Kereta Semar Lembu: Takdir dan Perjalanan Panjang Sang Penjaga Jalur Kereta Api

 

 
Kereta Semar Lembu
Zaki Yamani
Gramedia Pustaka Utama, 320 hal
iPusnas 
 

Sinopsis


Ketika proyek pembangunan jalan kereta api pertama di Jawa yang menghubungkan Desa Kemijen dengan Desa Tanggung tengah dilaksanakan, saat itulah lahir seorang bayi di tepi jalur rel kereta api tepat pada 17 Februari 1865.

Bayi yang akhirnya diberi nama Lembu-karena sejak lahir dikalungi kerincingan sebesar kelereng dan selalu berbunyi mirip anak lembu jika ia bergerak ke sana ke mari- pada akhirnya harus menerima kenyataan bahwa dirinya tidak akan pernah bisa keluar dari rel kereta api.

Lembu tak pernah mengira dirinya bisa hidup melampaui berbagai zaman di Indonesia. Ia mengalami masa-masa berkuasanya Hindia Belanda, kedatangan Jepang, kemerdekaan yang diproklamirkan, munculnya komunis, belum lagi bertemu dengan para pelaku sejarah Indonesia maupun orang Belanda yang menjalankan politik Etis.
 
Pria yang sepanjang hidupnya tak pernah keluar dari wilayah rel kereta api ini mengalami berbagai suka dan duka, pertemuan dan kehilangan, kebahagiaan dan kesedihan yang mengiringi langkahnya selama berkelana dari stasiun ke stasiun kereta di Pulau Jawa.

Lembu yang akhirnya mendapat tambahan nama Semar-karena bertingkah mirip Semar setelah melihat penampakan Mbah Semar, menjadi sosok yang mampu bertahan hingga seratus tahun lamanya. Seluruh perjalanan hidupnya telah ditulis dan digariskan hingga pada akhirnya ia harus menemui takdir kematiannya yang cukup tragis disaksikan oleh salah satu punakawan tak kasat matanya, Gareng.

Ulasan


 
Bisa dibilang ini adalah novel yang paling bikin terlembu-lembu karena ide, materi atau isinya yang sangat dahsyat, di luar nalar dan keren. Tak hanya membuat semua pakem bisa dijungkirbalikkan atau dipadukan, namun juga telaah tentang dunia mistis magis, pewayangan, lelembut, sejarah dan fenomena alam yang dramatis diulik habis dan saling bercampur-campur menghasilkan adonan cerita yang membuatnya jadi sangat memukau.
 
Selalu saja bila membaca novel sekelas pemenang Dewan Kesenian Jakarta ada perasaan 'wow' dan merinding mengingat bobot ceritanya yang tidak main-main dalam mengeksplorasi berbagai dimensi. Momen membaca novel ini seakan menjadi penanda dari ketidaktahuan menjadi serba tahu atas segala peristiwa terutama tentu saja pembangunan jalur kereta api pertama kali di Jawa serta membuka mata atas segala persoalan sejarah di masa lampau.
 

 Rumah berjalan


Selain tentang dunia hantu, dewa-dewa, dunia pewayangan berikut mitologinya, interaksi Lembu dengan siapa pun yang mengisi lembaran kosong hatinya menurut saya adalah sesuatu yang manusiawi dan menarik. Entah pertemuannya dengan Henk Sneevliet, percakapannya dengan Meneer Jansen yang mengajarinya membaca dan menulis, berjumpa dengan pemuda Koesno, tokoh PKI Semaoen atau dengan gadis yang membuatnya jatuh cinta setengah mati bernama Uma yang sesungguhnya bukan manusia.  
 
Novel ini bercerita dengan alur yang cepat, padat dan lugas dengan beberapa bagian yang kadang terasa dipanjang-panjangkan, namun ada pula bagian yang cukup menohok terutama tentang kemerdekaan. Rasa ketakutan Lembu akan jalur kereta api yang telah menjadi rumah berjalannya selama bertahun-tahun yang bakal dirampas atau musnah, menjadi kecemasan besar hanya karena ucapan Mas Tjokro agar orang seperti dirinya harus memerdekakan diri.

Tapi aku selalu jadi orang merdeka di sepanjang rel kereta api ini. Apakah akan berarti bagiku jika Belanda memerdekakan bangsa ini...Yang aku takutkan, jalur kereta api yang dibangun Belanda dan menjadi jalur hidupku akan ikut mati ketika Belanda pergi. Atau kalaupun masih tetap hidup, orang-orang sepertiku tak akan bisa lagi hidup di jalur kereta ini. Hal.185



Keseluruhan isi novel ini sangat ramai dengan banyaknya tokoh dan karakter dengan pertemuan-pertemuan yang hanya selintas, sekilas atau berpapasan sesaat seiring dengan langkah Lembu dalam mengikuti ke mana arah kereta itu pergi dan berhenti entah di stasiun mana.

Tak hanya itu, ada bagian di mana pengarang begitu luwes memberikan wawasan terbaiknya melalui sosok-sosok yang mengikuti, menaungi, melindungi sekaligus memperingatkan langkah Lembu yang berwujud empat punakawan yakni Semar, Petruk, Bagong dan Gareng agar selalu berada di garis takdirnya.
 

Fase kehidupan Lembu

 
Ada banyak fase kehidupan yang dialami seorang Lembu. Mulai dari fase masa kecil Lembu yang dikelilingi orang-orang dewasa yang vulgar dan diumbar ke mana-mana dalam setiap pembangunan rel kereta api hingga fase dewasa ketika pemahaman tentang takdirnya begitu jelas sebening kristal lewat senandung Mbah Gareng.
 
Novel ini juga memasukkan berbagai gagasan yang dimunculkan secara merata mulai dari yang berdiam di langit sampai yang berada di bawah tanah. Dunia dewa-dewa, dunia lelembut dan dunia arwah saling memberi peran dan pesannya masing-masing. Terkesan berjejalan namun anehnya tidak terasa sesak. 
 
Alur cerita mengalir mulus. Saya menyukai ketika pengarang memberikan sekelumit kehidupan orang Indonesia sebelum tahun 1900. Pelajaran sejarah yang diterima saat saya bersekolah dulu nampaknya sedikit sekali yang menyoroti kehidupan di masa itu, tahun-tahun di seputar meletusnya gunung Merapi dan Krakatau atau ketika buruh cangkul mulai dipekerjakan untuk membangun jalan atau rel kereta.
 
Namun yang paling saya suka adalah saat Lembu yang harus bangkit setelah mati di usia yang ke-100 lalu bergentayangan selama 50 tahun di dunia arwah kemudian dijemput kereta menuju nirwana. Ia berpisah dengan Kunti dan itu adegan yang sangat indah, relevan atas segala rangkaian kisahnya.
 
Pada akhirnya selain menikmati sepak terjang sosok seperti Lembu, di novel ini kita juga mendapat pemahaman berharga yaitu takdir yang sudah digariskan dan sejarah panjang republik ini dalam menggapai kemerdekaannya melalui pembangunan jalur kereta api.
 
 
 





Kereta Semar Lembu: Takdir dan Perjalanan Panjang Sang Penjaga Jalur Kereta Api Kereta Semar Lembu: Takdir dan Perjalanan Panjang Sang Penjaga Jalur Kereta Api Reviewed by Erna Maryo on Agustus 03, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.