Notasi: Harapan Cinta yang Terhempas

 

 
Notasi
Morra Quatro
Gagas Media, 321 hal
iPusnas
 
 

 Sinopsis

 
 Nalina dan temannya terpaksa harus mendatangi fakultas Teknik hanya untuk meminta dan membahas masalah publikasi. Sebuah acara yang sedang digagas oleh BEM fakultasnya, yakni Kedokteran Gigi memaksa gadis itu untuk bekerja sama dengan anak-anak Teknik Elektro menyangkut radio pemancar mereka untuk menyiarkan acara berbau kedokteran itu.

Di kampus UGM fakultas Teknik Elektro itu Nalina untuk pertama kalinya mendapati dirinya memandang sosok tenang berkacamata bernama Nino. Saat mengedarkan undangan yang akan disiarkan lewat radio mahasiswa tersebut terungkap bahwa penyiaran yang belum mendapat ijin akan dianggap ilegal. Ini memang jamak terjadi di seluruh kampus di saat sebelum pecah peristiwa Mei '98. Masa-masa yang penuh gejolak yang teredam.

Nalina dan Nino semakin dekat dan ada banyak kesempatan bagi mereka berdua untuk selalu saling menyelami pikiran. Perjumpaan pertama keduanya sangat tak terlupakan saat Nalina dengan konyolnya ketakutan melihat seekor kuda melintas di malam hari di jalanan. Dan kebetulan Nino yang sedang tak jauh darinya harus menenangkan Nalina yang histeris ketakutan.
 
 Tak lama terjadilah peristiwa '98. Demo-demo mahasiswa mewarnai kampus biru itu. Nino menghilang dan Nalina hanya bisa berharap pertemuan yang terasa singkat itu tidak berakhir hampa.
 

Ulasan


Novel ini sederhana dalam menyampaikan pesan yang tersirat. Selain sampul depan bukunya yang sangat menarik mata (sekarang sudah berganti dengan warna cokelat tua), saya terpikat oleh narasi dan diksi yang terserak di novel ini. Dengan latar kampus paling ikonik, UGM, cerita ini tergelar. Pertemuan antara Nalina dan Nino sungguh jauh dari kesan romantis. Dan justru itu menjadi daya tariknya.

Membaca penggalan-penggalan kata dan kalimat novel ini menyadarkan saya bahwa ternyata masih ada penulis yang menggunakan tuturan dan gaya bahasa yang indah nan puitis sehingga acara membaca ini terasa manis dan berkesan.

Latar waktu yang dipasang mendekati detik-detik pecah peristiwa Mei '98 ini agaknya menjadi momentum bagi Nino dan Nalina untuk saling menahan diri, bersembunyi dan mencari kembali kenangan yang meskipun sedikit berserakan namun berarti banyak bagi mereka.

Di novel ini disuguhkan hal yang terdengar sederhana namun lucu. Salah satunya adalah ketika Nalina terkejut melihat seekor kuda melesat kencang sementara Nino dengan kalemnya hanya memandangi hewan itu melintas. Atau saat mereka hendak duduk di kantin yang bernama Tiada Tara, dengan suguhan menu semuanya selalu diakhiri dengan kata Tiara Tara.
 

Hantu! jeritku, tersengal-sengala berusaha mencari oksigen. "Kukira tadi hantu...kakinya dua, tinggi, rambut panjang...Enggak. Tadinya kukira itu perempuan. Telanjang gitu. Detik berikutnya kami berdua tertawa terpingkal-pingkal (hal 57)


Saya menikmati sekali cerita ini. Liku-liku perjalanan cinta antara mahasiswi kedokteran gigi dengan cowok teknik Elektro begitu indah hingga membuat suasana perkuliahan itu larut ke dalam benak.

Alur dan diksi bahasanya menawan. Situasi yang dibangun begitu spontan, tidak direka-reka, mengalir bahkan sampai-sampai melahirkan ledakan tawa. Namun sesungguhnya kisah ini serius dan itu terwakili oleh wajah-wajah para punggawa BEM.

Kedekatan Nalina dan Nino sungguh begitu wajar, natural, tidak dibuat-buat menjadikan keduanya amat sesuai satu sama lain. Pendekatan kisah cinta yang dibingkai dengan situasi politik yang panas pada 1998 cukup memberi momen dan alasan mengapa Nino tidak pulang ke tempat ia berlabuh.

Latar kampus Biru dengan sudut-sudutnya, kota Jogja yang tenang, urusan frekuensi radio yang ruwet dan tentu saja kehadiran Erros Candra menjadikan novel ini begitu beda, dan mengandung magnet untuk dibaca berulang-ulang.

Novel ini tidak mewujudkan keinginan pembaca dengan percintaan yang manis. Alih-alih berakhir sendu, Notasi memberi kita kesadaran bahwa semua yang kita alami belum tentu berakhir indah.

Pada Notasi kita temukan cinta yang tak sesuai keinginan, kenangan pahit bangsa dan hati yang melepaskan. 
 
Oh ya, sampul muka novel ini terlihat vintage dengan baluran warna yang menenteramkan, jujur pertama kali baca novel ini justru melihat sampul bukunya ketimbang ceritanya.


 
 
Notasi: Harapan Cinta yang Terhempas Notasi: Harapan Cinta yang Terhempas Reviewed by Erna Maryo on Maret 07, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.