Yamihara: Kuasa Gelap Menguasai Jiwa yang Lemah

 

 
 
Yamihara
Mizuki Tsujimura
Milka Ivana-Penerjemah
Gramedia Pustaka Utama, 416 hal
IPusSulteng
 
 

Sinopsis 

 
 
Mio terkejut saat murid baru di kelasnya yang bernama Shiraishi Kaname ingin berkunjung ke rumahnya. Sebelumnya gadis itu selalu was-was karena beberapa kali sering mendapati Kaname menatap tajam kepada dirinya entah sewaktu di kelas atau di kantin.
 
Karena gelisah dan ketakutan oleh sikap si murid baru itu, gadis ini menceritakan kepanikannya pada seniornya di klub Atletik, Kanbara Itta. Cowok itu memberi solusi agar Mio berani dan jangan menunjukkan kelemahannya pada Kaname.
 
Sementara itu di tempat lain ada seorang ibu muda hendak mengikuti rapat orangtua murid yang tergabung dalam Komite Pembaca Cerita SD Kusumichi dan kebetulan duduk bersebelahan dengan sosok perempuan yang lebih tua. Ritsu-ibu muda itu, terkejut perempuan tua yang bernama Kaori-san itu mendesaknya bercerita tentang pekerjaannya sebagai pencerita di sebuah stasiun radio.
 
Di sekolah itu ada seorang murid kelas 5-2 bernama Sota yang berteman dengan Niko, si murid pindahan. Tak butuh waktu lama untuk beradaptasi, Niko telah menjelma menjadi panutan semua murid kelasnya setelah aksinya untuk mengawasi murid yang malas mampu menjadikan murid itu berhasil memperoleh nilai yang baik. 
 
Di tempat lain, seorang pegawai paro baya yang bernama Jin-san selalu menjadi bulan-bulanan pelampiasan kekesalan kepala divisi kantor, Sato. Bahkan unek-unek yang dikeluarkan via telepon kerap tak kenal waktu dan Jin-san tak kuasa menolak apalagi mengabaikan setiap ucapan atasannya.
 
Mio kehilangan sahabatnya Hanaka dan dengan bantuan Kaname gadis itu tak hanya bisa berjumpa kembali dengan sahabatnya yang telah menghilang selama dua tahun, namun juga sadar bahwa niat cowok aneh ini baik saat ia menyuruh gadis itu untuk selalu membawa daun bambu untuk menangkal niat jahat.
 
Sesungguhnya Kaname memiliki agenda tersendiri untuk memburu sebuah keluarga yang memiliki kemampuan menyebarkan pengaruh gelap ke semua orang hingga membuat jiwa korban terpuruk dan berujung pada kematian. Hanya penggantian struktur keluarga saja yang ditakuti Kaname dan itu harus ditumpas dengan cepat.
 

 Ulasan

 
Selama membaca novel-novel horor atau bergenre thriller dari Jepang, rasanya baru ini mengalami situasi yang sungguh-sungguh terbawa aura kengeriannya. Di awal cerita, novel ini sudah mencuri perhatian saat Mio mendapat tatapan tajam dari murid baru yang aneh. Lalu berkembang menjadi sebuah teror menggelisahkan dan menyangkut orang-orang lain.
 
Ada sesuatu dari kalimat-kalimatnya yang membuat merinding dan merasa akan ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Buruk dalam arti bukan suatu kejahatan namun pengaruh yang menyusup masuk ke dalam benak, menggerogoti jiwa dan membuat sosok yang dipengaruhi-dalam hal ini korban, menjadi tak punya posisi tawar yang lebih tinggi selain keputusasaan dan kematian.
 
Pengarang sangat lihai dalam mengarahkan pikiran pembaca untuk mengikuti peringatan palsu. Saat Mio ketakutan oleh perilaku Kaname yang aneh dan mengadukannya pada seniornya, kita ikut menghakimi Kaname tanpa meninjau lebih jauh apakah semua yang diucapkan Kanbara Itta itu memang benar atau justru keliru besar?
 
Kepiawaian pengarang dalam mengaduk-aduk emosi tak sampai di situ saja, dalam beberapa kepingan cerita lainnya kita pun selalu digiring untuk memberi penilaian buruk atas semua pikiran yang muncul dari para tokoh tanpa mengecek silang kebenaran yang tersirat. Entah dibilang penyesatan atau bukan, tapi teknik alur dan gaya bercerita seperti ini yang membuat kita merasa mendapat kejutan atau twist yang bertubi-tubi dari cerita ini.
 
Ide dan konsep ceritanya apik, menawarkan ketegangan yang samar namun membuat bergidik dan memengaruhi pikiran serta menggerogoti jiwa hingga mati. Ada keharusan untuk membasmi pengaruh tersebut secara brutal.
 
Cerita yang terbagi dalam lima bab, empat di antaranya seolah tidak berkaitan namun sesungguhnya memiliki benang merah paling kasatmata yang bermuara pada keluarga Kanbara. Keluarga jadi-jadian yang membunuh jiwa lemah hingga menimbulkan gangguan bersifat psikis.
 
 

Keluarga itu terus ada. Mereka muncul sejak kapan...mereka akan bertumbuh dan menyebarkan kegelapan lagi sambil melibatkan orang-orang di sekitar. Mereka membuat orang di sekitar menggila, lalu membunuhnya (hal 381).

 
 
Di bab pertama saat Mio berjumpa pertama kali dengan Kaname, jujur peristiwa itu sudah membangkitkan rasa ngeri dan diam-diam membuat bulu kuduk berdiri apalagi sorot mata Kaname dan keinginannya mendatangi Mio terasa mengancam sekaligus menakutkan. 
 
Alur ceritanya dinamis baik tokoh yang terlibat atau yang sekadar lewat, seluruhnya menyumbangkan rasa cemas terutama adegan di sebuah kompleks rumah susun Sawatari-tempat sebagian besar anggota keluarga Kanbara menebarkan benih-benih kepanikan, keragu-raguan, rasa bersalah, rasa gentar hingga paranoid pada para calon korbannya. 

Cara mengeksekusi kasus per kasus yang dilakukan sangat rapi, dengan berbagai masalah yang satu per satu bisa diselesaikan. Ditemukannya sahabat Mio yang telah dua tahun menghilang merupakan  kemenangan besar. Namun gongnya ada pada kedatangan sang ayah untuk membalas dendam karena anggota keluarganya telah 'habis'.

 Membaca epilognya kita merasa bahwa pengaruh Kanbara masih akan terus ada. Kuasa gelap yang memengaruhi benak masih akan mengintimidasi jiwa-jiwa yang lemah dan kosong. Novel ini menyoroti kevakuman jiwa yang dengan mudahnya bisa disusupi pengaruh jahat atau kuasa gelap. Rasa rendah diri yang akut dan mengakibatkan korbannya merasa terkucil dan terintimidasi adalah sasaran empuk.
 
Tidak sulit menemukan tipikal orang yang seperti demikian. Kita pasti akan jumpai di mana saja baik di kantor, sekolah, kampus, bahkan di tengah keluarga kita. Pihak yang terus mendengung-dengungkan kelemahan dan memanas-manasi korbannya akan menjadi orang yang ironisnya justru dijadikan panutan sehingga bila tidak segera ditolong, korban yang selalu didera rasa bersalah akan mengambil jalan yang fatal.
 
Novel Yamihara meskipun fiksi namun pesan moralnya bagus sekali. Jangan pernah sekalipun membiarkan orang lain merendahkan, mendikte atau mengintimidasi pikiran kita karena sekali saja goyah, maka jiwa yang lemah akan mudah dikuasai oleh pengaruh jahat.
 

Yamihara: Kuasa Gelap Menguasai Jiwa yang Lemah Yamihara: Kuasa Gelap Menguasai Jiwa yang Lemah Reviewed by Erna Maryo on Agustus 12, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.