If You Could See the Sun
Ann Liang
Airien Kusumawardhani-penerjemah
Elex Media Komputindo, 336 hal
IPusSulteng
Sinopsis
Tiba-tiba saja tubuh Alice Sun berubah dengan cepat menjadi transparan, tak kasatmata, saat tak sengaja keluar dari kelas dan bertabrakan dengan murid lain. Kondisinya yang kerap berubah; kadang tubuhnya menghilang kadang kembali seperti semula, membangkitkan ide dan memanfaatkannya untuk mencari uang.
Meskipun genius dan mendapat beasiswa, Alice tetap terbebani dengan biaya pendidikan yang mahal. Sekolah tempat ia menuntut ilmu yang bernama Airington International High School ini terkenal dengan wadah berkumpulnya anak orang kaya di Beijing. Ia harus mencari tambahan uang atau kalau tidak pindah ke sekolah lokal di Beijing atau kembali ke Maine, Amerika.
Bekerja sama dengan murid paling pintar tapi diam-diam yang ia benci, Henry Li, keduanya sepakat membuat aplikasi bernama Hantu Beijing yang menyediakan jasa apa saja dengan memanfaatkan tubuhnya yang tak kasatmata. Mulai dari membantu mencarikan jawaban untuk ujian Sejarah dengan cara mengintip ke laci guru hingga membuntuti ayah teman sekamar Alice yang ternyata memang benar telah berselingkuh. Semua jasa dikenai tarif yang nantinya bisa untuk menutupi biaya kekurangan pendidikan Alice.
Pada awalnya kegiatan ini dilakukan secara iseng dan takut-takut, namun kemudian menjadi suatu hobi yang mengasyikkan bagi Alice karena saat tubuhnya transparan ia bisa memandang situasi sekolah beserta pribadi teman-temannya secara apa adanya. Dan tentu saja uang yang diterima makin membuatnya kesetanan untuk selalu menerima order tak peduli risikonya.
Saat temannya Andrew She menawarkan uang satu juta RMB untuk membantunya menyekap Peter Oh, Alice tergiur dan langsung menerimanya kendati telah diperingatkan oleh Henry Li akan betapa riskannya tindakan itu karena bisa melibatkan pihak berwajib, orang tua murid dan nama baik sekolah.
Dan ketika langkah itu diambil, tak ada yang bisa ditarik kembali. Nasi telah menjadi bubur, orang tua Peter Oh mengajukan tuntutan dan pihak sekolah akhirnya menskors Alice. Dengan berbagai kecaman dan hujatan, akhirnya Alice mampu berdiri tegak menerima konsekuensi perbuatannya.
Ulasan
Tema remaja dengan suka duka di sekolah biasanya
kalau gak seru banget, ya flat banget. Tapi untuk cerita ini,
petualangan Alice baik di sekolah maupun di dunia kasatmata sangat
meninggalkan kesan yang apik.
Karena Alice pintar, dicintai oleh rivalnya yang sama-sama pintar yakni Henry Li dan murid-murid Airington yang sama menyenangkannya plus kedua orang tua Alice yang mendukung masa depan putrinya, maka cerita terasa sempurna dan seolah tidak ada yang terkoyak.
Karena Alice pintar, dicintai oleh rivalnya yang sama-sama pintar yakni Henry Li dan murid-murid Airington yang sama menyenangkannya plus kedua orang tua Alice yang mendukung masa depan putrinya, maka cerita terasa sempurna dan seolah tidak ada yang terkoyak.
Suka duka bersekolah di tempat yang elite dengan putra putri orang terkenal yang menjadi murid atau teman sekelas rasanya seperti dalam mimpi sekaligus menyadarkan diri bahwa sesungguhnya ada kalangan yang tidak sepadan alias minoritas di sisi gelapnya. Kalangan yang masih terseok-seok mencari tambahan dana pendidikan, salah satunya.
Pengarang mampu memberi romansa indah tentang sekolah lengkap dengan prestasi serta rival yang keren bagi Alice serta para guru yang begitu mendukung setiap anak yang berprestasi. Namun di sisi lain ada bagian dari perjalanan hidupnya sebagai murid pintar dan langsung ditantang untuk mampu menyelesaikan kemelut besar yang menodai profilnya sebagai murid yang berprestasi.
Konflik yang muncul terbilang sederhana, lebih banyak pertentangan batin dalam diri Alice, yakni antara nuraninya yang ingin menolak segala pekerjaan curang atau kotor atau beradu dengan sifat serakahnya yang ingin meraup upah lebih banyak demi untuk membayar biaya sekolah yang naik menjadi 360 RNB.
Satu hal yang unik namun mampu membuat alur ceritanya mengalir dengan
seru tentu saja keberadaan aplikasi bernama Hantu Beijing. Aplikasi ini sengaja dibuat sendiri oleh Henry Li karena selain otaknya yang genius, ia juga murid berprestasi, tampan dan berlatar belakang anak orang kaya dan hanya demi kesenangan belaka ia mau saja membuatkan aplikasi untuk Alice.
Karakter cowok ini memang digambarkan yang tidak neko-neko, setia, dan baik. Saya rasa ini adalah tokoh yang justru terlihat datar, namun anehnya menjadi pas saat disandingkan dengan Alice yang meledak-ledak dan spontan.
Petualangan demi petualangan dalam meladeni permintaan para kliennya yang rata-rata teman sekelasnya sendiri cukup seru terutama saat harus bermanuver agar penampilan yang transparan ini tidak ketahuan dan mencurigakan dan karena kondisi tak kasatmata ini hanya diketahui Henry Li seorang.
Peristiwa penyekapan Peter dengan bantuan Hantu Beijing adalah puncak dari kekeliruan, kejatuhan sekaligus kesadaran. Dan momen ketika Alice menyadari perbuatannya adalah hal yang sangat manusiawi, menyedihkan tapi juga melegakan. Seakan orang miskin selalu sial dan salah dan orang kaya selalu beruntung dan benar terus.
Aku sudah mempertimbangkan pro dan kontra untuk memberi tahu para guru serta polisi mengenai Andrew sepanjang malam, dan jelas bagiku bahwa, meski keadaanku tengah tertekan, konsekuensi perbuatan ini benar-benar terlalu besar. ( hal 268)
Novel ini memuat pesan bahwa ada banyak persoalan pelik dari sekadar tubuh menghilang mulai dari ekonomi hingga kesenjangan sosial yang berdampak bagi perkembangan jiwa remaja yang tengah mencari jati diri.
Sebenarnya masih banyak yang perlu digali dan menimbulkan pertanyaan terutama tentang teman-teman sekelas Alice. Bahkan sampai akhir cerita,
tidak ada sama sekali petunjuk atau secuil cerita mengapa Alice bisa berubah menjadi tak
kasatmata. Dan ini meninggalkan misteri besar.
Tidak ada komentar: