Pengantin Pesanan
Mya Ye
Gramedia Pustaka Utama, 336 hal
iPusnas
Sinopsis
Sinta alias A Cin akhirnya menikah lagi untuk yang kedua kalinya karena selain ingin memberikan kehidupan yang terbaik bagi Angelina putri semata wayangnya, paksaan dari ibunya Bong Pai Yin agar bisa menutupi segala kebutuhan di rumah nampaknya menjadi alasan tersendiri.
Masalahnya, A Cin kurang bisa menerima dirinya yang harus menikah dengan sosok pria asal Taiwan bernama Lu Kai Wei yang belum pernah dikenalnya. Bukan rahasia lagi di wilayah Singkawang ini pernikahan yang terjadi kadang karena wanita itu terpaksa dijodohkan dengan pria yang bukan dari wilayahnya namun justru dari luar negeri. Tradisi yang disebut Pengantin Pesanan ini marak terjadi di tempat ini dan A Cin tak bisa menolak ketika calo pernikahan menjodohkannya dengan pria asal Taiwan.
Selama pernikahan untunglah Kai Wei sosok suami yang baik dan tidak neko-neko. A Cin tinggal di Taiwan dan Angelina dititipkan pada ibunya dan sebagai istri yang berbakti, perempuan ini juga membantu mengelola kedai ban tiao milik ibu mertuanya, Lao Ma.
Di tangan A Cin kedai mi khas Meinung Taiwan ini makin lama makin mendatangkan keuntungan sehingga diam-diam perempuan itu bisa menabung. Sayang sekali uang yang terkumpul tergerus akibat ulah adik lelakinya Aloy yang selalu menghabiskan uang tanpa sesal.
Ketika A Cin melahirkan putri keduanya, sang mertua begitu kecewa sehingga A Cin memutuskan jalannya sendiri.
Ulasan
Ketika kemiskinan menghimpit hidup, jalan apa
pun akan ditempuh untuk keluar darinya. Nasib Sinta (A Cin) yang menjadi
pengantin pesanan sesungguhnya lebih beruntung karena Kai Wei
mencintainya meskipun mertua perempuan kurang menyayanginya.
Konflik yang tercipta antar keluarga cukup menghentak terutama ketika mertua mencurigai uang hasil keuntungan penjualan mie. Novel ini lebih nyata apa adanya dalam memberi gambaran keluarga pengantin pesanan yang terjadi di Singkawang dan di Taiwan.
Konflik yang tercipta antar keluarga cukup menghentak terutama ketika mertua mencurigai uang hasil keuntungan penjualan mie. Novel ini lebih nyata apa adanya dalam memberi gambaran keluarga pengantin pesanan yang terjadi di Singkawang dan di Taiwan.
Ide ceritanya bagus menyoroti isu patriarki dan perdagangan perempuan yang sepertinya belum bisa hilang hingga saat ini. Tokoh Sinta menjadi sentral cerita yang kuat. Potret perempuan yang tak berdaya di bawah tekanan dan terpaksa menjadi penjual mi ban tiao di kedai mertua dan yang tadinya pasrah menerima nasib lalu bangkit memperjuangkan status dan harga dirinya.
Novel ini sarat dengan masalah sosial dan moral terutama yang berbasis pada keluarga inti. Yang ingin disampaikan sebenarnya adalah dilihat dari sisi mana pun tradisi ini jelas memberi dampak menyedihkan bahkan dalam konteks hukum saja sudah termasuk pelanggaran yang tidak bisa diterima nalar.
Perdagangan manusia begitu sengaja dilakukan dengan halus semata-mata berlindung dibalik himpitan ekonomi. Sang ibu sampai harus memaksa Sinta untuk segera menikah lagi hanya demi agar dapur berasap lagi tanpa mempertimbangkan keengganan sang anak apalagi perasaannya.
Mestikah aku mencari uang dengan cara seperti yang disarankan Mama? Menikah dengan orang asing yang tidak pernah kukenal. Melihatnya pun belum pernah (hal 22)
Dalam Pengantin Pesanan, fokusnya memang sebuah pernikahan yang terkesan main-main serupa membeli atau memesan barang. Kasarnya jual beli manusia dengan harga yang disepakati. Ada pihak penjual ada pula pembelinya. Tentu saja pihak laki-laki yang akan menentukan seberapa cocok calon istri yang akan dibeli dan diajak menikah. Dan pihak perempuan hanya menerima dengan pasrah tanpa bisa mengelak apalagi menolak.
Kalau dilihat dari alur ceritanya, seluruhnya terasa klise dan biasa
saja. Kesan yang tertinggal setelah membaca novel ini adalah betapa terbebani sekali untuk
menjadi perempuan dewasa yang bebas merdeka. Selain harus menjadi tulang
punggung keluarga, menjadi janda, dipaksa menikah tanpa berkenalan dan setelah menikah harus berbakti pula pada mertua. Sungguh berat namun itulah kenyataannya.
Tidak ada komentar: