Memburu Muhammad: Mengusik Islam dengan Ringan dan Jenaka

 

 
Memburu Muhammad
Feby Indirani
Bentang Pustaka, 224 hal
iPusnas
 

Sinopsis


Abu Jahal tiba-tiba saja muncul di kantor dukcapil dan mencari seseorang yang bernama Muhammad. Saat ditemui oleh Muhammad Ikhrimah, Abu Lahab tetap bersikeras ingin mencari sosok bernama Muhammad. Meskipun telah dicari dengan menunjukkan beberapa tokoh yang muncul di layar laptop seperti Muhammad Yusuf Kalla yang nota bene adalah mantan wakil presiden atau pun Muhammad Nazaruddin yang korup, tetap saja Abu Jahal menolak bahwa orang itu yang dia cari. 

Sebagai kiai yang sangat dihormati, para pengikutnya tetap setia menerima apa pun yang dikatakan kendati sempat mengundang kegemparan ketika ia mati dan mendadak hidup kembali. Kiai Zahid bercerita bahwa neraka itu sesungguhnya tidak ada. Ucapannya tentu saja mengusik ketenangan.
 
Sementara itu, Nisa yang seorang reporter ditugaskan untuk meliput berita tentang adanya serangan si Buas di Tuantu. Betapa kagetnya ia mendapati bahwa si Buas atau "B" yang disebut-sebut sebagai hewan legenda urban ini hanya menyerang wanita sehingga seluruh kaum hawa di negeri ini oleh pemerintah negeri itu diharuskan memakai pakaian yang serba tertutup.

Sepasang suami istri sedang menikmati bakso yang ternyata rasanya enak sekali. Sang suami tiba-tiba saja tersadar dan menanyakan apakah bakso yang enak ini terbuat dari dari daging sapi atau babi? Obrolan yang sambil lalu ini malah menjadi diskusi panjang yang tidak berkesimpulan.

Ulasan

 
 
Awal membaca kumpulan cerpen ini tak ada pretensi apa pun selain ingin menikmati bacaannya saja. Cerita pendek pasti akan berakhir singkat dan biasanya saya akan bersiap-siap menerima apa adanya apabila ceritanya akan menggantung dan kurang tuntas-khas gaya cerpen, dan melupakannya.

Namun, untuk kumcer yang satu ini rasanya berbeda. Tema yang diusung terkesan berat karena mengenai agama dan penuh dengan sentilan yang baru kita sadari setelah selesai mengakhiri membaca suatu cerpen. Menjadi ringan kadarnya karena sebagian cerita diangkat dari dunia keseharian kita yang tentu saja setidaknya pernah kita alami dan lebih rumit.
 
Terdiri dari 19 cerpen yang menurut saya lumayan menarik untuk direnungkan. Sebagian ada yang memang membingungkan alurnya dan itu saya anggap sebagai keterbatasan saya dalam mencecap makna yang lebih tinggi dan sebagian lagi masih bisa saya pahami karena memang terjadi di kehidupan sehari-hari sering ditemui.
 
Dari beberapa cerpen, jiwa keseharian yang diangkat begitu melekat seperti dalam cerita Bakso Terenak di Dunia, yang mengangkat masalah tentang bakso enak apakah sudah pasti mengandung babi atau tidak. Kadang kita memang selalu berpikiran ke arah sana manakala menjumpai jenis makanan yang terlalu enak. Kecenderungan untuk menghakimi bahwa sesuatu yang enak pasti karena ada kandungan lemak babinya begitu melekat dalam ingatan komunal kita sampai saat ini. 

Kisah tentang mati suri seperti yang dituturkan dalam cerita Hidup Kedua Kiai Zahid tak kalah menariknya karena sebagai sosok yang dihormati oleh para santrinya, titah dan ucapannya kendati melenceng dan mengundang pro-kontra, toh tetap saja diamini meski ditentang diam-diam. Menurutnya neraka itu tidak ada dan ini terdengar absurd. Apabila kita menelannya mentah-mentah betapa berbahayanya anggapan itu.
 

Neraka itu tidak ada, sama seperti tidak ada gelap. Neraka hanyalah ketiadaan Allah di hatimu. Bukankah Allah selalu ada meski kau bisa memilih mengabaikan-Nya? (hal 53)

 
Begitulah. Sebuah kumpulan cerpen yang mampu membuat kita merasa bahwa urusan agama itu rumit sekaligus sederhana. Setiap ceritanya menandaskan apa-apa yang tadinya di luar ajaran, absurd, dan aneh lalu diubah menjadi hal yang wajar dan di luar konteks. 
 
Cerpen yang membahas sebagian besarnya mengenai agama Islam dilihat dan diangkat dengan sudut pandang yang lugu sekaligus di luar nalar untuk dipahami. Meskipun begitu, cerita yang dituturkan begitu terjangkau dan mengena karena kita sendiri pernah satu kali dalam hidup pasti menemui polemik yang seperti diceritakan dalam cerpen-cerpen Memburu Muhammad.

Novel yang bersahaja dalam menyoroti berbagai hal dalam bingkai islam yang sejuk, santai sekaligus jenaka. Akhir kata, kita tak perlu mengerutkan dahi saat membacanya, rileks saja karena ke-19 cerpen ini sesungguhnya mengena dalam kehidupan bersosial dan beragama kita.

Memburu Muhammad: Mengusik Islam dengan Ringan dan Jenaka Memburu Muhammad: Mengusik Islam dengan Ringan dan Jenaka Reviewed by Erna Maryo on November 17, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.