The Wedding People
Alison Espach
Henry Holt and Co, 384 hal
e-book
Sinopsis
Phoebe baru saja bercerai dari suaminya yang berselingkuh dan pada suatu hari ia telah berada di sebuah hotel bernama Cornwall Inn untuk satu tujuan yang diidam-idamkan yakni mengakhiri hidupnya. Bersamaan dengan hari kedatangannya di hotel itu, tibalah juga rombongan keluarga pengantin dari kedua belah pihak yang ingin menyelenggarakan pesta pernikahan dan menempati nyaris seluruh kamar di hotel.
Dalam sebuah insiden di mana Phoebe memberitahu si calon pengantin wanita yang bernama Lila kalau di giginya terselip serpihan cabai, akhirnya menjadikan keduanya akrab dan dekat selayaknya sahabat.
Alih-alih membiarkan Phoebe menyendiri dan demi menghindarkan kemungkinan bunuh diri, Lila justru melibatkan perempuan itu untuk ikut bersenang-senang menjelang pesta pernikahan bersama para sahabat Lila lainnya.
Keinginan untuk bunuh diri sementara itu terlupakan karena Phoebe menikmati sekali keriuhan canda tawa serta kehebohan yang kerap ditimbulkan oleh para sahabat Lila, keluarga besarnya maupun para kerabat kedua belah pihak pengantin. Mereka yang akan menghadiri pesta pernikahan Lila dan Gary terlihat sangat ceria dan bahagia.
Bila Phoebe begitu larut oleh kesenangan suasana, tak demikian dengan Lila. Sebagai calon pengantin wanita yang kaya, ia seharusnya sangat bahagia. Memang benar, namun jauh di sudut hatinya ia adalah pribadi yang rapuh dan terus menerus mempertanyakan makna cinta terhadap Gary.
Sementara itu Matt, si mantan suami menyesali perceraiannya dengan Phoebe dan berniat mengajaknya rujuk. Padahal Phoebe telanjur tertarik secara samar dengan calon pengantin pria, Gary yang ternyata sebaya dengan dirinya dan lebih tenang pembawaannya.
Ada kebimbangan besar dalam memutuskan siapa yang akan ia ikuti,.Matt atau Gary. Gary akhirnya batal menikahi Lila karena ternyata calon istrinya ini tidak benar-benar mencintainya. Sementara mantan suaminya Matt ternyata tak mampu melupakan Phoebe sama sekali.
Ulasan
Kalau membaca judulnya orang akan menyangka pasti ceritanya biasa saja dan membosankan. Dengan kehadiran para tetamu yang akan menghadiri pesta, bergosip ria, sedikit hura-hura dan bahkan mabuk berat, sesungguhnya The Wedding People lebih dari sekadar sebuah pesta penuh hura-hura. Di balik pesta terdapat kepanikan sekaligus energi positif individu yang terlibat di dalamnya yang begitu heboh.
Cerita yang diusung memang simpel dan tentu saja yang paling banyak disoroti adalah tentang polah tingkah mereka yang bakal menghadiri pesta pernikahan. Tapi tak melulu juga tentang pesta pernikahan. Ada sisi-sisi tersembunyi yang menyeruak dan lengah untuk diangkat ke permukaan. Dan ketika dikeluarkan, maka bom itu meledak menyemburkan kekecewaan besar.
Orang-orang yang berada di belakang layar dan tim pendukung pengantin justru tak kalah heboh dalam mempersembahkan pesta. Ini memang pengalihan terbaik yang pernah dialami Phoebe yang rencananya ingin mengakhiri hidup saking lelahnya ia dengan tekanan hidup dan fakta pernikahannya yang kandas.
Padahal Phoebe adalah dosen yang dihormati mahasiswanya, dan ketika ia sampai di hotel, segala topeng yang menutupi pribadinya pun terbuka. Barulah kita tahu betapa berat menjadi seorang Phoebe yang lelah jiwa. Lewat ungkapan perasaannya ia merasa dirinya memang berbeda dalam menghadapi situasi dan solusinya hanya satu, mengakhiri hidup.
Wanita yang pintar secara akademis berjumpa dengan perempuan yang sangat menikmati hidup, yakni sang pengantin Lila. Keduanya langsung klik kendati banyak perbedaannya juga. Mereka sama-sama perempuan yang seolah-olah berada di perahu yang sama namun memiliki tujuan hidup yang berbeda.
Lila begitu takut kalau Phoebe jadi merealisasikan keinginan gilanya, sementara Phoebe harus mendorong perempuan muda ini untuk jujur dengan perasaannya sendiri terhadap calon suaminya. Apakah alasan menikah semata-mata dorongan untuk kebahagiaannya sendiri atau demi ayahnya?
Novel ini mampu menyuguhkan situasi kegembiraan menjelang pesta dengan segala humor dan sarkasnya. Mengesankan sekali mengikuti kisah Phoebe dan Lila. Di hotel Cornwall Inn inilah hidup keduanya berputar arah secara mengejutkan.
Saya suka gaya Phoebe dan Lila dalam membereskan masalah mereka berdua yang dilakukan secara luwes, santai tanpa grusa grusu, kendati ada peristiwa lain yang menghebohkan lengkap dengan humornya yang berkelas. Jiwa yang hampir mati kering kerontang karena kesepian akut bertemu dengan keceriaan keluarga besar pengantin dan sambutan pelukan hangat.
When she was alone, she stopped seeing the meaning in things. She stopped writing in her journal, stopped making elaborate meals, stopped combing her hair, let Harry just stay there on the basement floor, because what did it really matter? What did anything matter when she was alone? (hal 136)
Optimisme dan keceriaan yang ditampilkan para tamu yang menghadiri acara pernikahan setidaknya menulari perasaan Phoebe. Adegan memilih mobil kap terbuka dan terkejut karena masih memakai tongkat persneling saat hendak ke dermaga menurut saya ini peristiwa yang menggelikan dan perempuan banget.
Pada dasarnya kebahagiaan Phoebe adalah yang utama. Kendati banyak tokoh, kemunculan Matt dan Gary cukup menimbulkan kerawanan hati dan memaksa kita berharap akan ada sesuatu yang romantis di antara ketiganya. Untunglah dadu ada di tangan Phoebe. Ia akhirnya mampu mengambil keputusan bijak.
Meskipun rapuh akibat perlakuan keluarga saat bersama ayahnya di masa lalu, wanita ini punya ketegaran dan mampu memasang garis batas yang tegas antara masa lalu dengan masa kini. Cerita sederhana yang manis, hangat dan ramai.
Tidak ada komentar: