Keajaiban Toko Kelontong Namiya dan Surat Menyuratnya

 

 
Keajaiban Toko Kelontong Namiya
Keigo Higashino
Faira Ammadea (Penerjemah)
Gramedia Pustaka Utama  398 hal
e-book


Sinopsis

 

Tanpa sengaja ketiga pemuda itu, Shota, Kohei, dan Atsuya yang tengah melarikan mobil curian berhenti sebentar di sebuah bangunan tak berpenghuni. Rupanya tempat itu bukan sembarang bangunan karena setelah mereka memasukinya, keajaiban itu terjadi. Bangunan yang berupa toko kelontong dan ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya yang bernama Namiya Yuji itu ternyata menyimpan sejumlah keajaiban menarik.

Mereka mendapati diri telah menulis dan membalas beberapa pucuk surat yang ditujukan dan berdatangan secara misterius melalui kotak surat dekat pintu gulung dari para pengirimnya, salah satunya Kelinci Bulan. Alih-alih kabur dari toko kelontong itu, mereka justru malah menikmati aktivitas surat menyurat yang tiba-tiba datang lewat pintu depan ruangan itu.
 
Tak hanya dari Kelinci Bulan, surat berikutnya datang dari Katsuro, seorang peniup harmonika yang resah karena diminta sang ayah untuk meneruskan usaha penjualan ikan di kampung halaman. Padahal ia sendiri ingin fokus hanya di musik saja. Ada pula surat dari Harumi yang bingung dengan masa depannya.

Secara ajaib surat menyurat itu datang secara beruntun dan menerima respons yang baik sehingga akhirnya toko kelontong Namiya yang diwakili oleh Shota, Kohei dan Atsuya sadar bahwa surat menyurat itu memang secara tak langsung telah memberi dampak yang baik bagi kelanjutan hidup dan takdir seseorang.

Ulasan


Ini adalah novel kedua dari seri Keigo yang ingin saya baca. Rasa penasaran akan ceritanya membuat saya melahap isinya hanya dalam waktu yang cukup singkat, tujuh hari saja. Dan yang membuat saya terkejut adalah ternyata tema dan ceritanya berbeda dari kisah-kisah sebelumnya.


Di dalam novel ini pengarang lebih menitik beratkan pada dialog yang diungkapkan melalui kegiatan surat menyurat dan dampak yang diberikan oleh ketiga pemuda yang tanpa sengaja menemukan keajaiban di toko kelontong tersebut. 
 
Keigo menyuarakan berbagai persoalan yang terkesan remeh namun penting melalui para pengirim surat yang mengeluhkan segala hal diantaranya menyangkut masa depan Jepang, kiprah Jepang di kancah olahraga dunia serta resesi ekonomi Jepang yang melanda negeri itu pada tahun-tahun yang sulit yakni sekitar tahun 1979.

Kegalauan Jepang


Tiga pucuk surat yang mencerminkan kegalauan Jepang secara global tercermin melalui surat menyurat antara toko kelontong Namiya dengan para pengirim suratnya. Salah satu pengirim surat yang intens adalah Kelinci Bulan yang mewakili dunia olahraga di mana Jepang pernah memboikot pesta olahraga Olimpiade yang diadakan di Moskow pada 1980 akibat tidak menyetujui invasi Uni Sovyet terhadap Afghanistan.
 

"Kau ini bicara apa?" Shota menarik napas sebelum melanjutkan, "Olimpiade 1980 diadakan di Moskow. Jepang memboikot acara itu."

 
Lalu surat menyurat untuk Harumi di mana disinggung bahwa Jepang selepas tahun 1980 akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan Harumi didorong untuk segera berinvestasi agar hidupnya terjamin.

Menariknya dari novel ini adalah cerita mengalir lancar dengan dialog berupa surat-surat panjang yang menceritakan kondisi kedua belah pihak. Para pengirim menulis surat dengan penuh kebingungan di masa lalu sementara toko kelontong Namiya memberikan solusi terbaik karena telah berada di masa depan.
 

Begitu sederhana


Keduanya diceritakan melalui dua sisi yang saling mengisi dan memahami. Membaca kisah ini saya jadi teringat film berjudul The Lake House yang dibintangi artis cantik Sandra Bullock. Ceritanya mirip sekali yakni tentang surat menyurat dari masa lalu ke masa depan. Agak rumit sih namun intinya sama.
 
Selain itu elemen waktu antara masa lalu, masa kini dan masa depan yang bergantian saling memberi landasan kuat. Tokoh-tokoh yang terlibat pun cukup memberi gambaran bahwa kehidupan seseorang begitu sederhana, membumi dan apa adanya.

Pengarang tidak sekadar menyodorkan kisah melalui surat menyurat dengan persoalan yang receh namun dibalik itu rupanya ada hal yang penting bahwa menulis surat membuat perasaan seseorang menjadi plong, lega, dan lebih bisa menatap jalur yang akan dijalani.

Di zaman yang serba instan dan digital seperti ini, masih adakah orang yang perlu menulis surat dan mencurahkan isi hatinya dengan lebih leluasa dan penuh kesantunan kata-kata? Pasti sudah jarang. 

Membaca novel Keigo yang satu ini sungguh membuat hati terasa tenang karena beberapa nasihat atau saran rupanya masih relevan untuk masa sekarang. Isinya yang sederhana namun mengena mampu membuat kisah di dalamnya cukup melekat di benak dan berkesan.
Keajaiban Toko Kelontong Namiya dan Surat Menyuratnya Keajaiban Toko Kelontong Namiya dan Surat Menyuratnya Reviewed by Erna Maryo on November 19, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.