Pasta Kacang Merah
Durian Sukegawa
Asri Pratiwi Wulandari-penerjemah
Gramedia Pustaka Utama, 240 hal
Simadu Maca-Perpusda Subang
Sinopsis
Tsujii Sentaro yang sehari-harinya menjual dorayaki di toko Dora Haru ini tak pernah menduga akan kedatangan seorang perempuan tua yang tiba-tiba saja ingin bekerja di kedai makanan itu. Wanita tua yang bernama Yoshii Tokue ini memang serius melamar kerja di bagian pembuatan pasta kacang merah, pasta yang digunakan sebagai teman makan dorayaki dan bersedia digaji murah sebesar 200 Yen per jam.
Kendati berkali-kali menolak dengan mengajukan berbagai alasan, akhirnya Sentaro menerima permintaan wanita tersebut dan memberi kesempatan sembari diam-diam mempelajari teknik pembuatan pasta kacang merah. Sebelumnya Sentaro selalu menganggap remeh pasta kacang merah sehingga tak heran hasil buatannya selalu kurang memuaskan.
Di tangan Tokue pasta kacang merah hasil buatannya ternyata enak dan memancarkan warna kacang merah yang cantik sebagai teman makan dorayaki. Para pelanggannya yang rata-rata anak sekolah kembali ramai setelah sebelumnya selalu sepi dan dagangannya tak pernah habis.
Perlahan hubungan Sentaro dan Tokue menjelma menjadi sebuah persahabatan setelah Tokue menghilang akibat dipecat secara sepihak oleh Sentaro atas suruhan Nyonya Pemilik Toko. Sentaro yang kehilangan sosok nenek dalam diri Tokue itu pun melacak hingga ke sebuah panti Lepra bersama salah satu anak remaja yang kerap menyambangi kedai kudapan tersebut, Wakana.
Kenyataan pedih terlintas mendapati Tokue yang telah renta dan berusia 76 tahun itu pernah menderita penyakit lepra yang akut. Bersama suaminya, Yoshiaki yang pernah bekerja di toko manisan di Yokohama, ia menyibukkan diri di Divisi Pembuatan Kudapan di sanatorium Tenshoen itu. Pada masanya kue-kue hasil bikinan sepasang suami istri itu sangat lezat, tak heran dari sinilah ketrampilan Tokue dalam membuat pasta kacang merah menemui kesempurnaannya.
Ulasan
Sebuah persahabatan yang singkat dan manis antara kedua orang yang terpisah oleh jurang usia yang cukup lebar. Sentaro dan Tokue dipertemukan di sebuah kedai kudapan yang menjajakan dorayaki dengan pasta kacang merahnya yang menggiurkan. Di bawah naungan bunga-bunga sakura yang bermekaran, kedai Dora Haru seolah menjadi halte pertemuan bagi kedua manusia yang masing-masing menyimpan latar belakang yang tak ingin dikenang.
Alur ceritanya terbilang sangat sederhana, tak ubahnya cerpen yang dipanjangkan beberapa halaman demi menampung kisah sedih Tokue, wanita tua yang pernah mengidap penyakit lepra dan meskipun sudah sembuh, stigma tentang lepra tetap masih melekat kuat dan membuat sebagian orang bergidik tak ingin berada di sampingnya.
Novel dengan langgam sentimentil dan kalem seperti ini biasanya akan terasa membosankan bila tokohnya terlihat stagnan. Namun tidak demikian dengan Pasta Kacang Merah yang menampilkan situasi dan aksi yang mengalir cepat, sat set mengiringi penuturan Tokue dalam menjelaskan kilas balik hidupnya yang sengsara selama tinggal di sanatorium dan dipadukan dengan kuliner kudapan dorayaki.
Interaksi antara Sentaro dan sambutan Tokue begitu hangat seolah tak ada jeda dalam membicarakan masa lalu dan kudapan. Tokue yang tetap ingin bisa kembali ke masyarakat dan bersedia bekerja apa saja akhirnya terganjal oleh usia dan harapan hidup yang tipis. Sungguh pun demikian, membuat pasta kacang merah meski sulit tetap dianggap sebagai tantangan.
Aku terus membuat kudapan. Kalau tidak begitu, hidupku hanya berisi rasa sakit. Membuat kudapan adalah tantangan dan perjuangan (hal 147).
Cerita sederhana tentang kegundahan sekaligus
keyakinan bahwa sesuatu itu harus selalu melalui proses dan hasil yang
bagus hanya bisa dicapai dengan melakukannya berulang-ulang.
Penjual dorayaki yang bernama Sentaro didatangi Tokue, wanita tua yang diam-diam sangat ahli dalam membuat pasta kacang merah-salah satu pelengkap camilan dorayaki yang sangat enak. Dalam filmnya (ya, cerita ini memang sudah difilmkan pada 2015 dengan judul Sweet Bean), interaksinya sungguh alami dan menyentuh.
Penjual dorayaki yang bernama Sentaro didatangi Tokue, wanita tua yang diam-diam sangat ahli dalam membuat pasta kacang merah-salah satu pelengkap camilan dorayaki yang sangat enak. Dalam filmnya (ya, cerita ini memang sudah difilmkan pada 2015 dengan judul Sweet Bean), interaksinya sungguh alami dan menyentuh.
Persahabatan antara
pemilik toko dengan sang nenek terkesan aneh namun ternyata membawa dampak
yang manis dan mengharukan. Tokue memberi pengalaman lima puluh tahunnya
kepada Sentaro soal pasta kacang merah, dan lelaki itu menyerap ilmu
itu dengan sungguh-sungguh.
Panci sawari
Hal yang paling menarik tentu saja tentang pasta kacang merah itu sendiri yang dalam prosesnya melibatkan kesabaran dan ketekunan demi tercapainya pasta kacang merah yang menawan hasilnya.
Kacang merah yang direbus setelah mendidih dalam panci khusus yaitu sawari, akan ditiriskan beberapa kali. Setelah itu kacang merah hasil tirisan direndam dalam air hangat yang baru. Proses ini disebut Shibukiri yakni membuang kekecutan dan kekam kacang.
Sambil direbus, kacang merah diaduk menggunakan spatula secara perlahan agar tak hancur. Saat airnya terserap, matikan api lalu tutup panci sawari ini dengan talenan proses ini disebut Sarashi. Selanjutnya kacang merah direndam dengan air dingin, diganti beberapa kali hingga jernih sembari diusapi dengan jemari. Setelah itu ditiriskan sehingga kacang merah yang sudah masak ini akhirnya menampakkan wujudnya. Bulirnya tampak padat dan tidak keriput.
Pastanya sendiri terdiri dari sirop pemanis yang terdiri dari dua liter air, 2,5 kg gula pasir dan garam yang sama-sama diaduk dalam panci sawari. Adukannya jangan sampai gosong dan dalam kondisi masih encer api harus segera dimatikan. Perlahan adukan itu akan mengental saat dibentangkan kain di atas talenan, proses ini disebut Mitsuzuke yaitu proses membiarkan sirop menyerap.
Tidak ada komentar: