Akhirnya setelah tidak sempat beberapa kali, kesempatan mengunjungi pameran buku terbesar kesampaian juga. Terakhir main ke pameran buku tiga tahun lalu. Hari yang cerah setelah sehari sebelumnya turun hujan lebat membuat motivasi untuk mendatanginya terasa begitu besar dan istimewa.
Memang sih kalau tidak tanpa sengaja membaca pengumuman di Instagramnya tentang pembukaan IIBF, pasti kesempatan itu akan terlewat. Soalnya memang saya tidak memantau sama sekali kapan akan diadakan. Dan begitu tahu tanggalnya, langsung deh cus saya datangi.
Awalnya mau berangkat pagi, tapi batal karena masih banyak urusan, lalu geser berangkat siang yang ternyata justru merupakan jamnya padat pengunjung dan kebetulan ini akhir pekan. Meskipun pengunjung membludak, tapi karena lokasinya di JICC Senayan yang lumayan luas dan sejuk, situasinya terasa aman-aman saja.
Masuk ke lobinya kita sudah disuguhi dinding-dinding yang khusus ditempeli gambar lukisan berwarna dari krayon hasil karya anak-anak pemenang lomba alias para juaranya. Oh ya masuk ke pameran ini gratis lho.
Setelah sering mendatangi pameran buku yang diselenggarakan oleh Ikapi ini, maka pola acara yang sering disuguhkan selalu template mulai dari seminar yang membicarakan tentang buku, temu pengarang, Zona kalap, kehadiran penerbit tamu yang berasal dari luar negeri, penjualan buku dari penerbit serta yang paling dinantikan diskon yang kisarannya antara 15-20 persen.
Kalau dulu saya pasti sudah kalap banget bila melihat buku atau novel incaran diberi diskon lumayan gede. Setiap judul atau sampul buku yang menarik dan menggoda pasti akan masuk daftar belanjaan. Nah sekarang ya cukup melihat-lihat saja, selain memang novel incarannya tidak ada, juga buku-bukunya agak kurang menarik di mata saya.
Zona kalap
Kesan saya pameran ini cukup membantu mendongkrak pembelian buku terlebih di Zona Kalap yang memiliki ketentuan unik yakni setiap pembelian 100 ribu dapat 4 buku, dan juga dengan pembelian 50 ribu sudah dapat meraup 3 buku dengan judul yang bisa dipilih sendiri di antara ribuan buku yang berserak di bak-bak yang tersebar di zona tersebut.
Banyak yang tergiur di Zona Kalap sehingga gak heran di tempat ini pengunjungnya terlihat paling penuh dan berjubel. Tak hanya orang dewasa, keluarga kecil, remaja, atau anak kuliahan, anak-anak pun ikut bersemangat memilih buku yang disukainya. Zona ini memang paling menyedot pengunjung.
Dari yang saya amati, rata-rata novel atau buku yang ada di Zona Kalap ini terhitung keluaran lama, tidak ada yang baru sehingga bila belum membaca novel tertentu, di sinilah bisa terpuaskan untuk membelinya dengan harga yang lebih murah dibanding sewaktu pertama kali diterbitkan.
Novel-novel karya Tere Liye masih banyak saja peminatnya, bahkan novel karya Habiburahman El Shirazzy yang sudah lama saya pernah baca pun, masih dijual di pameran buku ini. Terlihat para penerbit mengkhususkan menjual stok yang menumpuk di gudang mungkin.
Penerbit favorit kita semua yakni Gramedia dan Mizan menjadi yang paling mencolok pengunjungnya terutama saat antre membayar. Beragam buku dan novel dipajang dan selalu saja rak-raknya penuh oleh pengunjung alias tak pernah sepi. Memang kedua penerbit ini memiliki judul-judul buku yang menarik dan unggulan banget terlihat dari desain dan alur raknya yang estetik.
Saya berkeliling mengitari penerbit-penerbit lainnya. Ada Periplus yang selalu diserbu meskipun bukunya berbahasa Inggris semua, ada penerbit Kompas yang menawarkan TTS nya yang menggoda, ada penerbit Tempo yang menjual majalahnya 100 ribu dapat 3 majalah, ada penerbit dari negara sahabat, Turki dan yang terakhir penerbit-penerbit Indie.
Salah satu zona buku lain yang menarik minat banyak pecinta buku adalah Star Books, ini adalah distributor buku dan komik impor terlengkap di Indonesia. Produknya original dari beberapa penerbit luar negeri, seperti Penguin, Scholastic, Mac Millan dll. Jadi sudah pasti yang dijual adalah buku-buku berbahasa Inggris. Selain itu ada juga pernak pernik (stationery) yang paling dikerubungi remaja mulai dari pembatas buku, tumbler, penjepit buku berlampu, penahan buku hingga printilan macam pena atau gantungan kunci yang kesemuanya impor.
Semakin sore bukannya keramaian itu surut namun justru semakin banyak yang mendatangi pameran ini dan karena kaki sudah terasa pegal, akhirnya kita memutuskan pulang setelah sebelumnya ngemper dulu untuk sekadar meneguk air minum dan istirahat melemaskan kaki.
Acara kali ini tak hanya memandangi buku namun juga melihat berduyun-duyunnya warga pecinta buku yang kalap dan bersemangat membayar bukunya. Hhmm...ini berarti pertanda dunia literasi sedang baik-baik saja, ya kan. Semoga saja begitu mengingat harga buku sekarang sangat mahal.
Tidak ada komentar: