Kisah Jarum dan Kulit
Gu Byeong-mo
Ingliana (penerjemah)
Gramedia Pustaka Utama, 176 hal
iPusnas
Sinopsis
Setelah menjadi manusia, Ahn memulai hidup baru sebagai sosok yang mampu membuat sepatu aneka jenis dan sesuai pesanan. Dulunya ia adalah makhluk kecil yang sekadar membantu seorang tukang sepatu hingga menghasilkan sepatu yang sangat indah sehingga tak heran ia memiliki keahlian yang mumpuni dalam hal persepatuan.
Suatu ketika tanpa diduga, Ahn berjumpa kembali dengan sesama makhluk serupa dirinya yang juga telah berubah menjadi manusia. Ia adalah seorang wanita, dan biasa disapa dengan nama Mia. Wanita ini datang memesan sepatu untuk Yu-jin.
Kemunculan wanita sesama makhluk seperti dirinya yang dianggap saudara itu membangkitkan perasaan lain di hati Ahn. Telah lama Ahn melupakan perasaan suka pada wanita. Ia pernah menjalin hubungan sewaktu bekerja di pabrik sepatu dulu. Keterkejutan bertambah manakala sang kekasih mendatanginya. Kekasih yang ternyata adalah ibunda si penyair -murid Ahn dalam membuat sepatu itu telah berusia senja, sementara Ahn tetap berwajah muda.
Sebelumnya Ahn selalu berkeluh kesah akan hidupnya yang panjang seolah tak berkesudahan dan tak bisa mati. Sayangnya Mia tidak menghiraukan sinyal yang diberikan Ahn. Alih-alih tidak menanggapi perhatian si tukang sepatu ini, Mia justru jatuh cinta pada manusia.
Ulasan
Kesan pertama adalah ilustrasi sampulnya yang unik dan memberikan fakta yang sangat nyata tentang pembuat sepatu. Kesan kedua jumlah halamannya yang sangat tipis dan menimbulkan pertanyaan akan seperti apakah kisah yang akan diceritakan?
Jujur membaca novel ini saya merasa dibawa ke
situasi yang rileks karena detail dan pengenalan dalam membuat sepatu
kalau divisualkan tentu sangat menarik. Mulai dari elemen sepatu yang
dijahit, jenis kulit sepatu, model sepatu hingga bahan dan jenis sepatu
yang ternyata sangat rumit untuk dibedah disesuaikan dengan karakter
pemakainya.
Dengan novel yang sangat tipis ini, karakter Ahn
terlalu menonjol mengalahkan Mia-saudara sesama makhluk dan tokoh
pendukung lain. Hanya Yu-jin yang mampu mengimbangi peran Ahn dalam
pertempuran batin tentang jenis sepatu dan mengapa Mia harus ada di
antara mereka berdua. Cukup indah sih ceritanya. Saya suka dengan kesederhanaan alur dan temanya; yakni tentang kegelisahan makhluk abadi
dan kepiawaiannya dalam membuat sepatu.
Penulisnya mampu memberi gambaran bahwa makhluk seperti Ahn pun bisa menjelma menjadi pribadi yang melankolis, merasakan jatuh cinta, ahli dan berdedikasi dengan pekerjaannya yang kesemuanya mirip dengan sifat-sifat yang dimiliki manusia. Kita diajak untuk menyelami pikiran non manusia yang telah bertindak seperti manusia.
"Sia-sia saja menjalin hubungan dengan seseorang yang akan menghilang ditelan waktu yang tak bisa dikendalikan dan tak bisa ditahan. (Hal.113)
Saat berjumpa kembali dengan wanita tua yang adalah mantan kekasihnya di pabrik sepatu dahulu, perasaan Ahn bergolak karena masa lalu tidak bisa ditebak secara pasti. Menghilang diyakini menjadi pilihan yang lebih baik, namun apesnya ia merasa Mia pun melakukan hal yang pernah ia jalani dulu, menjalin hubungan yang sia-sia dengan manusia lain.
Novel ini kendati tipis, ternyata justru memiliki bobot yang mampu membuat pembacanya berpikir bahwa manusia sejatinya adalah makhluk yang paling kesepian dan akan terus berupaya meraih kebahagiaan bahkan bila itu terjadi di masa lalu dan tak bisa diraih sekali pun.
Tidak ada komentar: