Mencari Nama Tuhan yang Keseratus: Perjalanan Seorang Pedagang Buku dan Ketakutannya akan Kiamat

 

 
Mencari Nama Tuhan yang Keseratus
Amin Maalouf
Anton Kurnia, Atta Verin (Penerjemah)
DIVA press, 484 hal
iPusnas 
 

 Sinopsis

 
 
Seorang pedagang buku asal Gibelet, Lebanon bernama Baldassare Embriaco tiba-tiba saja merasa penasaran dengan sebuah buku yang konon menurut Idriss, orang yang hendak menjual buku itu kepadanya, memuat nama Tuhan yang keseratus karya Abu Maher Al-Mazandarani. Belum sempat mempelajari apalagi membacanya, buku itu tanpa sadar telah terjual dan dibeli oleh seorang utusan istana kerajaan Perancis yang segera melanjutkan perjalanan menuju Konstantinopel.
 
Karena penasaran dan dipanas-panasi oleh keponakannya, Baldassare akhirnya bersedia melakukan perjalanan demi meminta kembali buku itu. Alih-alih hanya mengejar hingga ke Konstantinopel, perjalanan Baldassare justru melebar dan terpaksa mengarungi tiga benua. Ia merasa yakin bila dengan menemukan dan menyebut nama yang ada di buku tersebut, kiamat tidak akan terjadi. Memang santer terdengar kabar bahwa kiamat akan datang pada awal Januari 1666, yang ternyata tidak terjadi apa-apa.
 
Selama mengarungi laut dan berkeliling dunia, Baldassare kerap mengalami peristiwa yang beraneka rupa dengan pemahaman serta wawasan baru tentang agama dan kehidupan. Perjalanan laut itu berakhir di London dan ironisnya buku yang ia cari-cari itu tak pernah jauh darinya. 
 
 

 Ulasan

 
 
Cerita yang ditawarkan begitu mempesona dan mempermainkan imajinasi akan dunia yang berada di luar wawasan kita dalam waktu yang singkat. Dengan latar abad ke-17 dan di tangan Baldassare, pedagang buku yang naif tapi cukup berkantong tebal ini, kita serasa diajak bertualang menjelajahi negeri asing bersamanya dan turut memahami semua pengalaman yang ia dapatkan di masa itu, lengkap dengan skandal dan konflik yang dialaminya.
 
Novel ini telah beberapa kali saya pinjam kembalikan, selain jenuh dan merasa ceritanya terlalu lama durasinya, juga karena beberapa kepingan cerita terasa absurd. Kendati sempat terhenti, saya toh akhirnya meneruskan bacaan novel ini kembali karena ternyata saya sama penasarannya dengan Baldassare tentang buku yang harus diketemukan itu.
 
Terkesan dipanjang-panjangkan dan digenapkan menjadi sebuah perjalanan keliling dunia selama dua tahun, yang setelahnya kita bisa menyimpulkan apa yang kita tangkap dari pengarangnya yakni bahwa mencari buku yang memuat nama Tuhan yang keseratus adalah suatu kekeliruan apabila hanya didorong untuk pembuktian semata dan tidak didasari alasan yang lebih prestise selain menghindarkan ketakutan akan hari Kiamat. Dan bahwa kita lambat laun menjadi tidak bersemangat lagi bila semua mampu diraih dengan mudah.

Nama yang Keseratus tergeletak di sampingku dan buku itu terkadang masih menggangguku. Aku menginginkannya, aku menemukannya, aku mendapatkannya kembali. Namun walaupun aku membukanya, buku itu tetap tertutup bagiku (hal 482).

 
Alur yang meliuk-liuk, karakter-karakter kuat dari setiap tokohnya serta ramuan cerita yang seru dan di luar dugaan, menjadikan kisahnya unik, seru, ramai, terperinci, dan berdaya tarik hingga membangkitkan rasa penasaran paling dominan saat membaca novel ini.

Sebagai tokoh sentral, Baldassare yang membuat catatan perjalanan ini memang berhasil menuntun kita untuk menjelajah dan mempertemukan manusia-manusia lembut maupun keras di manapun ia berada ke dalam cerita nan seru layaknya sebuah film laga. 
 
Sesungguhnya petualangannya sangat kaya, berwarna-warni, dan menimbulkan pertanyaan apakah memang Tuhan sendiri yang telah dengan sengaja  menuntun dirinya untuk keluar dari dunianya yang sempit, dunia toko buku kecilnya agar dapat meraih pemahaman baru tentang relasi manusia, agama serta keyakinan akan keberadaan Tuhan.
 
Kalau hanya bersandar pada religi atau agama saja, tentu novel ini akan terkesan dangkal dan monoton namun bila kita lihat dari sisi pencarian makna sebagai manusia yang serba terbatas kemampuannya, maka cerita ini terasa masuk akal, dan nyata meski banyak unsur kebetulannya.
 
Singkatnya novel ini menarik karena petualangan seorang pedagang buku yang mengarungi samudera, berlabuh di banyak kota, jatuh cinta dengan wanita yang membuntutinya serta berjumpa dengan banyak orang adalah pengalaman yang terlalu berharga bila hanya disimpan sendiri.  
Mencari Nama Tuhan yang Keseratus: Perjalanan Seorang Pedagang Buku dan Ketakutannya akan Kiamat Mencari Nama Tuhan yang Keseratus: Perjalanan Seorang Pedagang Buku dan Ketakutannya akan Kiamat Reviewed by Erna Maryo on April 26, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.