Pusaran Amuk: Pusaran yang Makin Membuatmu Terperosok



 Pusaran Amuk
 Zaki Yamani
Gramedia Pustaka Utama, 424 hal
iPusnas
 
 
Sinopsis
 
 Akibat menjadi korban salah tangkap oleh aparat, Mahmud, Jimmy dan sahabatnya Doddy harus mendekam di tahanan dan menerima perlakuan kurang menyenangkan dari polisi. Jimmy dan Doddy ditangkap dengan tuduhan pelecehan seksual atas laporan seorang wanita yang kebetulan kekasih anggota polisi yang sedang bertugas.
 
Jimmy sendiri agak beruntung karena dengan statusnya sebagai seorang wartawan langsung dibebaskan meskipun terkena bogem mentah juga. Lain halnya dengan Mahmud yang telanjur menerima penyiksaan dan statusnya yang hanya rakyat sipil biasa dan terkatung-katung sehingga tak tahu bagaimana caranya menuntut keadilan.

Cerita menjadi bertambah rumit karena Jimmy memperkarakan kasus dirinya lewat tulisan di koran tempat ia bernaung. Tulisan-tulisannya cukup membuat merah aparat dan berniat menuntut harian tersebut. Sementara polisi yang diwakili oleh petingginya harus berupaya menegosiasikan institusinya dengan mendekati si pemilik surat kabar agar tidak tercemar namanya.
 

 
Ulasan
 
 
Agak telat sih bacanya. Seharusnya begitu rilis novelnya saya langsung membelinya. Namun membacanya di tahun ini pun tidak menjadi masalah karena sesungguhnya tema ini masih sangat mengena dan relevan di masa sekarang alias tak lekang oleh waktu. Perkenalan saya dengan novel ini gara-gara pandemi dan tanpa sadar Pusaran Amuk nyasar ke dalam radar pencarian novel yang berbau-bau intrik kotor di perpustakaan digital seperti iPusnas ini. 
 
Dan begitu membacanya...waduh, sangat membuka mata hati saya yang merasa miris melihat kondisi rakyat yang diwakili oleh buruh kasar bernama Mahmud ini. Kesakitan tapi tak bisa melawan.
 
Sebuah cerita dengan struktur yang langsung menggebrak dan membuat persoalan yang rumit semakin rumit tanpa ada jeda atau ambil nafas dahulu tentang siapa-siapa saja yang menjadi tokoh paling dominan.
 

Lebih brutal


Kisah pembukaannya saja sudah membuat saya gregetan dan kesal akibat perlakuan sewenang-wenang aparat apalagi mereka (para perwira polisinya) berada di pihak yang posisinya lebih tinggi dari sekadar para pelaksana itu. Seakan tak nyaman lagi untuk hidup di Indonesia rasanya. Ya, seperti itulah gambaran awal dari sebuah petualangan yang harus dilakoni Jimmy dan Mahmud.

Jimmy dan Mahmud tertangkap karena dituduh pelecehan. Jimmy statusnya lebih tinggi karena ia seorang wartawan. Sementara Mahmud kelasnya rakyat jelata yang justru lebih brutal menerima perlakuan dari massa yang menghajar. Potret rakyat yang nelangsa berbanding terbalik dengan kaum terpelajar dalam mendapatkan tanggapan.

Namun keduanya sama, menerima ketidakadilan akibat kekuasaan dan aroganisme kelompok.

Ada yang dikorbankan

 
Kasus demi kasus terus bergulir seperti bola salju yang jatuh dan makin membesar mengkait-kaitkan antara masalah yang satu dengan yang lain. Antara kepolisian, jurnalistik, politik dan bisnis seluruhnya bercampur aduk hingga tak ketahuan lagi juntrungannya. Bagai pusaran yang mengamuk dan  memporakporandakan sekelilingnya. Esensi cerita ini sebenarnya adalah bagaimana segala persoalan itu bisa dinegosiasikan dan harus ada yang dikorbankan. Dah itu saja.

Namun yang menarik juga adalah bagaimana pengarang mengkombinasikan alur dan waktu sehingga bisa sejalan dan nampak serba kebetulan seakan-akan memang begitulah cara kerja berbagai instansi dalam memuluskan kepentingannya. Nyaris dan persis sama dengan kasus-kasus yang sering kita dengar lewat media massa yang melibatkan antara kepolisian dengan institusi lain.

Kebobrokan demi kebobrokan diungkap secara telanjang dengan sisi kemanusiaan yang hanya didapat dari hasil kompromi. Jimmy yang menjadi wartawan terjepit oleh hati nuraninya dan juga keselamatannya sehingga harus bersembunyi ke Bali. Lembayung yang menjadi atasan Jimmy juga terjepit oleh kepentingan pribadi dan statusnya sebagai pimpinan redaksi surat kabar itu.

Tokoh polisi pun harus berupaya menggunakan segala cara demi menyelamatkan posisi dan muka. Dan itu jelas mengusik rasa kedamaian kita yang menganggap bahwa institusi ini adalah benteng terakhir penegakkan hukum. Bila aparatnya saja sibuk mencari "selamat", bagaimana dengan kita?
 

"Dan kau...kau segera dicopot dari jabatanmu. Sedangkan sepupumu akan menjadi urusan kejaksaan. Kesimpulannya, kau tidak dapat diselamatkan..." hal. 335


Kekurangan dari novel ini terletak pada kilasan tokohnya. Dengan tokoh yang banyak dan merembet ke mana-mana, bahkan masing-masing tokoh cerita dikisahkan saling kait mengkait yang sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi jalan cerita, sejujurnya malah membuat alur cerita yang ingin ditonjolkan juga rada membingungkan. Namun secara keseluruhan ceritanya seru sekali. Mengalir dan agak memuaskan bagi pembaca yang satu sikap dengan ucapan petinggi kepolisian yang mencopot jabatan anak buahnya.

Satu-satunya lubang dari alur cerita ini adalah ke manakah dan bagaimana nasib Mahmud setelah meringkuk di tahanan saat Jimmy dibebaskan? Padahal Mahmud yang seorang buruh ini pun pasti memiliki ceritanya sendiri.
 

 
Pusaran Amuk: Pusaran yang Makin Membuatmu Terperosok Pusaran Amuk: Pusaran yang Makin Membuatmu Terperosok Reviewed by Erna Maryo on Agustus 16, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.