok manusia dengan berbagai watak, sikap dan kepribadian yang berbeda. Ada yang langsung tampak, ada yang pula yang tersamar dan tersembunyi dengan rapi.

Penuh problematik


Seperti dalam novel ini, pengarang menyodorkan kasus manusia yang terkesan berwibawa namun dibalik kepibadiannya itu tersembunyi kerapuhan sikap yang sungguh mencengangkan dan itu ditemukan dalam diri tokoh Oh Yeong-je. Aksi yang dilakukan tokoh ini memang membuat pembaca ikut membenci sekaligus ngeri dengan segala tindakannya.

Di bab-bab awal kita hanya akan dibawa oleh suasana yang penuh kebingungan karena cerita seakan tidak memiliki penanda yang jelas, siapakah yang sedang bercerita dan siapa yang akan diceritakan. Apalagi saya sendiri tadinya kurang bisa mengenali gender dan tidak familiar dengan nama tokoh-tokoh dari Korea ini. 

Selama tujuh tahun ke belakang banyak masalah yang berkaitan pada diri Seo-won yang selamat dari percobaan pembunuhan Yeong-je. Kita bisa lihat orang-orang yang penuh problematik dan dengan bantuan kekuasaannya mampu mengerahkan segala cara untuk membinasakan orang lain bahkan anak laki.

Pengarang sangat lihai dalam membangun karakter terutama kedua tokoh seperti Hyeon-su yang mantan pemain bisbol namun hidupnya terpuruk, parah dan mengenaskan akibat kesukaannya minum sampai mabuk. 

Sementara Oh Yeong-je sudah melabelkan diri sebagai tokoh jahat dengan kelihaian dan kewenangannya sebagai pemilik arboretum yang problematik dan meresahkan pikiran. Keduanya baik Hyeon-su dan Yeong-je bergantian diceritakan dengan sangat detail sehingga membuat pembaca merasakan perbedaan tendensinya.

Yeong-je tidak suka bersosialisasi. Ia tidak menghadiri reuni, tidak bermain golf, dan tidak suka menghadiri acara minum-minum. (Hal.106)


Baik Hyeon-su atau Yeong-je, keduanya memiliki latar belakang masa lalu yang berat dan buruk terutama saat di tengah keluarga. Seolah penggambaran kekejaman sosok Yeong-je yang tak ragu menghajar anak perempuannya dan Hyeon-su yang kerap mabuk merupakan pemakluman dan kewajaran atas diri mereka yang pernah dibully pula oleh pihak lain.

Jadi pahlawan


Novel setebal 500-an halaman ini cukup membuat saya kerap berhenti sesaat untuk mengambil jeda dan merenungi bahwasanya rasa benci dan dendam memang memiliki ruang yang besar apabila memang diinginkan.

Pengarang mampu memosisikan bahwa karakter hitam dan putih serta abu-abu dapat terjadi dan muncul begitu saja tanpa perlu dikenali. Tokoh Ahn-Seung-Hwan mungkin bisa dikatakan penyelamat dan penutup berbagai masalah yang ada. Meskipun harus tampil belakangan, Seung-Hwan akhirnya menjadi pahlawan.

Ketidakberdayaan, kenaifan, ketidaktahuan, sekaligus kekerasan seluruhnya terbaca dengan jelas di novel ini. Betapa berbahayanya bila seseorang masih dilanda halusinasi, kebencian dan dendam selama bertahun-tahun lalu harus ditimpakan pada mereka yang masih ada hubungan keluarga.

Saya sangat terpukau oleh cara pengarang menceritakan kisah ini. Unsur thriller dan psikologinya betul-betul memenuhi seluruh bagian di sepanjang cerita. Deskripsi sebuah danau yang tenang, berkabut dan dalam mampu membangkitkan imajinasi yang menakutkan dan sekali lagi memedihkan.






7 Tahun Kegelapan yang Membawa Kepedihan 7 Tahun Kegelapan yang Membawa Kepedihan Reviewed by Erna Maryo on Desember 28, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.