As Long as the Lemon Trees Grow
Zoulfa Katouh
Esti A. Budihabsari- Penerjemah
Berliani M. Nugrahani-Penerjemah
Mizan Media Utama, 480 hal
Scribd
Sinopsis
Selama ini Salama hanya hidup berdua bersama dengan kakak ipar Layla. Sebagai seorang tenaga medis di rumah sakit, gadis itu harus selalu siap sedia untuk menolong pasien korban kekejaman perang saudara Suriah. Seluruh hidupnya tercurah membantu dokter Ziad selain menemani Layla yang tinggal menanti harinya untuk melahirkan bayi, buah cintanya dengan Hamzah-abang Salama, yang ditawan dan entah kapan dibebaskan.
Di tengah deru peperangan, tak dinyana Salama berjumpa kembali dengan calon tunangannya, Kenan yang meminta tolong adiknya yang sakit. Mereka berdua menjalin hubungan kembali kendati ada perbedaan besar. Salama ingin mengungsi ke Jerman bersama Layla demi kehidupan yang lebih baik, sementara Kenan tetap bersikeras untuk tinggal di Suriah, merekam kekejaman tentara.
Demi mewujudkan keinginannya pergi ke Jerman, Salama terpaksa menjadikan putri Am, makelar pengungsi perahu sebagai jaminan agar Am mau menyediakan tempat di perahu untuk dirinya dan Layla. Kendati demikian sesungguhnya Salama masih bimbang antara keinginan mengungsi dan beratnya meninggalkan tanah airnya.
Berkat bisikan Khawf, sosok supranatural yang kadang mendukung, kadang bersikap sinis, Layla memantapkan hati mengungsi ke Jerman, menaiki perahu yang dibayarnya dengan seuntai kalung emas dan uang lima ratus dolar kepada Am. Salama berperahu dengan kedua adik Kenan dan juga kekasihnya, Kenan. Layla sendiri? Ia hanyalah bayang-bayang yang lekat di hati Salama.
Ulasan
Satu lagi hadir sebuah novel berlatar perang yang sangat dekat dan realistis dengan situasinya. Ketakutan dan kekalutan pikiran mendorong Salama dalam kengeriannya untuk pergi mengungsi serta merasakan dinginnya air laut Mediterania demi merapat ke Jerman, negeri impian dan juga tanah harapan. Sungguh perjuangan yang takkan pernah dibayangkan.
Alur cerita yang begitu menawan memberi kita gambaran besar dengan setitik asa akan hancurnya sebuah negeri melalui pohon-pohon lemon kuningnya yang memaksa tumbuh. Aromanya yang mampu memberi ketenangan dan mengusir mabuk laut saat Salama dan Kenan berperahu ke Jerman menjadikan lemon sebagai simbol pengharapan.
Perang dan kehilangan orang yang dicintai kerap mewarnai kisah tentang negeri yang kacau. Di novel ini perang Suriah yang tak berkesudahan justru dijadikan motivasi besar untuk dikenang kembali masa-masa indahnya terutama saat Salama bercengkerama dengan Layla. Sebuah plot twist kecil berkaitan dengan Layla membuat kita harus bersimpati lebih dalam kepada Salama yang ternyata sebatang kara.
Semua tokoh begitu kuat memancarkan semangat dan rasa optimis akan hari depan yang bahagia. Kecuali Am dan Khawf tentunya, bahkan di balik kesinisannya, mereka berdua tetap berkontribusi meski dengan gaya yang aneh dan menjengkelkan. Seperti halnya lemon yang mampu tumbuh di tengah desingan peluru berseliweran.
Lemon butuh waktu, Kenan. Kita akan menumbuhkan pohon. Mereka butuh kesabaran, seperti setiap perubahan (hal 381).
Novel yang berlatar perang selalu memiliki sesuatu yang unik dan istimewa terutama menyangkut warganya, manusia-manusia yang berjuang dengan caranya sendiri bergulat dan bertahan dari rasa ketakutan di tengah deru suara senjata laras panjang yang ditembakkan, atau bom yang meledak dengan dahsyat bercampur dengan jerit tangis para korbannya.
Sosok muda seperti Salama dan Kenan hanyalah butiran debu di tengah hujan abu dari bom yang meledak di rumah sakit. Tidak penting dan keberadaan mereka berdua tak perlu dikhawatirkan oleh musuh. Namun, dalam perang saudara itu, pihak militer yang nota bene warga setanah air pun tak ragu untuk menembak Salama yang dengan gagah berani melawan. Kekejaman perang saudara telah dipertontonkan.
Romantisasi pun tak ketinggalan untuk ditonjolkan sehingga membaca novel ini selain penuh was-was kita juga akan ikut merasa bahagia oleh keduanya yang mampu menciptakan romansa di antara celah perang. Salama dan Kenan memang akhirnya berhasil mewujudkan impian-impian itu namun tak bisa disangkal, ada banyak yang harus dikorbankan akibat melarikan dari tanah airnya sendiri.













Tidak ada komentar: