Juru Tato dari Auschwitz: Kisah Penyintas Kamp Konsentrasi yang Bertahan Demi Cinta

 



 
Juru Tato dari Auschwitz - The Tattooist of Auschwitz
Heather Morris
Lulu Wijaya-Penerjemah
Gramedia Pustaka Utama, 296 hal
iPusnas
 
 
 
Sinopsis


Lale Sokolov terpaksa berada di sebuah kereta yang hendak mengantarnya ke Kamp konsentrasi di Birkenau, Polandia. Akibat kewajiban di setiap keluarga yang mengharuskan mengirimkan salah satu anggotanya terutama laki-laki untuk menjadi relawan dan bekerja bagi Jerman, mendaratlah Lale di sini dan dipekerjakan sebagai juru tato nomor identitas bagi jutaan warga Yahudi yang berada di Kamp konsentrasi tersebut.

Meskipun selalu diawasi gerak-geriknya oleh Baretski sang pengawas, Lale tetap waspada dan tidak lengah. Dengan kemampuan bahasanya yang bagus ia menjadi agak sedikit 'dipandang' oleh para perwira SS sebagai orang penting. Di tempat ini ia kenyang menyaksikan berbagai peristiwa dan perlakuan para perwira SS yang semena-mena. Berbagai peristiwa mengerikan diantaranya kematian akibat kelaparan atau dipaksa mati di kamar gas selalu ada di depan matanya.

Selain menjadi juru tato, pemuda yang jatuh cinta dengan wanita yang sama-sama tinggal di kamp konsentrasi bernama Gita ini sering pula memberikan sebagian penganan jatah sebagai juru tato bagi rekan-rekannya yang kelaparan.
 

Ulasan
 
 
Cerita tentang Nazi, perang Jerman, tentara SS atau kekejaman di Kamp kosentrasi seperti sebuah mimpi buruk bagi dunia namun justru menjadi ladang subur adanya sumber cerita yang tidak ada habis-habisnya untuk digali diangkat bahkan dikomersialkan.
 
Cerita sedih baik yang dituturkan lewat saksi mata kekejaman yang masih hidup, korban yang muncul di televisi, kisah yang diangkat ke film atau menjadi sebuah otobiografi saja nampaknya masih tetap memiliki daya tarik yang besar. Apalagi bila saksi ini benar-benar terlibat cukup jauh dalam rangkaian kekejaman Nazi seperti misalnya menjadi seorang juru tato nomor identitas para tahanan.

Dari berbagai literatur atau yang pernah saya lihat di film, orang yang berada di kamp konsentrasi hanya akan dikenali identitasnya berupa tato nomor yang tertera di lengan bagian dalam. Tidak perlu nama lagi. 
 

Aku hanya nomor. Kau seharusnya tahu itu. Kau yang memberiku nomor itu. Hal-81


 Menembus waktu

 
Lalu siapakah yang bertugas dalam pemberian nomor itu? Tentu saja ini dilakukan oleh juru tato. Dan sang juru tato itu bernama Lale Sokolov. Kisah yang sangat mengesankan karena di dalamnya kita akan temukan perjuangan untuk bertahan hidup agar bisa keluar dari bencana Nazi yang mencengkeram seluruh wilayah.

Hal yang paling bikin saya tertarik untuk membacanya adalah kisah ini dituturkan oleh si empunya cerita sendiri, Lale yang dengan gamblang dan dengan kejernihan pikirannya mampu bercerita secara rinci dan membuat saya serasa menembus waktu dan berada di kehidupan sebuah kamp konsentrasi yang lusuh, muram, kelaparan serta maut yang sewaktu-waktu mengintai. Sungguh menyedihkan.

Juru Tato dari Auchwitz sebenarnya adalah kisah tentang orang biasa yang mampu menangkap peluang meskipun kecil untuk bertahan di tengah hidup yang compang camping di masa yang luar biasa saat itu. Orang-orang yang bertahan untuk menjadi apa pun agar bisa bebas, lolos dan kembali pulang menemui keluarga.

Aku akan hidup dan meninggalkan tempat ini. Aku akan keluar dari sini sebagai orang bebas. Kalau neraka benar-benar ada, aku akan melihat pembunuh-pembunuh ini terbakar di sana. Hal 27-28.


Todongan pistol


Campuran fiksi dan kisah yang dituturkan oleh Lale tidak menjadikan alurnya mengada-ada. Justru ini menjadi sinergi sekaligus kekuatan cerita itu sendiri. Kisahnya mengalir dan memberi gambaran secara menyeluruh akan sebuah penampakan dan kondisi para kaum Yahudi yang terlunta-lunta. 

Kita jadi mengetahui bahwa cara bertahan Lale dari kelaparan dan menghindar dari sergapan sewaktu-waktu akibat selalu membagikan kue pada para tahanan cukup berisiko, seakan ia sedang menari dan meliuk-liuk diantara todongan pistol yang selalu diacungkan para perwira SS. Cukup berani.

Kehidupan yang monoton dan harus menekan rasa iba bila mendapati seorang anak yang lengannya hendak ditato olehnya membuat Lale menjadi separuh sinting separuh waras. Hidup tanpa ada kejelasan, tanpa ada hembusan angin membuat sebagian harus menyerah kalah. 
 

 Melegakan

 
Alih-alih menyodorkan kegetiran hidup, menurut saya novel ini justru menyuarakan keoptimisan dan sisi kemanusiaan yang menonjol ketimbang kesedihan yang berlarut-larut. Seorang penyintas yang cerdas dan mampu memainkan perannya dengan apik agar selamat dan tidak mati. Sebuah motivasi yang baik.
 
Rasa kasih terhadap sesama yang ditampilkan Lale dalam membagi-bagikan potongan roti pada para tahanan agaknya menjadi sesuatu yang melegakan bahwa kemanusiaan ternyata masih menempati posisi yang paling hakiki bahkan diantara bengisnya kehidupan di Kamp konsentrasi.

Novel yang menyentuh sekaligus menguatkan hati bagi yang ingin bertahan di masa depan.
 
Juru Tato dari Auschwitz: Kisah Penyintas Kamp Konsentrasi yang Bertahan Demi Cinta Juru Tato dari Auschwitz: Kisah Penyintas Kamp Konsentrasi yang Bertahan Demi Cinta Reviewed by Erna Maryo on Juli 11, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.