Seratus Tahun Kesunyian: Kisah Keluarga yang Penuh Drama

 

 
 
One Hundred Years of Solitude-Seratus Tahun Kesunyian
Gabriel Garcia Marques
Djokolelono-Penerjemah
Gramedia Pustaka Utama, 488 hal
iPusnas
 

Sinopsis

 
 
Bersama istrinya yang keras kepala, Ursula, Jose Arcadio Buendia memulai hidup baru di Macondo  yakni sebuah desa rawa-rawa yang baru didirikan. Tak berapa lama datang serombongan gipsi yang dipimpin ketuanya, Melquiades. Ia menawarkan minuman pada Buendia yang langsung diteguknya.
 
Sang gipsi itu banyak memperkenalkan kemajuan dan peradaban semisal laboratorium dan budaya menanam pisang. 

Jose Buendia memiliki tiga anak masing-masing bernama Aureliano Buendia, Jose Arcadio, dan Amaranta yang kecuali Amaranta, kesemuanya beranak pinak dan memiliki kisahnya sendiri-sendiri. 
 
Salah satunya adalah kisah sang cucu bernama Kolonel Aureliano Buendia yang sempat memimpin pemberontakan namun akhirnya harus kalah. Ia bahkan sempat menikah dengan 17 wanita. Dan dalam kurun waktu kurang dari dua belas tahun telah dibaptis tujuh belas nama Aureliano dengan nama belakang Ibu mereka masing-masing, alias para istri Kolonel Aureliano.

Lain lagi cerita tentang Jose Buendia sendiri yang berselingkuh dengan Santa Sofia De La Piedad dan menghasilkan putri yang dijuluki dengan Remedios si Cantik. Dan Ursula pun mengetahuinya. Ketika Ursula semakin renta dan nyaris buta, Remedios tiba-tiba menemukan takdirnya, seluruh tubuhnya mengambang ke atas dan terbang lenyap diangkat oleh angin sembari gadis itu melambaikan salam perpisahan.

Setelah mengiringi hidup para anak cucu hingga cicitnya akhirnya Ursula wafat dengan tenang dan salah satu cicitnya yang bernama Jose Arcadio berhasil membongkar tempat penyimpanan rahasia yang pernah mati-matian dicari dan digali Aureliano Segundo  ke sana kemari. 
 
Ditemukannya 7214 keping uang emas delapan reval-an yang berkilauan bagai bara api itu membuat senang semua pihak namun tetap saja kesunyian bagi para penghuni dan keturunan Ursula seakan selalu melekat dan satu per satu meninggal dengan tenang.
 

Ulasan



Membaca cerita ini pastinya memerlukan energi yang luar biasa untuk konsisten dalam mengingat tokoh yang nyaris memiliki nama, watak dan kebiasaan yang mirip satu sama lain. Lokasi, masalah antar anggota keluarga Jose Arcadio Buendia, hingga cara menamatkan mereka satu per satu ke alam kematian yang absurd menjadi daya tarik besar dari novel ini. 
 
Satu abad terkesan berlangsung cukup lama untuk semua perayaan baik yang manis maupun tragis namun terdengar singkat untuk mengetahui bahwa hidup keluarga Buendia telah diramalkan di tangan seorang gipsi bernama Melquiades lengkap dengan berbagai drama yang penuh seliweran magis realismenya.

Baik para tokoh pria maupun wanitanya sama-sama memberi alur cerita yang berwarna-warni, absurd, aneh, seakan khayalan. Sosok Ursula yang mampu hidup lebih lama ketimbang suaminya lebih memberi andil sejarah dan saksi mata perjalanan hidup garis keluarga bagi bagi anak, cucu, dan cicitnya. Cerita yang seru khas sebuah keluarga besar, sekaligus menghibur karena kelucuan yang naif dari orang-orangnya.
 
Terus terang membaca novel ini membuat segala hal baik fiksi dan fakta seolah begitu samar garis pembatasnya. Antara khayalan dengan kenyataan begitu menyatu dan tidak bisa dijabarkan secara nalar seutuhnya. Kutukan dan garis takdir agaknya menjadi teman sehari-hari bagi keluarga keturunan Buendia. Bahkan serangan kegilaan nampaknya ada yang melekat di salah satu cicitnya, Jose Arcadio Segundo.

Membaca salah satu novel berpengaruh seperti Seratus Tahun Kesunyian ini memang menjadikan pengalaman berkhayal kita selama ini seakan tumbang begitu saja dikalahkan oleh keluarga Buendia. Alih-alih mengernyitkan dahi, novel ini menjadikan saya seperti seolah datang ke Macondo, bertamu ke rumah-rumah yang ditinggali kakek buyut hingga cicit itu dan mendengarkan berbagai pengalaman serta sepak terjang mereka. Lama-lama mengasyikkan dibuatnya.

Hal yang paling saya nikmati dari novelnya ini adalah situasi yang begitu melodrama, ramai dan lebay namun tak mengurangi keindahan cerita tersebut. Gaya bahasanya yang sederhana namun cukup dalam untuk menegaskan suatu peristiwa dengan begitu dramatis membuat khayalan itu bergelora.
 

...terdengar suara tembakan menggema di rumah itu. Setetes darah merembes keluar dari bawah pintu, melintasi ruang duduk, mengalir ke jalan, menyeberangi teras-teras yang tidak sama tinggi, mengalir terus sepanjang jalan Turki, belok kanan, belok kiri, langsung menuju rumah besar Buendia...merambat naik ke dinding agar tidak mengenai permadani, melengkung menghindari ruang makan...(hal 160)



Kisah yang hiruk pikuk ini pada akhirnya meninggalkan kesan yang ajaib dengan warna-warni perasaan mulai dari suka cita hingga kesedihan, dari kebahagiaan sampai kesedihan. Muara dari semuanya adalah bahwa kesemuanya hanyalah akan berteman pada kesunyian semata. Novel yang spektakuler sekaligus menghibur dan saya beruntung bisa membacanya dengan benak yang sungguh ringan dalam menyerap berbagai pengalaman dan peristiwa yang terjadi pada keluarga eksentrik ini.

Seratus Tahun Kesunyian: Kisah Keluarga yang Penuh Drama Seratus Tahun Kesunyian: Kisah Keluarga yang Penuh Drama Reviewed by Erna Maryo on Januari 20, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.