Star of the North- Bintang Utara
D.B. John
Penerjemah:Barokah Ruziati
Gramedia Pustaka Utama, 536 hal
iPusnas
Sinopsis
Saat itu tahun 1998, dan ketika sedang bermain di pantai seorang remaja Korea-Amerika dan pacarnya tiba-tiba hilang diculik oleh sekelompok manusia yang keluar dari sebuah kapal selam angkatan laut. Keluarga meyakini bahwa gadis yang diculik itu, Soo-min telah lenyap dan takkan pernah kembali meskipun sampai saat itu tak ditemukan juga jasadnya bila telah mati.
Saudara kembar Soo-min yang bernama Jenna selalu berupaya mencari jawaban ke manakah perginya sang adik. Ia lebih cenderung percaya bahwa Soo-min masih hidup. Dua belas tahun setelah penculikan itu Jenna direkrut oleh CIA dan dalam suatu kesempatan ia berhasil mendatangi negeri Korea Utara.
Dalam misi rahasia ini ia pun telah mengetahui banyak bahwa Korea Utara adalah negara yang selalu menculik orang-orang entah dari negara lain seperti Jepang, dan tak terkecuali tetangganya Korea Selatan dan jalan pintas penculikannya selalu melalui laut dan pantai. Mungkinkah Soo-min saat itu hilang diculik dan dibawa ke negeri Korea Utara itu?
Sementara itu ada pula warga Korea Utara yang mampu bertahan dari penindasan seperti Ibu Moon yang mampu berdagang demi mempertahankan hidup yang makin dipersulit. Selain Ibu Moon ada pula Kolonel Cho yang berasal dari kalangan menengah atas yang harus mati-matian menyembunyikan jati dirinya agar tidak jatuh dan dihukum oleh partai dan pemerintah.
Ulasan
Mengikuti cerita ini memberi pengalaman yang lain dan sangat membuka mata. Betapa kita selalu menganggap angin lalu atas segala sepak terjang negeri yang misterius ini, Korea Utara. Segala yang diceritakan lewat novel ini adalah kenyataan yang paling jelas yang tertangkap lewat mata pengarangnya.
Perjuangan Jenna untuk mencari adik kembarnya yang menghilang misterius seakan memberi kita kesadaran bahwa di dunia ini masih ada negeri yang begitu jahat dan kasar dalam memperlakukan warganya, tak hanya menghilangkan segala hak namun juga memberlakukan segala kewajiban yang tak masuk akal. Terhadap warganya sendiri saja mereka menekan sedemikian rupa, apalagi dengan warga negara lain yang kebetulan mereka culik seperti yang menimpa Soo-min, warga negara Korea Selatan.
Di awal cerita kisah tentang Jenna yang
kehilangan saudara kembarnya, Soo-min terasa datar namun lambat laun
petualangan gadis blasteran afro amerika-Korea ini menemukan puncaknya
ketika direkrut oleh badan intel Amerika dan berurusan dengan Korea
Utara. Negeri misterius nan mengerikan.
Kisah pun bergulir tajam menukik sampai akhir cerita. Begitu dramatis dan menyadarkan kita bahwa Korea Utara adalah fakta menakutkan terutama bagi letnan kolonel Cho dan Ibu Moon. Cerita yang diusung begitu nyata, realistis, menyedihkan, menumbuhkan simpati yang dalam akan penderitaan para pembelot. Terasa mencekam saat harus melarikan diri menyeberang ke Cina.
Kisah pun bergulir tajam menukik sampai akhir cerita. Begitu dramatis dan menyadarkan kita bahwa Korea Utara adalah fakta menakutkan terutama bagi letnan kolonel Cho dan Ibu Moon. Cerita yang diusung begitu nyata, realistis, menyedihkan, menumbuhkan simpati yang dalam akan penderitaan para pembelot. Terasa mencekam saat harus melarikan diri menyeberang ke Cina.
Penulis
mampu memberi esensi terdalam atas kenyataan pahit di balik kamp-kamp,
penyiksaan, pemberangusan dan situasi sengit yang terjadi selama
pemerintahan tangan besi Kim Jong-il. Sebuah karya nyata yang impresif
dan mengagumkan untuk novel ini.
Kebebasan mutlak
Selain Jenna, peran paling mencuri perhatian menurut saya adalah Ibu Moon yang mampu membangun jejaring sosial setempat demi mempertahankan hidup. Kendati tidak masuk akal, ia nyatanya bisa menyuap para pimpinan yang petantang-petenteng mencari-cari kesalahan rakyatnya dan mampu menggalang para pedagang untuk menekan para petugas. Sebuah sisi gelap rakyat jelata yang unik.
Ibu Moon memutuskan membuat kue beras, makanan sederhana untuk melihat bagaimana sambutannya pada hari pertama. Dia memaniskannya dengan sirop, menggulungnya menjadi bola-bola basah dan kenyal, lalu menaruh sebutir blueberry dan sebutir almon di atas setiap bola...Dua aparat yang mengenakan sarung tangan putih berdiri di ambang pintu. Kamerad Pak bersama mereka, membawa cincin besi besar yang digantungi beberapa lusin kunci. (hal 105)
Ibu Moon memutuskan membuat kue beras, makanan sederhana untuk melihat bagaimana sambutannya pada hari pertama. Dia memaniskannya dengan sirop, menggulungnya menjadi bola-bola basah dan kenyal, lalu menaruh sebutir blueberry dan sebutir almon di atas setiap bola...Dua aparat yang mengenakan sarung tangan putih berdiri di ambang pintu. Kamerad Pak bersama mereka, membawa cincin besi besar yang digantungi beberapa lusin kunci. (hal 105)
Alur yang terbelah antara aktivitas Dr Jenna Williams, letnan kolonel Cho serta Ibu Moon awalnya tidak memberikan petunjuk apa pun sampai akhirnya ketiganya memiliki kaitan penting yang tak terduga.
Novel setebal 500-an halaman ini sangat padat dengan berbagai permasalahan yang melingkupi tak semata-mata soal politik melainkan sisi kemanusiaan terutama kondisi kejiwaan Jenna, Cho dan Ibu Moon. Meskipun berbeda situasi ketiganya memiliki keinginan yang sangat besar untuk meraih kebebasan mutlak tanpa ada represi apa pun.
Saya baru pertama kali ini menikmati tulisan novel dari D.B John dan terkesan sekali dibuatnya. Hanya satu kata untuknya; dahsyat. Ya, dahsyat karena tak sekadar novel biasa belaka yang hanya mengutarakan pencarian namun juga dimunculkan berbagai cerita tentang proyek mercu suar, pelatihan atau program yang aneh, unik, menyimpang serta muluk-muluk yang pernah ada di salah satu negeri komunis paling mengancam di dunia.
Program Menumbuhkan Benih
Selain program nuklirnya, Korea Utara juga mencanangkan program aneh yakni Program Menumbuhkan Benih, di mana para gadis yang diculik ini akan menjadi calon ibu dari berbagai etnis bangsa. Mereka ditempatkan dalam sebuah tempat eksklusif - kompleks Paekhwawon dan harus berhasil menggaet pria-pria dari berbagai bangsa agar melahirkan anak-anak multi ras yang mampu membangun dan memperkuat bangsa Korea Utara nantinya.
...Program Menumbuhkan Benih bukan proyek yang bisa dilihat orang-orang seperti aku, kau mengerti. Kami gadis-gadis 915 adalah kelompok eksklusif...Kalian layak mendapatkan hak istimewa itu. (Hal 235)
Membaca kisah ini kita seolah harus selalu waspada. Kejutan demi kejutan berlompatan dan seperti diburu waktu yang melesat cepat. Jenna harus berkejaran dengan waktu agar dapat menyelamatkan adiknya sementara Cho pun harus segera keluar membelot dari kejaran para petugas Bowibu.
Pertemuan Jenna dengan pucuk pimpinan tertinggi Korea Kim Jong-il agaknya menjadikan episode ini makin seru dan tak terbayangkan sebelumnya. Dialog yang keluar seakan menjadi simbol bahwa kedua negara sedang berada di titik didih tertinggi sehingga salah satunya harus menjadi pemenang.
Dan kita tahu pada akhirnya bahwa kematiannya telah menjadi sejarah. Bagus banget kalau cerita ini diflmkan.
Tidak ada komentar: