Masquerade Hotel
Keigo Higashino
Milka Ivana (Translator)
Gramedia Pustaka Utama, 468 hal
IPusSulteng
Sinopsis
Munculnya pembunuhan berantai yang belum juga terungkap siapa pelakunya menyebabkan pihak kepolisian berupaya untuk menangkapnya dengan lebih intens. Lewat jejak kode yang tertinggal, disinyalir pelaku akan melakukan pembunuhan lagi di sebuah hotel, yaitu Hotel Cortesia Tokyo.
Agar tidak kecolongan, polisi menempatkan beberapa petugas yang menyamar dan ditempatkan di beberapa titik yang kemungkinan bisa langsung menangkap sudut pandang dan gerak gerik tamu hotel dengan lebih cermat.
Salah satu polisi yang terpilih bertugas di bagian meja receptionist adalah Nitta Kosuke dan ia terpaksa harus menurunkan egonya yang tak ingin diperintah orang lain saat menerima pelatihan sementara dari staf front desk hotel bernama Yamagishi Naomi agar dapat melayani tamu hotel dengan ramah.
Ketika datang para tamu hotel yang berperilaku aneh, naluri polisi Nitta selalu ingin menyergapnya dan menaruh curiga secara berlebihan. Sementara itu Naomi kedatangan seorang tamu wanita tua bernama Nagakura Maki yang menginap dengan gerak-gerik yang sesungguhnya mengundang kecurigaan namun prasangka itu tertepis sementara. Rupanya sang nenek ini adalah seorang mantan pemain teater.
Berkat bantuan penyelidikan dari anggota Kepolisian Shinagawa bernama Nose, sedikit demi sedikit kepingan sosok tamu hotel mantan teater ini pun terkuak latar belakangnya. Sayangnya, sang pelaku telah berhasil memperdaya Naomi.
Ulasan
Petugas polisi yang ditempatkan di sebuah hotel awalnya hanya mengira pelaku pembunuhan ini adalah sosok yang mudah dikenali. Namun, setelah menyamar dan bertugas di konter front desk, Ajun Inspektur Nitta Koseki mampu menganalisis tipe tamu hotel yang mencurigakan.
Bersama Nose dan juga petugas hotel Naomi, cerita terasa kian lama kian menegangkan akibat kedatangan sosok pelaku yang ternyata piawai dalam dunia teater. Penyamaran pelaku yang mulus mampu menipu Naomi hingga Nitta pun harus lebih pintar mengecoh pelaku agar tertangkap.
Di awal, cerita terasa begitu lamban alurnya karena pengarang ingin menceritakan banyak hal terutama tentang birokrasi hotel dan taktik yang dilancarkan tim satgas kepolisian yang juga ditempatkan di hotel tersebut.
Petunjuk dan kepastian tentang aksi pelaku mulai tercerahkan saat Nose dan Nitta mulai cermat menyelidiki latar belakang salah satu tamu hotel dan membidik tepat sebagai pelaku serangkaian pembunuhan.
Jujur, kalau melihat sampulnya yang begitu menimbulkan pertanyaan dengan sisi artistiknya yang bagus itu, keinginan membaca begitu menggebu-gebu di awalnya. Lain di awal, lain di tengahnya yang terkesan kedodoran dalam membangun suasana keingintahuan dan rasa penasaran.
Setelah sampai di pertengahan cerita, ada kesan penyelidikannya hanya sebatas wacana alias buntu dan mencapai titik yang membuat pembaca sedikit bosan dengan dipanjang-panjangkannya sisi birokrasi baik di pihak polisi maupun hotelnya sendiri. Kehadiran tokoh Nose untunglah menjadi penyelamat kebuntuan yang sedikit memberi harapan akan bagaimana cara menangkap basah pelakunya. Sesungguhnya dialah yang menjadi otak genius dalam memecahkan kasus berlatar belakang dendam itu.
Seandainya dia berpikir jernih bahwa memang orang bisa dendam akibat hal remeh, tapi biasanya pihak yang dibenci tidak sadar-apalagi mengingatnya. Dia pasti tidak akan menyusun rencana yang luar biasa merepotkan seperti ini (hal 374).
Menurut saya ini bukan novel karya Keigo yang mengundang decak kagum, karena alih-alih ada yang memberi pencerahan, kita malah dipaksa menyaksikan drama antara Nitta dan Naomi yang sebetulnya gak penting banget alias buang-buang waktu. Atau, cerita tentang tamu-tamu hotel yang mencurigakan yang sebenarnya untuk menyesatkan pembaca namun kelihatan berlebihan sehingga mengaburkan fokus pencarian.
Kesan yang tertinggal setelah menyelesaikan novel ini hanyalah bahwa bekerja di bidang ramah tamah terutama layanan tamu haruslah dikedepankan sisi profesionalnya. Konteksnya, para tamu hotel sebagian besar pasti memasang wajah yang berbeda alias memakai topengnya sedemikian rupa, saat memasuki hotel.
Topeng wajah inilah yang menjadi senjata makan tuan demi mendapatkan tujuan dan sebisa mungkin samaran itu tidak terungkap. Pada akhirnya menjadi staf yang mumpuni serta memperlakukan tamu dengan macam-macam topengnya adalah sebuah keniscayaan.













Tidak ada komentar: