Kasus Pembunuhan Honjin
Seishi Yokomizo
Milka Ivana (Penerjemah)
Gramedia Pustaka Utama, 416 hal
iPusnas
Sinopsis
Keluarga Ichiyanagi adalah keluarga terpandang yang memiliki honjin, sebuah rumah besar tradisional Jepang dan hidup di zaman Edo. Putra tertuanya yang bernama Kenzo akan melangsungkan pernikahan dengan seorang wanita yang berprofesi sebagai guru, Katsuko.
Sebelumnya muncul seorang pria misterius yang membawa surat yang dialamatkan untuk Kenzo. Namun Kenzo merobeknya setelah membaca isi surat tersebut. Acara pernikahan berlangsung dengan lancar hingga tak ada yang menduga keesokan harinya keluarga Ichiyanagi terperangah mendapati pasangan pengantin baru ini tewas bersimbah darah, meninggalkan jejak aneh berupa bercak darah berbentuk tiga jari di partisi berlapis daun emas serta pedang yang tertancap di taman.
Penyelidikan sangat intens, namun nihil dalam memperoleh pelakunya. Detektif Kosuke Kindaichi akhirnya mampu menggali latar belakang para anggota keluarga Ichiyanagi dan berhasil mengungkap rencana pelik yang direncanakan si pelaku tunggal yang dibantu sang adik, Saburo.
Sementara itu, keluarga Honiden yang semakin kaya ternyata membuat iri dua keluarga lainnya; Ono dan Akizuki. Bahkan skandal yang timbul menyebabkan nyawa kepala keluarga Akizuki dan istrinya harus berakhir di sumur timba. Dan kejadian itu terulang kembali puluhan tahun kemudian yang kali ini giliran menimpa putra sulung keluarga Honiden, ia pun tewas di dalam sumur timba pula.
Ditemukan gundukan mayat yang terkubur di halaman belakang sebuah kedai yang oleh pemiliknya yang bernama Itojima, ternyata sudah dijual dan sedang direnovasi. Setelah digali, jenazah itu berjenis kelamin wanita dengan kondisi wajah yang sudah sulit dikenali. Diduga korban adalah istri dari si pemilik kedai yang berupaya untuk melenyapkannya. Namun penyelidikan terungkap justru sebaliknya. Madam Oshige, istri Itojima rupanya pandai bersandiwara.
Ulasan
Novel misteri kali ini sangat menantang pikiran terutama dalam menggali dan mengenali setiap motif, sebab akibat, latar belakang dan tempat kejadian perkaranya. Disuguhkan lewat penuturan penulis yang bertugas menceritakan kembali semua asal muasal terjadinya peristiwa yang mengerikan, cerita-ceritanya begitu mengalir dengan segala kejadian yang saling berkaitan satu sama lain.
Novel ini berisi tiga kisah yang kesemuanya memancing rasa keingintahuan yang besar akan identitas pelaku serta motif dibaliknya. Kasus Pembunuhan Honjin memiliki porsi terbesar dalam menelaah kondisi dan karakter tokoh Kenzo yang dilematis, yang disebabkan oleh alur cerita, penokohan serta motif yang muncul baik dari benak maupun tindakannya yang sangat mencengangkan.
Sementara dua kisah lainnya yakni Kasus kedua yang berjudul Kenapa Sumur Timba Berderit dan kasus ketiga, Kedai Kucing Hitam memberikan sudut pandang lain dengan keterlibatan detektif Kindaichi untuk memecahkannya.
Novel yang sangat detail dalam menceritakan
teknik kejahatan berikut cara yang ditempuh untuk mengaburkan dan
mengelabui aparat dalam memecahkan dan mengejar pelakunya. Tiga kisah
yang kesemuanya memberi gambaran betapa rumit dan jelinya suatu
pembunuhan dirancang, bertumpang tindih dengan emosi, kebencian, dan
dendam kesumat.
Meski berlatar Jepang di masa yang sangat lampau, tren menghabisi nyawanya begitu kejam terutama pada diri Kenzo yang harus memendam rasa kecewa. Narasi yang apik dituturkan serta aksi detektif Kosuke yang mirip Sherlock memaksa pembaca memahami gejolak emosi pada tiap tokoh seperti Kenzo, atau Madam Oshige.
Meski berlatar Jepang di masa yang sangat lampau, tren menghabisi nyawanya begitu kejam terutama pada diri Kenzo yang harus memendam rasa kecewa. Narasi yang apik dituturkan serta aksi detektif Kosuke yang mirip Sherlock memaksa pembaca memahami gejolak emosi pada tiap tokoh seperti Kenzo, atau Madam Oshige.
Menarik untuk mempelajari Kenzo yang tiba-tiba saja harus tewas dalam kamar yang serba tertutup rapat dan terkunci dari dalam dan tidak ditemukan satu celah pun untuk melarikan diri dari kamar itu seandainya ada pelaku yang memang ingin menghabisinya.
”Itu berarti dalam insiden ini memang ada orang lain yang jadi pelaku, dan tidak mungkin korban bunuh diri, bukan?”
”Bunuh diri?” Inspektur Isokawa terkesiap sampai membelalak.
”Yah,
ini bukan pendapatku sendiri. Ada orang yang menduga bahwa
jangan-jangan korban menusuk jantungnya sendiri dan melempar pedangnya
keluar dari panel ranma di atas pintu penahan hujan.” (hal 84)
”Bunuh diri?” Inspektur Isokawa terkesiap sampai membelalak.
”Yah, ini bukan pendapatku sendiri. Ada orang yang menduga bahwa jangan-jangan korban menusuk jantungnya sendiri dan melempar pedangnya keluar dari panel ranma di atas pintu penahan hujan.” (hal 84)
Di antara ketiga kisah yang dipaparkan, seluruhnya memiliki kesamaan akan kecenderungan temperamental dan keras kepala yang kadang tidak beralasan. Kasus ketiga pun tak kalah bikin tercengang karena seorang nyonya istri pemilik kedai mampu memainkan peran ganda.
Jangan
lupakan peran Tsuruyo- adik Shinkichi yang mampu mempermainkan emosi
sang kakak lewat surat menyurat sehingga efek psikologisnya di kasus kedua, begitu
dahsyat dihasilkan.
Kasus yang pelik dipecahkan namun selalu ada kelemahannya membuat novel ini asyik dinikmati. Bisa dibilang novel ini lebih dahsyat dalam mengetengahkan persoalan kasus kriminal dengan cara yang brutal, vulgar dan blak-blakan ketimbang novel kriminal yang pernah saya baca sebelumnya.
Kasus yang pelik dipecahkan namun selalu ada kelemahannya membuat novel ini asyik dinikmati. Bisa dibilang novel ini lebih dahsyat dalam mengetengahkan persoalan kasus kriminal dengan cara yang brutal, vulgar dan blak-blakan ketimbang novel kriminal yang pernah saya baca sebelumnya.
Tidak ada komentar: