Nonik Jamu
Rina Suryakusuma
Gramedia Pustaka Utama, 272 hal
iPusnas
Sinopsis
Kinanti hanyalah seorang gadis sederhana yang memiliki cita-cita muluk yakni memiliki usaha sendiri. Kebetulan Budhe Nisha sangat mahir dalam meracik dan mengolah berjenis rempah jamu hingga menjadi obat untuk mengatasi segala keluhan kesehatan. Kinanti tertarik untuk mempelajarinya dan ingin mengembangkannya sebagai usaha suatu hari nanti.
Pernikahannya dengan Pandu Buana alias Ng Tiong Bik Pemilik Gudang Rempah awalnya memberi secercah harapan namun tak disangka keluarga besar suami dan para iparnya sangat menentang dan sama sekali tidak mendukung upaya Kinanti untuk menjajal usaha jamunya yang perdana.
Seiring waktu berlalu tak disangka sang putrilah yang justru berminat dan memiliki bakat untuk merintis jalan usaha jamu sang ibu. Arumi mewujudkan apa yang telah lama dicita-citakan Kinanti, yaitu usaha jamu yang kendati banyak rintangannya terutama dari Cik Tanti yang selalu memandang sebelah mata, mampu menghasilkan keuntungan besar.
Ulasan
Cerita klasik tentang keluarga Jawa yang
mempertentangkan derajat serta pamor, benar-benar mampu mengaduk emosi
serta masih relevan isunya hingga sekarang. Dibalut dengan kecintaan
akan ramuan jamu yang diwariskan dari keluarga, membuat kisah Nonik Jamu ini begitu hidup dan realistis.
Tokoh Arumi adalah representasi dari generasi yang berani mencoba sesuatu sekaligus memukul balik semua anggapan miring terhadap keluarganya, keluarga Wonosobo terutama ibunya, Kinanti. Dan ia mampu menjadi katarsis dalam kisah ini.
Tokoh Arumi adalah representasi dari generasi yang berani mencoba sesuatu sekaligus memukul balik semua anggapan miring terhadap keluarganya, keluarga Wonosobo terutama ibunya, Kinanti. Dan ia mampu menjadi katarsis dalam kisah ini.
Novel ini sangat jeli untuk membidik tema tentang jamu- sesuatu yang rada sulit diangkat karena bila berkisar soal jamu saja, apalagi daya tariknya? Untunglah bumbu-bumbu lain tentang keluarga, kerabat, ipar yang diperburuk lagi dengan kesenjangan sosial menjadikan cerita ini terasa lebih solid, lebih membumi dan Indonesia banget.
Meski penuh ketegangan, cerita mengalir dengan hangat
serta memberi wawasan betapa racikan jamu mampu membuka mata dan bahwa
jamu meski pahit ternyata mampu menyembuhkan luka.
Konflik yang muncul tak hanya antar keluarga di mana Kinanti seolah tak pernah didukung oleh Pandu, suaminya, atau antara Arumi dengan Cik Tanti namun juga merembet ke urusan kakak beradik macam Pandu dengan Cik Tanti yang demi membela putrinya, Pandu perlu berdebat dengan keras.
Namun, tak bisa dipungkiri pesona jamu-jamuan ini terasa lebih memiliki daya tarik, meluap dalam setiap racikan yang dibuat secara alami berdasarkan catatan yang disusun, lengkap dengan sebutan kategori serta pelabelannya. Kita bisa bayangkan bahwa bisnis jamu ini seandainya terjadi, dan meski baru skala kecil pasti sangat menjanjikan apalagi dikendalikan oleh Arumi yang nota bene generasi Z, setidaknya jamu akan terus lestari dan terdongkrak terus popularitasnya, ya kan? Efek melegakan betul-betul terasa di bagian ini.
Kinanti membawakan ramuan herbal Rai Elok atau wajah cantik yang berisi campuran bubuk pala, bubuk kayu manis, bubuk kunyit ditambah ekstrak daun teh hijau dari Tambi yang diwadahi dalam tempat plastik kecil untuk dioleskan pada wajah yang berjerawat dengan bantuan madu atau susu putih asli yang baru diperah (hal 61).
Sederhana dan pesan yang ingin disampaikan sesungguhnya begitu gamblang selain dari keinginan untuk melestarikan kekayaan herba Indonesia terutama bahan-bahan dan rempah yang sangat eksotis yang mungkin bagi kalangan non penikmat jamu tidak terlalu familiar.
Tidak ada komentar: